Halaman

Di Tangan Widyapratama, Kopi Aroma Diakui Dunia

07/02/2012
Profil Widyapratama Tanara
Di Tangan Widyapratama, Kopi Aroma Diakui Dunia



Kualitas Kopi Aroma Bandung sudah kesohor di kalangan pecinta kopi. Berdiri sejak 1930, Kopi Aroma berhasil menembus pasar mancanegara. Kopi ini menjadi besar di tangan Widyapratama Tanara, generasi kedua penerus usaha Kopi Aroma.

WIDYAPRATAMA Tanara adalah generasi kedua penerus usaha Kopi Aroma yang bermarkas di Jalan Banceuy Nomor 51, Bandung, Jawa Barat, yang sudah melegenda itu. Perusahaan kopi ini didirikan pada tahun 1930 oleh Tan Houw Sian, ayah kandung Widyapratama.

Widyapratama mulai meneruskan tongkat estafet perusahaan sejak ayahnya meninggal di tahun 1971. Di tangannya. Kopi Aroma semakin dikenal luas di kalangan para pecinta kopi.Tidak hanya dalam negeri, Kopi Aroma juga terkenal hingga ke luar negeri. Beberapa pelanggan setia kopi ini berasal dari Jepang, Australia, Belanda, Amerika Serikat, dan Kanada.

Setiap pembeli yang datang langsung ke pabrik diperkenankan melihat proses pembuatan kopi tersebut. "Saya yang memandu langsung para pembeli di pabrik," ujar Widyapartama Hal itu dilakukannya sebagai bagian dari pelayanan terhadap konsumen. Tak heran, bila banyak konsumen yang puas dan berlang-gan Kopi Aroma.

Pabrik Kopi Aroma memproduksi dua varian kopi. Yakni, kopi moka arabika yang dihargai Rp 17.500 per 250 gram, dan kopi robusta yang dibanderol Rp 12.500 per 250 gram.

Harga tersebut naik rata-rata 10% pertahun.

Sayang, Widyapratama enggan menyebutkan omzet perusahaannya. "Yang jelas produksi dan omzet mengalami pertumbuhan terus menerus setiap tahun," ujarnya.Selain mengutamakan pelayanan, ia juga sangat memperhatikan kualitas produk yang dijualnya. Makanya, aktivitas produksi di pabrik ini sangat dibatasi. Prinsipnya, produksi harus habis terjual hari itu juga.

Tujuannya menjaga kualitas kopi tetap segar," jelas pria kelahiran Bandung, 16 Oktober 1952 ini.Lantaran produksinya terbatas, jumlah pembelian kopi oleh konsumen juga dibatasi. Ia hanya membolehkan, setiap orang membeli sebanyak 5 kg-10 kg kopi per hari.

Pembatasan dilakukan karena produksi terbatas, sehingga orang lain juga harus kebagian. Sumber bahari baku Kopi Aroma sepenuhnya menggunakanpasokan dari dalam negeri. Hanya saja, bahan bakunya kualitas pilihan sehingga menghasilkan kopi yang bermutu dan digemari banyak penikmat kopi.

Tidak hanya mutu dan kualitas produk yang dijaga. Bentuk fisik pabrik dan toko Kopi Aroma yang berdiri di atas lahan seluas 1.300 rn2 tersebut juga tidak berubah sejak awal berdiri. Nama perusahaan pun masih menggunakan ejaan lama, yakni Koffie Fabriek Aroma Bandoeng.

Widyapratama sendiri tidak berniat membuat bisnis kopinya Iebih besar dari yang sekarang. "Bagi saya perusahaan sekarang sudah cukup sesuai dengan kemampuan saya untuk mengelola," ujarnya.Ia khawatir, jika skala usahanya itu diperbesar justru akan menurunkan kualitas kopi yang dihasilkan. Lagi pula, baginya, berbisnis bukan sekadar mencari uang. "Lebih utama adalah mempertanggungjawabkan hasilnya kepada yang di Atas," ujarnya.

Makanya, ia sangat memperhatikan kualitas kopi yang dihasilkan. Kopi yang berkualitas baik, menurut dia, harus sehat dan tidak dicampur zat kimia. "Kejujuran itu penting karena konsumen telah membayar," ujarnya 


Sumber : Harian Kontan
Noverius Laoli