" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Pesaing Durian Montong Ini Punya Banyak Keunggulan

28/12/2011
Pesaing Durian Montong Ini Punya Banyak Keunggulan

Membicarakan durian memang tidak pernah ada habisnya. Durian montong masih menjadi buah bibir, kini sudah muncul lagi durian kane yang konon mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan durian montong.

PESONA buah durian seakan tak pernah pudar. Lihat saja, varietas buah ini terus saja bermunculan. Setelah masa durian petruk, kemudian muncul durian montong yang begitu kesohor, kini sudah muncul varian baru yang bernama durian kane.

Lantaran masih relatif baru, nama durian kane memang masih asing di telinga kita. Namun, para pebudidaya durian ini meyakini, dalam beberapa tahun ke depan durian kane bakal menjadi raja durian di Tanah Air.
Menurut Sutopo, pemilik UD Berkah Tani Manunggal di Magelang, Jawa Tengah, tanda-tanda bakal suksesnya durian kane ini sudah nampak mulai sekarang. Sutopo yang menjual bibit durian ini sejak 2005 silam tenis mengalami kenaikkan permintaan yang signifikan.

Saat ini, Sutopo mengaku sudah mampu menjual 1.500 bibit durian kane per bulan dengan hargajual bibit antara Rp 15.000 hingga Rp 35.000 per batang. Pembeli bibit durian ini, selain dari Jawa, juga datang dari Badi, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Sumatera Dari berjualan bibit durian kane, Sutopo bisa memanen omzet hingga Rp 40 juta per bulan.

Sutopo meyakinkan, menanam durian kane lebih menguntungkan dibandingkan menanam durian montong. Itu karena durianini lebih cepat berbuah. Kalau.durian montong butuh waktu minimal 5 tahun untuk berbuah, durian kane cukup 4,5 tahun saja. Keunggulan lainnya, ukuran buah yang juga bisa sebesar durian montong ukuran super.

Para petani durian mengakui, durian kane cocok di tanam di Indonesia yang iklannya memang hampir sama dengan Thailand, asal durian ini. Durian kanecocok ditanamdi sini karenaiklimnya hampirsama dengan Thailand.

Ngurah Suardika, pemilik KNK Bali Agroplasma di Singaraja, Bali, menyatakan, ia berhasil membudidayakan durian ini di daerahnya Suardika mengungkapkan, ia mulai membudidayakan buah ini sejak 11 tahun lalu dengan bibit yang dibelinya langsung dari Thailand. Naluri Suardika untuk membudidayakan durian ini tak meleset. Kini, ia bisa memanen dan menjual minimal 500 buah atau setara dengan 1,5 ton durian kane per minggu.

Buah durian itu ia pasarkan hingga ke Surabaya, Malang, dan Jakarta. Suardika menuturkan, meski idealnya tiap buah berbobot tiga kilogram namun tak menutup kemungkinan durian ini bisa mengembang hingga berbobot 11 kg, "Ada yang sebesar itu, tapi jarang," ungkapnya.

Untuk hargajual, Suardika membanderol harga mulai Rp 23.000 sampai dengan Rp 25.000 per kg di di tingkat distributor. Sedangkan harga di tangan konsumen rata-rata mencapai Rp 28.000 per kg. Dengan harga segitu, setiap minggu, Suardika mampu memetik omzet hingga Rp 37 juta per minggu atau sekitar Rp 150 juta per bulan.

Selain cepatnya masa panen dan ukuran buah yang super, "Soal rasa, saya menjamin durian kane juga lebih enak karena seratnya lebih sedikit," tambah Sutopo. Suardika menambahkan, tekstur daging buah durian kane juga lebih tebal dan byi yang mungil. Keunggulan lilin dari durian kane ini, bau durian ini tak menyengat, beda dengan durian biasa atau durian montong yang beraroma tajam.

Sumber: Harian Kontan
Fahriyadi


Ingin Jualan Jaket Kulit Ular ke China

28/12/2011
Inspirasi Agus Suryadi
Ingin Jualan Jaket Kulit Ular ke China


Agus Suryadi sukses berbisnis kerajinan kulit ular dengan menerapkan manajemen perusahaan yang baik dan efektif. Ia mengatur bisnis sejak dari ketersediaan bahan baku sampai pemasaran. Dengan pengelolaan usaha yang baik itulah, Agus bisa merasakan nikmatnya kenaikan omzet hingga 20% per tahun.

