Halaman

Bisnis Warung Internet Tetap Menguntungkan

NERACA - Usaha warnet sebenarnya cukup mudah untuk didirikan dan dijalankan. Betapa tidak, dengan membeli komputer, misalnya 10 unit, kemudian menginstalnya dengan software, lalu membuat jaringan agar komputer satu dengan yang lainnya terhubung, dan akhirnya mengalirkan koneksi internet ke jaringan tersebut, maka jadilah usaha warung internet (warnet).

Untuk mengelolanya juga tidak diperlukan orang-orang yang mempunyai skill tinggi dengan gaji yang mahal. Cukup lulusan SMA yang mengerti tentang komputer. Mungkin karena mudahnya, banyak orang yang berlomba-lomba mendirikan usaha warnet ini.Jika kita melewati jalan-jalan besar dan di sekitar jalan tersebut terdapat universitas, kos-kosan mahasiswa, atau perumahan padat, maka hampir bisa dipastikan ada usaha warnet yang berdiri di situ. Jumlah dari usaha warnet itu tidak hanya satu, bahkan bisa lebih dari tiga untuk lokasi yang berdekatan.

Walaupun sudah ada tiga usaha atau lebih, tetap saja ada warnet baru yang bermunculan. Mereka bertarung untuk mendapatkan pelanggan yang sama. Selain dari pembuatannya mudah, tren teknologi sebenar juga mempunyai andil besar dalam pembentukan pasar dari usaha warnet. Komunikasi dan informasi tiada batas itulah yang ditawarkan internet.Menjamurnya usaha warnet membuat persaingan semakin keras. Mereka bertarung tidak hanya dari sisi kenyamanan, spesifikasi komputer, dan kecepatan koneksi internet, bahkan dari sisi harga. Harga diturunkan sampai merusak pasaran untuk memancing pelanggan. Jika kita ingin bertahan, sudah selayaknyalah kita mempunyai keuntungan kompetitif dari warnet yang lain.

Warnet Gue

Dari sekian banyak warnet yang ada, Warnet Gue termasuk yang cukup menarik. Salman Azis Alsyafdi (24), selaku pemilik mengaku lebih memilih menjadi wirausaha, meski harus menghadapi tantangan berat. Sarjana komputer lulusan Universitas Indonesia (Ul) ini menyadari membangun bisnis ibarat mendakigunung yang tinggi.Salman menjadi wirausaha dengan mendirikan warnet bernama Warnet Gue, yang kini berjumlah 13 buah. "Motivasi saya terjun dalam bisnis adalah karena ingin mengeksplorasi daya imajinasi dan kemampuan saya tanpa dibatasi oleh sistem yang sudah ada.

Sebab, saya orang yang senang menciptakan hal-hal baru yang bermanfaat bagi banyak orang, ujar Salman. Warnet Gue, yang berlokasi di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong, Banten, berbeda dengan warnet-warnet lain. Sebab, Salman melengkapi Warnet Gue dengan fasilitas servis dan penjualan komputer. Namun, fokusnya tetap kepada game on line, yang sangat digemari oleh anak-anak. Tidak hanya itu, kata Salman, Warnet Gue juga menyediakan layanan makanan dan minuman.

Harapannya, dengan kelebihan itu para pelanggan menjadi betah berlama-lama berada di warnetnya. "Ini strategi untuk meningkatkan omzet," aku pria kelahiran Jakarta, Februari 1986, tersebut sedikit membuka rahasia perusahaannya. Salman mengatakan, rata-rata omzet Warnet Gue sekitar Rp10 juta-Rpi 2 juta per warnet per bulan. Saat ini, tambahnya, manajemen Warnet Gue sedang menyiapkan pembangunan Warnet Gue ke-14. Kebanyakan warnetnya berada di Jabodetabek. "Ke depan, saya ingin lebih mengembangkan usaha waralaba warnet dalam rangka ekspansi usaha dan penambahan cabang. Saya coba memadukan dengan usaha makanan dan minuman. Ini merupakan konsep baru," tambahnya.

