Halaman

Mendorong Industri Kecil dan Menengah dengan Shindan System

Peran Industri Kecil dan Menengah (IKM) tak bisa diabaikan. Selain menjadi salah satu pilar sektor industri, IKM juga penyedia lapangan kerja. Bahkan di beberapa kawasan, IKM telah membuktikan sebagai tumpuan masyarakat setempat sebagai pendorong utama ekonomi. Seperti yang terlihat dalam beberapa kawasan sentra kerajinan maupun industri kecil.

Tak hanya di Indonesia, peran IKM bagi perekonomian juga dirasakan oleh Negara*lain. Jepang, Thailand dan Taiwan merupakan contoh betapa IKM memiliki peran strategis dan penting. Sebesar 38 persen GDP Thailand di topang oleh sektor IKM. Sedang di Taiwan, IKM lah yang menjadi tulang punggung perekonomian Negara pulau ini.

Jepang sudah sejak lama menyadari akan pentingnya IKM. Bahkan keberhasilan pengembangan industri besar dan maju di Jepang tak bisa dilepaskan dari peran IKM yang tangguh. Menyadari pentingnya peran IKM, sejak 40 tahun yang lalu pemerintah Jepang mengintrodusir Shin dan System, yaitu pengembangan IKM melalui pola konsultasi diagnosis IKM atau melakukan pendampingan langsung untuk melakukan diagnosis dan analisis permasalahan-permasalahan IKM.

Thailand telah menerapkan Shindan System saat mengembalikan kejajayaan ekonomi setelah diguncang krisis tahun 1997. Melalui kebijakan Industrial Restructuring Plan berjangka waktu 5 tahun, pemerintah Thailand mengadopsi Shindan System untuk langkah yang memfokuskan penanganan terhadap IKM berbasis manufaktur. Langkah serupa kini sedang dipersiapkan oleh Philipina.

Indonesia juga menyadari akan pentingnya pengembangan IKM. Seperti disampaikan oleh Sekjen Departemen Perindustrian, Agus Tjahajana, bahwa IKM memiliki peran penting dalam perekonomian. "Karena itu keunggulan kharakteristiknya harus dikembangkan secara optimal," ujarnya. Salah satu caranya adalah dengan metode pendekatan masalah yang tepat sebagaimana diterapkan dalam Shindan System.

Untuk itulah, atas bantuan JICA, pemerintah memilih menerapkan Shindan System untuk pengembangan IKM. Langkah ini dimulai dengan mengadakan Pelatihan Konsultan Diagnosis IKM selama enam bulan. Kegiatan ini diikuti oleh 100 dari 258 pelamar yang berasal dari lingkungan Departemen Perindutrian, Departemen Pedagangan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Balai Industri, Balai Riset dan Standarisasi, Balai Diklat Industri.

Kegiatan yang berlangsung sejak bulan April 2006 ini berkahir Oktober 2006 atau setara dengan 880 jam perkuliahan dan praktek lapangan (JPL). Sebagai penga-jarnya adalah pakar Shindan System dari Jepang yang dipimpin oleh Naoki Ito. Mereka terdiri dari Small and Medium Regional Innovation Japan (SMRJ), pejabat

Kedutaan Jepang di Indonesia, Kementrian Ekonomi Dagang dan Industri (METI) dan dari JICA. Sedang dari Indonesia selain dari pejabat pemerintah, juga pakar serta konsultan senior Indonesia. Materi pelajaran yang diberikan disesuaikan atau mengacu kepada Standar Kurikulum Shindan System. Selain pengetahuan politik ekonomi dan kebijakan IKM, juga diberikan materi tentang Shindan System dan Teknik dan Prinsip Bimbingan Shindan sebagai materi pelajaran dasar. Materi ini diberikan dalam 30 JPL dengan pengajar dibawah koordinasi Naoki Ito.

Sedang materi yang menyangkut Teknik antara lain meliputi Manajemen Pengendalian, Manajemen Keuangan, Manajemen Produksi, Manajemen Pembelian Bahan Baku, Manajemen Pema- . saran, Manajemen Personalia dan Manajemen Administrasi dengan total 462 JPL. Sedang latihan di ruang kelas sebanyak 30 JPL. Adapun latihan di lapangan sebanyak 3J2JPL

Shindan System pada dasarnya terdiri dari empat kegiatan pokok. Pertama adalah Small Medium Enterprise Management Consultan Training. Ini merupakan pelatihan yang ditujukan bagi calon konsultan. Pesertanya, sebagaimana dalam paparan diatas bisa dari berbagai instansi. Penekananya adalah dilakukannya seleksi secara ketat bagi pesertanya.

Kedua adalah Shindan Consultation Services atau konsultasidengan melakukan diagnosis masalah. Untuk itu diperlukan pengumpulan data perusahaan yang sedang ditangani. Antara Jain meliputi neraca perusahaan, laporan rugi-laba, laporan harga pokok produksi, laporan pemasaran, kondisi SDM serta penggunaan teknologi. Data dan informasi dianalisa dan disusun dalam laporan standard an terukur.

Ketiga adalah System Diagnosis. Pada tahap ini Shindan-shi (konsultan Shindan System) dituntut mampu melakukan diagnosis sesuai dengan persoalan yang dihadapi" perusahaan. Selanjutnya dihasilkan rekomendasi yang realistis. Tujuannya agar rekomendasi bisa dilaksanakan oleh pemilik perusahaan yang diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang terukur, terstruktur dan terjadwal.

Ketiga adalah System Diagnosis. Pada tahap ini Shindan-shi (konsultan Shindan System) dituntut mampu melakukan diagnosis sesuai dengan persoalan yang dihadapi perusahaan. Selanjutnya dihasilkan rekomendasi yang realistis. Tujuannya agar rekomendasi bisa dilaksanakan oleh pemilik perusahaan yang diikuti dengan monitoring dan evaluasi yang terukur, terstruktur dan terjadwal.

Ke empat adalah Development Management Index. Seluruh data dan informasi berdasarkan Shindan System dirangkum dalam catatan yang teratur. Baik itu data mengenai SDM, fixed asset, biaya pokok produksi dsbnya. "Informasi inilah yang bisa dijadikan o/eh perusahaan yang bersangkutan guna perbaikan dan penyempurnaan ke depan," ujar Naoki Ito.

Di Thailand Shindan System sudah diterapkan pada lebih dari 500 IKM. Bidang usahanya bermacam-macam antara lain pengolahan makanan, garment, komponen mobil, elektronik, keramik, industri plastic, industri karet dsbnya. Boonsong Prescision Supply Co Ltd dan TKP Metal Works Co Ltd yang memproduksi Stamping Automobile Parts adalah dua perusahaan yang berlokasi di pinggiran kota Bangkok merasakan manfaat Shindan System.

Menurut Agus Tjahajana mengakui bahwa dengan Shindan System maka kekuatan dan kelemahan IKM bisa diketahui guna melakukan diagnosis permasalahan. Selain itu analisis dan diagnosis Shindan System bisa dijadikan akses untuk kredit perbankan. Serta amat berman-faatkan bagi upaya menyiapkan kebijakan pengembangan IKM.

Berdasarkan studi banding ke Jepang dan Thailand peran Shindan dalam memajukan IKM di kedua Negara itu memang sudah berlangsung dengan baik. Berbagai kalangan optimis penerapan Shindan System di Indonesia. Bahkan bukan tidak mungkin Indonesia akan lebih maju dibanding Thailand karena kita memiliki supporting centre dalam hal ini Dinas Perindag di daerah jika menerapkan sistem ini.