Halaman

Soal Tingkat Suku Bunga KUR

Masih tingginya tingkat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dipatok 14 persen per tahun menjadi salah satu hambatan pertumbuhan koperasi dan UKM di Tanah Air. Untuk itu, bunga KUR seharusnya bisa diturunkan lagi. "Selisih (spread) yang terlampau jauh dari suku bunga acuan hingga mencapai tujuh persen cenderung menjadi indikasi yang tidak sehat," kata Adi Sasono, mantan Ketua Umum Dekopin.

Menurut Adi, di perbankan a-sing luar negeri, umumnya selisih suku bunga pinjaman dengan suku bunga acuan dipa-tok di kisaran tiga persen. "Kalau spread terlalu lebar itu tidak sehat, jadi usahakan agar bunga KUR segera diturunkan," katanya. Apalagi, dalam program KUR, pemerintah telah menanggung agunan 70 persen melalui perusahaan penjamin dan sisanya 30 persen ditanggung perbankan. Fakta itu seharusnya menjadi salah satu faktor pendorong diturunkannya tingkat suku bunga KUR lebih rendah dari patokan saat ini. "Seharusnya bisa diturunkan karena tingkat suku bunga simpanan dari masyarakat diberikan suku bunga yang jauh lebih rendah. Tidak layak perbankan mengambil mar-gin terlalu besar," katanya.

Adi mengusulkan agar salah satunya, pemerintah dan perbankan, mulai menerapkan sistem online bagi koperasi untuk menekan biaya transaksi yang selama ini membengkak. "Biaya transaksi selama ini dikeluhkan membengkak karena perbankan harus melayani pinjaman yang kecil-kecil nilainya. Kita bisa atasi itu dengan menggunakan sistem online" katanya.

Namun, Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono berpendapat jangan menggeneralisasi persoalan KUR hanya pada satu hal, yakni bunga saja. "Ini adalah persoalan kompleks yang harusdidukung semua pihak," katanya.Sigit menyadari bahwa pelaku UKM menghadapi beragam persoalan dari mulai produksi hingga pemasaran. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap pelaku UKM bukan semata tanggung jawab bank tetapi semua pihak termasuk pelaku usaha besar a-tau sektor swasta.

Menurut Sigit, lembaga penjamin program KUR harus mendapat suntikan modal lebih banyak. "Tidak bisa dihindari bahwa lembaga penjamin KUR harus ditingkatkan kapitalisasinya untuk mendukung suksesnya program ini," katanya.

Sigit memaparkan problemutama KUR pada dasarnya bukan melulu terletak pada tingkat suku bunga yang masih tinggi, namun justru terletak pada upaya agar KUR mampu menjangkau lebih banyak pelaku usaha kecil di pelosok-pelosok. "Mau tidak mau memang harus melibatkan lebih banyak bank dan bank akan giat melakukan apabila jaminan dari lembaga asuransi kredit kuat," katanya. Oleh karena itu, ia menilai perlu dilakukan rekapitalisasi modal bagi lembaga penjamin kredit KUR yang saat ini mendapat tugas untuk menjamin 70 persen pinjaman.