03/03/2012
Fahrudin, Pemilik Mi Ayam Berkah
Kelola Kebun Kopi Sampai Jadi Agen Elpiji
Keberhasilan Fahrudin membesarkan bisnis mi ayam tidak segampang membalikkan telapak tangan. Ia sempat mengelola kebun kopi, membuka warung nasi hingga menjadi agen elpiji. Namun berkah mujurnya membuat dan menjual Mi Ayam Berkah.
SEBELUM terjun ke dunia bisnis. Fahrudin sebetulnya sempat mencicipi bangku kuliah di jurusan ekonomi Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tapi, gara-gara keinginannya yang kuat untuk berbisnis membuat kuliahnya berantakan.
Hanya dua tahun, ia bertahan di kota pelajar ito. Fahrudin pun memutuskan mudik ke kampung halaman di Palembang. Tak lama di Palembang, Fahrudin pindah ke Lampung. Ia berniat meneruskan bisnis kebun kopi milik orangtua di Lampung kelu-tulan orangtua saya juga pedagang kopi," jelasnya.
Anak kedelapan dari sembilan bersaudara ini sempat mengelola kebun peninggalan orangtuanya itu sampai tahun 1990. Nasib memang belum berpihak pada Fahrudin. Bahkan, Fahrudin harusmerelakan kebun kopi seluas 25 hektare warisan sang orangtua, diambil alih pemerintah lantaran terkena program reboisasi. Kini, perkebunan kopi itu telah menjadi hutan lindung.
Fahrudin sempat patah arang, karena baru mengarap kebun kopi warisan beberapa tahun. Terlebih, naluri bisnisnya saat itu tengah menggebu-gebu. Tak mau berlama-lama meratapi nasib, Fahrudin kembali ke Palembang daariiemulai bisnis baru dari nol. Ia mengaku tak bisa berlama-lama menahan diri di Lampung, karena sudah tidak punya apa-apa lagi.
Dari program reboisasi, Fahrudin mendapatkan uang ganti rugi yang jumlahnya tak terlalu besar. Uang itulah yang kelak dijadikan modal membangun bisnis baru di Palem-bang Di kota empek-empek tersebut, Fahrudin mencoba beragam usaha. Awalnya, pria berusia 44 tahun tersebut membuka warung nasi, namun tak begitu berkembang. Kemudian, beralih jadi agen elpyi sampai tahun 1997. Lagi-lagi nasibnya belum terlalu mujur, karena usahanya itu juga seret.
Maka itu, pada tahun 1997, ia banting stir lagi, berjualan mi ayam keliling dengan me-makai gerobak. Fahrudin memulai bisnis ini dengan modal awal Rp 2,5 juta hasil tabungan usaha dia sebelumnya. Tak dinyana, dari usaha mi ayam ini pintu rezeki Fahrudin terbuka lebar. Berkat keuletan dan kerja kerasnya, perlahan usaha mi ayam Fahrudin berkembang. Apalagi, sejak memulai usaha tersebut, Fahrudin juga membuat mi sendiri. Selain digunakan sendiri, ia juga menjual mi buatannya itu ke pedagang lain.
Setelah enam bulan menekuni bisnis mi ayam dan pembuatan mi, usaha Fahrudin dilirik PT Bogasari Flour Mills. Ia pun kemudian direkrut memadi mitra anak usaha PT Indofood Sukses Makmur itu. Setelah menjadi mitra, Fahrudin kerap mengikuti pelatihan wirausaha dari Bogasari.
Ia pun mulai mengenal mesin pembuatan mi yang lebih modern. Sebelumnya, ia membuat mi dengan peralatan manual, sehingga hasilnya tidak maksimal. Fahrudin juga mendapat pelajaran berharga soal cara membuat mi yang bagus, termasuk juga manajemen pemasarannya.
Hasilnya, bisnis Fahrudin sekarang semakin berkibar. Kini ia bukan lagi pedagang mi keliling dengan gerobak, melainkan sudah menjadi juragan mi segar dan menjadi pemasok ke sejumlah pelanggan. "Membangun bisnis itu membutuhkan keuletan dan kesabaran tinggi," ujarnya.
Sumber: Harian Kontan
Noverius Laoli