Penjual pohon berukuran besar alias pohon instan masih jarang ditemui. Kendati kendalanya cukup banyak, namun laba yang dihasilkan sangat menggiurkan.Sejatinya, keberadaan pohon sangat dibutuhkan bagi umat manusia, tidak hanya sebagai penyerap air dan penguat tanah, pohon juga berguna untuk memperindah lingkungan dan menyejukkan mata.
Banyak penjual tanaman hias sehari-hari kita lihat. Tetapi ada juga yang menjual pohon berukuran besar yang lebih dikenal dengan nama pohon instan. Salah satu penjual pohon instan adalah Suwardi Hagani.
Suwardi mulai berjualan pohon instan sejak awal tahun 1990an. Ketika itu sedang terjadi booming properti, dimana pengembang dituntut memiliki nilai lebih dari desain properti yang mereka jual. Salah satu nilai plus dari desain properti adalah menghadirkan taman yang dapat menciptakan suasana asri. "Dengan menghadirkan taman, produk properti para pengembang sangat diminati konsumen, contohnya Lippo Karawaci, BSD City, Sentul City, dan Pantai Indah Kapuk," jelas pria yang akrab disapa Wardi ini.
Suwardi mengaku tertarik menjual pohon instan lantaran dia menyadari betul Segmentasi pasar dari usaha yang digelutinya. "Kalau cuma dagang tanaman pot saja, ibu-ibu rumah tangga juga dapat menjalaninya," tukas lelaki berdarah Betawi ini. "Karena penanganan pohon instan sangat kompleks, menyangkut pengalaman, kerja tim dan alat, sehingga tidak semua orang dapat mengerjakannya."
Menurut pria kelahiran 2 Mei 1969 ini, sebuah pohon intsan beratnya 50 kg hingga 7 ton dengan tinggi 3 hingga 20 meter. "Kami harus memiliki pengalaman dan pengenalan pohon. Di samping itu, teknik pekerjaannya sangat sulit dan berbahaya. Belum lagi faktor yang tidak terduga, mulai teknik penggalian, mengang-katan, rute yang harus dilewati, kabel listrik, gerbang tol yang sempit, hingga peristiwa mistik saat menanam pohon," urai Wardi sambil tertawa.
Perjuangan saat merintis bisnis juga dialami Suwardi,terutama di dekade 1990an. "Saat itu proyek properti penuh kebohongan bisnis yang membuat ekonomi negeri ini ambruk ditahun 1998. Tapi itu menjadi kawah candradimuka saya dalam berusaha. Kesimpulannya, cuma yang jujur, tawakal, kerja keras, konsisten, dan tahan banting yang bertahan," papar suami dari Aisyah Maulina ini.
Berbisnis pohon instan, menurut Suwardi, memiliki kendala tersendiri, karena pekerjaan ini unik. Kendala yang dihadapi menyangkut sumber daya manusia dan peralatan. "Itulah tantangannya. Kami membina tenaga kuli kasar yang sangat tidak terampil dan hanya lulusan SD dan SMP menjadi tenaga yang siap kerja di proyek internasional sekalipun. Beberapa dari mereka yang hanya ber ijazah SD kami kirim ke luar negeri. Di luar negeri saya lepas sebagai tenaga ahli yang mengatur pekerja asing dari berbagai negara dengan lsquo;bahasa tarzanrsquo;. Ini kenyataan," jelas ayah tiga anak ini seraya tertawa.
Omzet Hingga Rp200 Juta Modal awal saat memulai bisnis ini, menurut Suwardi sekitar Rp50 jutaan. Tetapi dia diuntungkan, karena ada tanah keluarga yang cukup luas dan tidak termanfaatkan dengan baik. "Buat saya, biaya lahan nol, tapi sebenarnya itulah modal utamanya," kata pria yang tinggal di bilangan Pondok Aren ini.
Sejak memulai usaha pohon instan belasan tahun lalu, Suwardi telah memilik? ratusan pelanggan. Pelanggan paling banyak memang berada di kawasan Jabotabek, tapi Suwardi mengaku memiliki pelanggan yang tersebar di seluruh Indonesia, dari Aceh hingga Timika. Tak h anya itu, dia juga memiliki pelanggan tetap dari Singapura, Brunei, dan Malaysia. "Saya juga pernah mengirim pohon ke Belgia, Cina, Tajikistan, dan Jepang," imbuhnya.
Untuk harga, Suwardi menjual pohon instan dari Rp200 ribu hingga Rp35 juta per pohon. Sementara, omzet yang didapat setiap bulan, rata-rata mencapai RpSOjuta - Rp200jutaan, tergantung keadaan. "Dahulu, saya pernah mengejar omzet, tapi ternyata hal itu tidak efektif, karena pekerjaan ini tidak banyak yang bisa mengerjakan. Jadi yang penting penghasilan saya cukup buat makan, kebutuhan keluarga, tabungan, kondangan, dan jalan-jalan, bisa enak tidur dan hidup normal dunia akhirat," katanya, polos.
Lantas, jenis pohon apa saja yang bisa dijual sebagai pohon instan? Suwardi mengatakan, dirinya menjual pohon instan, yang jika ditanam hari ini, besok sudah harus menciptakan suasana rimbun. Jadi kuncinya, pohon besar yang dipindahkan atau
diproduksi harus bisa memenuhi .kriteria dan kebutuhan itu. Dia nienyebutkan, jenis pohon yang biosa ditanam antara lain semua jenis palem, Mahoni (Swietenia mahsigony), Beringin (Ficus ben-\am\no), Dadap merah (Erithryna crista-Qalli), Kecrutan {Spathodea campanulata), KuntobimaWge/w pinatta), Panorama (Penorema sp), Tabebuia (Tabebuia arganthea), Trembesi (S\imanea Saman), Ketapang {Terrninalia kattapa), dan Ketapang Kencana {Bucida buciras).
Untuk mendapatkan pohon-pohon tersebut, Suwardi biasanya membeli dari petani binaannya yang tersebar dari Lampung hingga Bali. Bahkan jika ada yang menawarkan pohon kepadanya, Suwardi memilih untuk tetap membeli dari petani binaannya. Dengan begitu, jalur kesetiaan bisnis tetap terjaga selama puluhan tahun. "Namun untuk mengisi lahan milik sendiri, ada beberapa jenis pohon yang saya tanam di sana, khususnya jenis yang langka atau saya prediksi bisa menjadi pohon yang akan laku di masa yang akan datang," jelas alumni jurusan Arkeologi Universitas Indonesia ini.
Berbagai inoveasi juga dilakukan Suwardi untuk memajukan bisnisnya. "Inovasi yang paling banyak saya lakukan adalah membuat peralatan kerja untuk memudahkan pengerjaan penanaman dengan segala kondisi medan yang relatif berat. Selanjutnya menciptakan lsquo;definisi kualitasrsquo; di bidang yang saya geluti ini kepada seluruh karyawan, yang tidak dapat kita temukan dalam buku. Saya yakin, jika produk kami sudah jauh berkualitas daripada produk orang lain, maka pembeli akan antri memberi pekerjaan," tuturnya.
Suwardi pun membagi kiat dan rahasia berbisnis pohon instan. Boginya, bisnis ini sama seperti pekerjaan manapun Selalu-berupaya menghasilkan produk yang berkualitas dengan harga wajar, walau tidak harus murah.