Bagi banyak orang, lambang cinta Shah Jahan kepada istrinya,Mumtaz
Mahal yang diabadikan dalam bangunan megah Taj Mahal, menjadi hal yang
menyentuh rasa. Jika ingin mendengar kisah serupa, tidak perlu jauh-jauh
ke Agra, India.
Anda cukup datang ke bilangan Tirtodipuran, Yogyakarta. Di kota dengan
sejuta sebutan, di mana waktu serasa mengalun lambat itu, Anda memang
tak akan menjumpai Taj Mahal, melainkan Warung Bu Ageng.
Selain menjadi alternatif wisata kuliner ala kota pelajar, Warung Bu Ageng merupakan salah satu kecintaan suami kepada istri.Mengapa? Warung ini didirikan dengan cita-cita bila nanti suami
meninggal, secara keekonomian, sang istri tak lagi perlu menggantungkan
diri pada siapa pun.
Di luar masalah filosofis, warung yang berarsitektur Joglo Jawa klasik
dan bermodal awal mencapai miliaran rupiah ini, dibangun karena sang
suami mengakui kepandaian sang istri dalam memasak.
Di sana, di Warung Bu Ageng, Anda akan disambut dengan hidangan menu
rumahan ala Rulyani Isfihana. Sebagai pemilik dan sekaligus yang
bertanggung jawab dengan segala sajian menu yang terhidang, Rulyani tak
hanya mengawasi puluhan anak buahnya, tetapi juga turun langsung dalam
meracik bumbu.
Menu makanan yang terbilang bervariasi, sengaja disajikan secara
berselang-seling setiap harinya. Manajer Warung Bu Ageng, Giras
Basuwondo mengatakan tujuan penerapan menu selang-seling ini agar para
pengunjung tak cepat bosan.
Sambal kutai yang merupakan hasil racikan bumbu ala Kalimantan dan Jawa
merupakan pemikat dan sanggup membuat porsi makanan Anda bertambah.Sementara itu, menu andalan adalah nasi campur, yang berisi telur dadar
dadu, paru ketumbar, ikan asin, abon, kering kentang, sambal kutai, dan
kerupuk lempeng gendar.
Satu menu sayur yang tak boleh tidak anda pesan di tempat ini adalah
lodeh. Isi sayuran ini sama dengan selayaknya sayur lodeh, tapi tambahan
bumbu rahasia
ala Warung Bu Ageng, dipastikan akan membuat anda nyandu.
Bubur diruan untuk cuci mulut
Menu ayam nylekit yang berupa ayam potongan dengan rasa pedas nylekit
di lidah, juga layak menjadi pilihan. Lauk lele njingkrung, baceman
kambing, sotong gelap, terik daging, sidat bumbu kecap, pecel, paru
ketumbar, sayur bobor, tempe garit, bakwan ageng, adalah sederet menu
yang ditawarkan.
Tak ketinggalan hidangan pencuci mulut berupa pisang panggang kayu manis, bubur jagung, dan roti sus isi cincang daging ayam.Menu andalan pencuci mulut adalah bubur duren mlekoh. Bubur yang berisi
potongan roti tawar, yang dimasukkan ke dalam santan kental, yang
dipadu dengan gula merah, dan durian terasa yahud di mulut.
Untuk minuman, Anda dapat memesan air jeruk nipis panas yang disajikan
dengan paduan gula batu tradisional berwarna kuning, es cincau hijau,
dan es kopyor durian.Keseluruhan menu ini dibanderol dengan harga bersaing. Saat menunggu
hidangan ini disajikan, Anda dapat menikmati suasana nglaras yang
menjadi atmosfer tempat ini.
Wall of Fame yang terdiri dari para tokoh yang lahir dan dianggap
berjasa bagi Yogya, akan Anda lihat pada tembok utama warung ini.
Pastinya semua tokoh yang fotonya digantung di dinding ini sudah
menghadap sang Khalik.
Bilamana Anda sudah bosan dengan gudeg, menu makanan rumahan yang
ditawarkan Warung Bu Ageng layak jadi pilihan. Tak lupa, jika beruntung,
Anda akan bertemu dengan seniman Butet Kartaradjasa, yang saat ini
dianggap –setidaknya- berhasil membuktikan tanda cintanya kepada sang
istri, Rulyani Isfihana.
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
http://ukmindonesiasukses.blogspot.com/2013/04/margahayuland-42-tahun-membangun.html
Sumber : Bisnis Indonesia
(diena.lestari@bisnis.co.id) (sut)