KETIKA memutuskan mer\jadi pengusaha, Agus Suryadi, pemilik kerajinan kulit ular di Garut, Jawa Barat, tentu juga sudah mempertimbangkan risiko yang bakal ia hadapi. Ia sadar betul, risiko terberat dari seorang pengusaha adalah ketika harus menanggung kerugian.

Namun, Agus sudah punya kiat untuk mengatasi risiko kerugian seperti itu, yakni sikap pantang berputus asa. Ia bilang, semangat adalah modal utama yang efektif untuk berbisnis. "Semangat-lah yang menjadi modal saya," kata Agus.

Semangat berbisnis Agus memang sudah teruji saat jatuh ketika merintis bisnis jasa perjalanan dan bengkel motor. Dari kegagalan itulah, Agus belajar bagaimana berbisnis yang baik.

Setelah banyak belajar dari kegagalan, Agus punya keyakinan bisnis kerajinan kulit ular ini bakal berjaya. Untuk itu, kini Agus mulai mengelola usahanya itu dengan lebih hati-hati dan segala sesuatunya ia persiapkan dengan matang.

Untuk menjaga gawang, Agus merekrut empat sepupunya untuk terlibat dalam manajemen usaha. Dua orang ia tempatkan sebagai pengelola administrasi, satu orang sebagai pengawas pasokan bahan baku, dan satu orang lagi sebagai pengawas kualitas produksi. "Dengan sistem ini, pasokan bahan baku bisa lancar dan produk punbermutu," kata Agus.

Dengan manajemen pengelolaan seperti itu, Agus berhasil menjaga mutu produksi. Dengan cara ini, pelanggan pun akan kembali datang dan bakal memesan barang dengan jumlah lebih banyak. Itulah sebabnya, "Setiap tahun omzet saya naik 20%," terang Agus.

Sepanjang tahun ini, Agus mendapatkan omzet rata-rata Rp 150 juta per bulan. Dari omzet itu Agus membawa pulang laba sebesar 35% sampai 40%.

Untuk 2012 nanti, Agus menargetkan kenaikan omzet yang lebih tinggi. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan pasar ekspor ke Timur Tengah. Selain itu, Agus juga mulai melirik pasar ekspor ke China dan Jepang.

Agus akanmemproduksijaket dari kulitular untuk pasarekspor.
Sebelumnya, Agus sudah mengekspor produk kerajinan dari kuin ular itu ke Malaysia dan juga Brunei Darussalam. "Tapi porsi pasar eskpor saya hanya sebesar 35% dari seluruh total produksi," jelas Agus.
Agar target ekspor itu bisa menjadi kenyataan, kini Agus perlu bekerja keras untuk menambah kapasitas produksinya yang kini masih sebanyak 1.000 unit per bulan. "Jika produksi naik,saya berharap pangsa pasar ekspor bisa naik menjadi 40%," ungkap Agus.

Agus pun sudah merencanakan, jika pasar ekspor berhasil ia garap dengan baik, ia akan merekrut tenaga kerja baru dari wilayah Garut. "Prioritas adalah warga Garut, namun tidak menutup kemungkinan kami menerima karyawan dari luar Garut," kata Agus yang kini sudah mempunyai 11 pekerja.

Selain itu, untuk tenis memenangkan persaingan, Agus juga rajin melakukan inovasi produk. Setelah sukses dengan tas dari kulit ular, ia memproduksi dompet serta ikat pinggang, yang semuanya terbuat dari kulit ular.
Kini. Agus sedang menjajaki membuat jaket dari kulit ular. Menurutnya, jaket kulit ular banyak digemari di China dan Jepang. "Tapi jaket kulit ular masih jarang ditemui di Indonesia," terang Agus.

Untuk memproduksi jaketkulit ular itu, Agus tidak mau terburu-buru. Banyak hal yang mesti ia pertimbangkan, salah satunya adalah potensi pasarnya di dalam negeri. Kini Agus mulai sadar, bagaimanapun sekolah atau kuliah itu pada akhirnya selalu mempunyai nilai yang penting. Kini, ia bisa menilai, keputusannya kuliah di jurusan perhotelan tidaklah salah. Agus mengaku, banyak mengimplementasikan pengetahuan yang ia peroleh dari bangku kuliahnya dulu. "Ilmu manajemen yang dapat semasa kuliah sangat bermanfaat dalam menjalankan bisnis," terang Agus.

