Halaman

Mencicipi gurih peluang seblak langsung dari Bandung


Kudapan seblak sempat naik daun beberapa tahun lalu dan kini masih banyak penggemarnya. Malah, makanan khas Bandung ini sudah bisa dijumpai di di luar kota kembang.
Kondisi inilah yang membaut pebisnis seblak kerap bermunculan dan mencoba merambah gerai lewat jalur kemitraan. Salah satunya adalah Seblak Sultan milik Nendi Angga Kusumah. Nendi memulai usaha sejak 2015, dan baru berani membuka tawaran kemitraan sejak 2019.
Hingga kini Seblak Sultan sudah punya empat gerai pribadi yang ada di Bandung. Sedangkan gerai milik mitra bakal  ada 6 outlet yang tengah tahap persiapan di sekitar Jabodetabek. "Gerai mitra akan segera buka dalam waktu dekat," katanya kepada KONTAN, Senin(6/1).
Adapun target hingga akhir tahun ini, ia berharap bisa menggandeng hingga 24 mitra bisnis di usaha seblak tersebut. Nah, kalau ada yang  berminat, Seblak Sultan menyediakan tiga paket kemitraan usaha. Yakni paket Rp 125 juta untuk tipe gerai 25 m², paket Rp 150 juta di tipe 50 m² dan paket Rp 175 juta untuk tipe gerai 75 m². 

Fasilitas lainnya adalah aspek hukum, standar operasional prosedur, promosi, kemasan, bahan baku, pelatihan, promosi pembukaan dan pendampingan dari pihak pusat. "Mitra akan  kami kenakan biaya royalti 5% dari nilai paket per tahunnya," katanya.
Untuk menjaga kualitas produk, Nendi mewajibkan mitra untuk membeli bahan baku utama yakni racikan, kemasan, dan bahan baku kerupuk.
Agar mitra bisa balik modal tepat waktu, ia memperkirakan mitra harus mendapatkan omzet sekitar Rp 1 juta sampai dengan Rp 3 juta per hari. Atau minimal nilai penjualan sekitar Rp 30 juta sampai Rp 90 juta per bulan. 

Dengan net profit sekitar 30% dari omzet, maka mitra diharapkan bisa balik modal dalam waktu 20 bulan atau kurang dari dua tahun. "Saya optimistis mitra bisnis bisa balik modal lebih cepat karena makanan ini masih banyak yang suka," klaimnya.
Seblak Setan menawarkan menu seblak yang cukup beragam. Diantaranya ada seblak baso, seblak tulang, seblak ceker, seblak telor, dan masih banyak lainnya. Harganya mulai dari Rp 10.000 saja per porsinya. 
Pengamat usaha Djoko Kurniawan menyarankan bagi pebisnis yang ingin terjun ke bisnis makanan tersebut harus sudah bisa berinovasi, laiknya bisnis kuliner lainnya. Misalnya dengan membuat variasi menu yang lebih beragam. Tujuannya adalah supaya konsumen tidak cepat bosan dengan menu yang ada.
Yang tidak kalah penting adalah adanya pendampingan dari pihak pusat ke para mitra untuk memastikan bisnis yang ia jalani berada di jalur yang benar. Meski bisnis ini tergolong simpel, tapi jika dikerjakan sesuai standar bisa bertahan lama.    

sumber.kontan.co.id