Juara II Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2007 Kategori Mahasiswa versi Bank Mandiri itu mengaku senang melihat geliat anak-anak muda saat ini yang semakin tertarik menjadi pengusaha. Tetapi, ia juga menyayangkan mengetahui fakta masih banyak anak muda setengah hati mewujudkan cita-citanya sebagai pengusaha.Hasil pengamatan Salman, terkadang anak-anak muda sangat bersemangat setelah keluar dari seminar waralaba karena mereka juga mendapat suntikan motivasi. Namun, sayang, setelah beberapa hari kemudian semangat mereka kendor lagi. Atau, terkadang mereka sudah mulai usaha tetapi kemudian berhenti, menyerah, ketika menghadapi tantangan bisnis.

"Seharusnya mereka menyadari bahwa membangun bisnis tidak gampang. Memulai sebuah usaha ibarat mendaki gunung tinggi, perlu kerja keras, kerja cerdas dan semangat pantang menyerah. Setelah mengalami proses jatuh-bangun (secara mental) barulah kita akan sampai pada puncak gunung," ujarnya.Menurut Salman, ide usahanya mengembangkan Warnet Gue berawal dari kehidupannya saat masih di bangku kuliah. Saat itu, Salman masih duduk pada tahun kedua di Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia (Ul) Jakarta. "Ketika itu saya tinggal di Asrama Ul yang berisikan sekitar 1.000 orang mahasiswa. Saya lihat kok, belum ada warnet di situ. Saya berpikir kenapa tidak bikin warnet saja? Toh itu sesuai dengan background pendidikan saya. Makanya saya mengambil peluang bisnis warnet," kenangnya.

Salman mengatakan, untuk membangun usaha warnet tersebut, kala itu, dia bermitra dengan seorang teman, dengan komposisi modal 5050. "Saat itu modal yang dibutuhkan sekitar Rp38 juta. Saya menyediakan modal Rp19juta. Rinciannya, sebesar Rpi 1 juta berasal dari hasil saya berjualan komputer dan jual buku di kampus Ul, sisanya Rp8juta berasal dari orangtua," katanya.Menurut Salman, ketika itu dirinya berhasil meyakinkan orang tuanya, yang sebenarnya menginginkan Salman menjadi pegawai, setelah berjanji akan segera hidup mandiri. Ibarat- nya, permintaan uang Rp 8 jutauntuk modal kepada orangtua tersebut merupakan permintaan uang terakhir kali kepada orangtua. "Janji kepada orangtua itu memicu semangat saya makin berkobar. Syukur, saya sekarang bisa membiayai hidup dari hasil perjuangan sendiri," katanya bangga.

Kala itu Salman tidak asal berjanji, karena sebelumnya dia telah membuktikan memiliki jiwa bisnis yang tangguh, tekun dalam bekerja, jeli melihat peluang usaha. Juga, rajin menabung. Salman menjelaskan, sebelum membuka usaha berupa warnet, dirinya berjualan buku-buku fotokopian dan komputer di Kampus Ul, Depok. Hasil kala itu, akunya, cukup besar untuk ukuran kantong mahasiswa. Ide berjualan buku muncul karena dia melihat pasar yang relatif besar di mana di Fakultas Ilmu Komputer Ul terdapat sekitar 100 mahasiswa yang butuh buku teks."Awalnya, mahasiswa-mahasiswa mem-fotocopi sendiri-sendiri. Tidak ada yang mengorgani-sir. Jadi, saya pikir kenapa tidak dikoordinir saja? Kan bisa jadi bisnis selain bisa memudahkan mahasiswa mendapatkan buku itu," katanya.

Setelah bisnis buku dan komputer berjalan sekian bulan, Salman kemudian mengalihkan fokusnya untuk mengurus usaha warnet. Maka akhirnya bisnis buku fotokopian dia serahkan ke pihak Senat kampus. Dengan demikian Salman berkonsentrasi sepenuhnya ke bisnis Warnet Gue.Saat ini, selain mempunya empat warnet milik sendiri. Salman juga memiliki sembilan Warnet Gue lain yang dikembangkan secara waralaba.

Dengan perkembangan bisnisnya tersebut, Salman mengaku tidak menyesal pernah menolak peluang menjadi seorang bankir, karena sekarang penghasilannya dari bisnis lebih besar daripada pendapatan seorang bankir. Tapi pada waktu menolak sih pendapatan bisnis saya masih kecil dibandingkan kalau jadi bankir. Tapi, saya mikirnya kan jangka panjang. Lagi pula kalau jadi wirausaha, kita yang kontrol penuh terhadap bisnis kita," tambah Salman, yang menjadi sarjana komputer lulusan Ul pada tahun 2008 lalu