Walaupun ia gagal merintis karir di dunia perhotelan, namun Agus tidak menyesali-nya Ia mengaku bersyukur bisa mengamalkan ilmu kuliahnya lewat bisnis kerajinan ini. Lebih-lebih bisnis ini mampu menyerap tenaga kerja di sekitar rumahnya "Tidak ada ilmu yang sia-sia," jelas Agus. 

Sumber: Harian Kontan
Ragil Nugroho

Sentra Batu Alam Majalengka, Jawa Barat Pemain Baru Hadir Kompetisi Jadi Sengit

28/12/2011
Sentra Batu Alam Majalengka, Jawa Barat 
Pemain Baru Hadir Kompetisi Jadi Sengit


Kehadiran teknologi pemotongan batu merubah nasib perajin batu alam di Majalengka. Usaha mereka membesar hingga mampu merekrut puluhan tenaga kerja. Namun kompetisi menjadi sengit ketika pemain baru datang dan berani menjual batu alam dengan harga murah.

KEHADIRAN teknologi pemotongan batu alam membawa berkah bagi perajin batu alam di Majalengka. Pemakaian teknologi itu berhasil menggenjot kapasitas produksi batu alam dan menaikkan hargajual.

Maklum, dengan penerapan teknologi pemotongan batu mampu mengubah kualitas produk batu alam perajin menjadi lebih baik. Alhasil, pembeli batu alam itu kini datang dari mana-mana. Tak hanya dari Majalengka tapi juga dari daerah lain termasuk Jakarta

Sudomo, pemilik usaha batu alam dari PD Darma Mulya bilang, dengan kualitas lebih baik ia berani memasok batu alam untuk kebutuhan pengembang properti kelas kakap. "Sampai sekarang pengembang properti itu menjadi langganan saya," terang Sudomo.

Selain membawa berkahbagi pengusaha batu alam seperti Sudomo, kenaikan permintaan batu alam juga dirasakan oleh warga setempat Sejak memakai teknologi pemotongan batu, Sudomo mampu menyerap 30 sampai 50 orang tenaga kerja dari warga setempat. Sudomo memberdayakan warga menganggur itu menjadi operator mesin pemotong batu alam miliknya. "Usaha ini adalah usaha bersama dengan warga," kata warga asli dari Majalengka itu. .

Kondisi yang sama juga dirasakan Arifin Yusuf, produsen batu alam yang juga direktur CV Cahaya Helga. Sejak memakai teknologi pemotongan batu, ia juga memberdayakan 30 tenaga kerja dari warga Majalengka.

Arifin bilang, semakin banyak pesanan batu alam yang datang kepadanya, semakin banyak pula ia merekrut tenaga kerja.

"Usaha ini menjadi tumpuan ekonomi warga," kata Arifin.

Selain warga yang bekerja langsung di pabrik pemotongan batu, sebagian warga lainnya bekerja secara serabutan mengolah batu sisa pengolahan pabrik. Batu sisa pabrik itu merupakan batu yang tidak terpakai lagi atau tidak bisa diolah menjadi batu alam. Batu itu sengaja disisihkan untuk diolah menjadi batu kerikil yang akan dipakai menjadi material pembuatan jalan atau bangunan.

Warga yang mengolah batu sisa pabrik itu kebanyakan adalah kaum ibu rumah tangga. Mereka memecahkan batu sisa potongan pabrik dengan upah Rp 30.000 per hari. "Mereka bisa bekerja di luar pabrik," terang Toto Suharto, yang juga produsen batu alam di Majalengka.

Dampak dari kenaikan permintaan batu alam di Majalengka temyata mengundang ketertarikan investoryang tertarik dengan bisnis batu alam. Arifin bilang, kehadiran pemain baru itu membuat pasar batu alam bersaing ketat. "Mereka berani menurunkan harga jual," kata Arifin.

Arifin menambahkan, pemain baru berani menjual Iebih murah karena menjual batu alam kelas dua atau batu alam yang ukurannya tidak simetris atau tidak presisi. "Produk mereka laris, tapi segmen pasar mereka adalah kelas menengah ke bawah," terang Arifin.

Baik Arifin atau Sudomo mengaku tidak tertarik memproduksi batu alam kelas dua tersebut Ia menyatakan, akan tetap memproduksi batu alam berkualitas dengan ukuran yang presisi. "Sebab kami memiliki langganan dari kontraktor dan juga pengembang yang butuh batu yang berkualitas," kata Arifin.

Sumber: Harian Kontan
Hafid Fua({

Entri Populer