Halaman

Bisnis Ternak Kambing Yang Menjanjikan

03/03/2012
Bisnis Ternak Kambing Yang Menjanjikan
Usaha membudidayakan kambing sangat menjanjikan karena tidak memerlukan investasi besar dibandingkan dengan sapi perah. Selain praktis juga relatif mudah dalam manajemen. Neraca.-Potensi untuk mengembangkan kambing di Indonesia sangat terbuka lebar, karena kurang lebih 30% kebutuhan pangan dan pertanian dipenuhi oleh ternak, sehingga keberadaan ternak menjadi sangat strategis dalam hidup dan kehidupan manusia.

Sebagian besar orang di negara kita suka makan . daging kambing, karena kambing dipercaya dapat meningkatkan stamina tubuh, baik pria maupun wanita. Karena itu, bisnis penjualan sangat menguntungkan kapan pun, terlebih ketika menjelang hari raya Idul Adha, selamatan, akikah, dan sebagainya.

Maka tidak heran jika banyak orang memprediksi bahwa sampai kapan pun, budidaya kambing bisnis yang potensial. Untuk mengurus kambing-kambing yang Anda budidayakan, dua orang karyawan setidaknya diperlukan dalam usaha ini, yakni perawat dan pencari pakannya.

Sedangkan untuk konsumen kita meliputi hampir semua orang, terutama masyarakat yang menyukai daging kambing. Daging kambing juga banyak dikonsumsi para penderita anemia, karena daging kambingdapat menaikkan tekanan darah serta meningkatkan stamina.

Beternak kambing, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan. Pertama, karena beternak kambing tidak memerlukan lahan yang luas. Kedua, kambing memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan sehingga mudah dipelihara dan dikembangkan. Ketiga, untuk berkembang biak kambing tidak memerlukan waktu yang lama. Keempat, bahan pangan kambing tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Dapat dicatat, kambing merupakan sumber protein bernilai gizi tinggi.

Pangsa pasar kambing tergolong baik, karena kambing di samping sangat dibutuhkan masyarakat sebagai sumber pangan dan gizi juga peluang ekspornya masih terbuka. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian, Indonesia berpeluang untuk mengekspor kambing 3 juta ekor setiap tahunnya ke Malaysia dan Timur Tengah.

Peluang pasar untuk ternak kambing yang begitu besar telah mendorong LIPI melalui Program Iptekda bekerja sama dengan Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat, Universitas Airlangga untuk memberdayakan masyarakat Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Pacitan melalui usaha penggemukan dan pembudidayaan kambing peranakan etawa. Beternak kambing sudah seharusnya dibawa ke ranah industri yang benar. Karena beternak kambing sudah tidak hanya sebagai ternak sampingan, tetapi terdapat banyak potensi di dalamnya, seperti penjualan susu kambing, penjualan anakan kambing, penjualan pupuk kambing, penjualan kambing di saat Idul Adha, dan penjualan paket wisata.

Terdapat banyak sekalipotensi yang terdapat didalam usaha peternakan ini. Setidaknya ada tiga target tujuan yang bisa ditempuh, tujuan jangka pendek atau harian yakni berupa susu kambing, tujuan jangka menengah dan bulanan pupuk kambing, dan tujuan jangka panjang atau tahunan yaitu berupa daging dan bibit kambing. Jika diseriusi maka tidak mustahil keuntungan besar akan ada di depan mata. Dengan waktu yang singkat dan sekmentasi pasar yang jelas, maka akan bisa tercapai.

Sedangkan, hasil penelitian Institut Pertanian Bogor mencatat konsumsi daging tahun ini mencapai 1,87 kg per kapita per tahun, sehingga untukmemenuhi kebutuhan daging sapi tahun 2012 sekitar 448.800 . ton ini yang sebagian masih harus impor 72.290 ton setara dengan 441.600 ekor sapi.

Realisasi impor daging sapi . tahun ini 93.000 ton. Selain impor daging beku, pemerintah memberikan kuota impor sapi bakalan tahun ini 600.000 ekor. Namun, realisasi impor sapi bakalan tahun ini diperkirakan hanya 450.000 ekor. Rata-rata satu ekor sapi menghasilkan 163,7 kg daging. Impor sapi pada tahun ini mencapai 450.000 ekor setara dengan 73.665 ton. Total impor daging sapi tahun ini sekitar 166.665 ton.

Penelitian itu juga sudah memasukkan permintaan daging untuk industri kecil dan rumah tangga serta asosiasi pedagang bakso serta makanan jadi dari Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) sebesar 10% dari total konsumsi daging rumah tangga.

Berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan Kementan, konsumsi daging nasional pada 2010 sebesar 1,27 kg per kapita per tahun, Ditjen Peternakan Kementan sebesar 1,7 kg per kapita per tahun, Asosiasi Pengusaha Importir Daging Indonesia (Aspidi) 2,1 kg per kapita per tahun, sedangkan Asosiasi Feedloter Indonesia (Apfindo) 2,09 kg per kapita per tahun, (ade)

Sumber: Harian Neraca