Halaman

Jadi Koki sekaligus Tukang Jualan

Kesuksesan Dodik Pranoto dalam mengelola bisnis roti tak datang begitu saja. Lebih dari dua dasawarsa kiprah bisnisnya tersebut juga penuh dengan masa-masa sulit; terutama saat pertama kali Dodik mencari pasar. Setahun awal bahkan dia merangkap jabatan, sebagai juru masak sekaligus tukang jualan roti bikinannya sendiri.

Anastasia Lilin Yuliantina DODIK Pranoto, pria kelahiran Jember, Jawa Timur ini tergolong tangguh dan nekad. Mengaku tak pernah mengenyam pendidikan formal di bidang kuliner, khususnya pembuatan roti, Dodik nyatanya cukup percaya diri menjajal bisnis roti sejak 1989 silam.

Sebelum membuka usaha sendiri, Dodik bekerja sebagai salesman aneka barang, mulai dari peralatan dapur hingga barang elektronik. Profesi ini dia jalani sekitar tiga tahun. Selama menjadi sales, Dodik ingat betul saat itu penghasilannya tak menentu. Saat Dewi Fortuna sedang memayungi, sebulan, dia bisa mengantongi duit Rp 10 juta.

Sebaliknya, saat apes karena penjualan seret, Dodik harus puas mendapatkan duit Rp 1,5 juta dalam sebulan. "Dan, kalau dihitung-hitung, lebih sering apesnya," kenang Dodik. Dalam bekerja, Dodik mengaku cukup santun, sehingga bisa akrab dengan juragannya. Suatu kali, Dodik memberanikan diri bertanya kepada istri, sang juragan mengenai cara membuat kue yang sering dia bawakan buat suaminya ke kantor. Eh, sang istri bos malah menawarkan diri untuk mengajari Dodik.

Selama enam bulan, Dodik belajar membuat kue. Selebihnya Dodik mencoba-coba sendiri dan mengembangkan ilmu yang dia dapat secara cuma-cuma tersebut Tak disangka, Dodik justru (tagihan (lengan keterampil-an mengolah adonan dan meracik bumbu. Dengan segenap keyakinan dan harapan untuk mendapatkan hidup yang lebih maju, Dodik pun memutuskan diri keluar dari tempat kerjanya saat itu dan mendirikan usaha roti. "Modal awal saya waktu itu hanya tiga kilogram (kg) tepung terigu," kata Dodik.

Keinginan untuk mengubah hidup tak bisa langsung terwujud. Dodik yang sudah mengantongi keterampilan membuat roti tersebut masih buta soal pasar. Walhasil, selama setahun awal berbisnis, dia merangkap jabatan. Dodik membuat dan memasarkan sendiri roti bikinannya Dengan berjalan kaki, dia menjajakan rotinya di sekitar tempat tinggalnya

Lalu, usaha mulai berkembang sehingga dia mesti membawa roti di atas sepeda kayuh. Jika lokasi konsumen jauh, Dodik naik angkutan umum. Setahun berselang, Dodik bisa membeli sepeda motor dengan kredit Setahun kemudian, dia mulai merekrut tiga orang tenaga kerja. Pada 1991, pasarnya juga mulai kelihatan dengan munculnya pembeli tetap. Kapasitas produksinya sudah mencapai satu sak atau 25 kg terigu per hari. }

Memasuki tahun ketujuh berbisnis roti, Dodik mulai memikirkan merek dagang. Selain merek, bapak dua anak ini juga mulai merasa perlu melengkapi produknya dengan mendaftarkannya ke Kementrian Kesehatan (Kemkes). Dia memilih nama dagang Aloha Bakery dan sudah memiliki status kelayakan dari Kemkes.

Usaha Dodik mulai bersinar sejak memasuki tahun 1997. Kapasitas produksinya sudah menanjak sampai 10 sak per hari. Bahkan jumlah tenaga kerja yang sudah dia pekerjakan mencapai 30 orang. Namun, Dodik mendapat ujian kesabarannya Ketika usahanya mulai bersinar, badai krisis moneter menghantam. Meski tak sampai merumahkan para karyawannya, Dodik mengaku kapasitas produksinya melorot. Hal ini terutama karena permintaan roti untuk luar kota terhenti.

Tak putus asa, tahun 1999 Dodik mulai mengumpulkan strategi dan semangat. Setahun berselang, pada tahun 2000, bisnis rotinya mulai mengembang lagi. Terbukti, dalam sehari kapasitas produksi sudah melonjak dua kali lipat dibanding sebelumnya menjadi 20 sak per hari. Bahkan pada tahun yang sama, jangkaun pangsa pasar Dodik kian melebar saja Mulai dari warung, toko, pedagang grosir sampai dengan pasar swalayan dia jejali Aloha Bakery. "Saya mulai menguasai pasar roti Jawa Timur," kata Dodik, kalem.

Meski sudah bisa dibilang sukses tapi bukan berarti sekarang Dodik tinggal ongkang kaki. Masih banyak angan-angan yang hinggap di benaknya untuk semakin mengembangkan usaha. Tujuannya satu, yakni membuat usaha rotinya terus berkembang.