8/12/2011
Social Entrepreneur
Memberdayakan Perempuan Aceh Melalui Tulisan
Tabrani Yunis adalah pendiri LSM Center for Community Development and Education (CCDE). LSM ini memberdayakan perempuan Aceh agar mampu menjadi wirausaha dan bisa menulis. Hasilnya ribuan perempuan Aceh sudah menikmati dana bergulir yang kini berkembang mencapai Rp 1,5 miliar, termasuk berkembangnya Majalah Potret.
TABRANI Yunis lahir pada 10 Oktober 1962 di Manggeng, Aceh Selatan (NAD). Lulusan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh ini merupakan pendiri lembaga swadaya masyarakat (LSM) bernama Cen ter for Commit-. nity Development and .Education (CCDE) atau Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan Banda Aceh. Berdiri 30 November 1993,
CCDE mempunyai misi untuk meningkatkan pengetahuan dan peranan sosial perempuan Aceh. Sebab, menurut Tabrani, kehidupan perempuan di Aceh sangat mengenaskan. Selain mengalami kemiskinan finansial juga miskin intelektual
Miskin finansial karena tidak memiliki akses dalam sektor ekonomi yang didominasi oleh kaum laki-laki. Sedangkan miskin intelektual dan peranan sosial karena rendahnya posisi perempuan dalam sistem sosial yang mengusung budaya patriuneal.
Untuk mengubah perempuan Aceh itu, Tabrani menceritakan, ia membuat berbagai program pemberdayaan perempuan. Pada tahap awal, CCDE memberikan pelatihan dan pengembangan potensi melalui kegiatan keterampilan seperti menjahit, memasak, membuat kue, dan kerajinan tangan. "Kegiatan itu akan menambah keterampilan, pemasukan, dan lapangan kerja," katanya.
Namun, Tabrani mengaku tidak mempertahankan program tersebut dalamjangka waktu lama Sebab menurutnya, peranan perempuan harus meningkat tidak hanya disektor domestik tapi juga sektor publik. Untuk itu, guru bahasa Inggris sekolah menengah atas di Banda Aceh ini kemudian membuat program pelat ih an kepe-mimpinan, kewirausahaan, manajemen usaha, produksi, keuangan serta pemasaran. Untuk menstimulasi jiwa kewirausahaan itu, CCDE memberikan kredit bergulir sebesar Rp 50.000 per orang untuk 55 perempuan di Banda Aceh pada 1996. Totalnya, Tabrani menghitung, dana yang dibutuhkan cuma Rp 3 juta.
Pada 2011, kredit bergulir CCDE telah meningkat menjadi Rp 5 juta per orang dan telah dinikmati oleh 1.100 perempuan Aceh di 10 kabupaten. Total danapinjaman telah meningkat menjadi Rp 1,5 miliar.
Setelah memberikan kredit bergulir dan pelatihan kewirausahaan, CCDE terus membuat program pembinaan lain untuk 45 kelompok perempuan yang tersebar di enam kabupaten NAD. Namun kegiatan ini terhenti pada 1998, saat Aceh dilanda konflik internal.
Pada 2001, Tabrani memberikan pelatihan menulis kepada 25 perempuan Aceh. Melalui pelatihan menulis, Tabrani ingin iiuiiggalakkan budaya im-nulis dan membaca dikalangan wanita Aqeh. Selain itu, dia berkeinginan , meningkatkan kesadaran V kritis atas hak dan kewajiban kaum perempuan dalam masyarakat.
Sebab, menurut Tabrani, sangat jarang tulisan yang muncul di media massa Aceh berasal dari perempuan. "Saya melatih perempuan yang hidup di zona akar rumput yang hidup miskin untuk bisa menulis," katanya Selama tiga hari, perempuan-perempuan itu dilatih intensif yang disediakan oleh CCDE. Dalam pelatihan itu, peserta diperbolehkan menulis berbagai macam persoalan yang kerap dihadapi perempuan. Untuk menyalurkan kreativitas menulis, pada 2002, Tabrani meluncurkan majalah bulanan Potret. Agar mereka semakin gemar menulis, Tabrani memberikan apresiasi sebesar Rp 25.000 per tulisan yang dimuat di Potret. Namun
Setelah berjalandua tahun, Potretberhenti terbitkarena bencanatsunami.sayang, setelah berjalan selama dua tahun, Poin l berhenti terbit karena disapu bencana tsunami yang mengoyak Aceh pada 26 Desember 2004.
Bencana tersebut tak hanya merenggut Potret, tapi juga isteri dan kedua anak lelaki Tabrani. Tak larut dalam kesedihan berkepanjangan, Tabrani pada 2005 kembali meneruskan CCDE dengan menjadi pendamping LSM asing. "LSM asing tersebut membantu membangkitkan CCDE," katanya
Akibat tsunami, berbagai dokumen dan tulisan Potret hilang. Bencana tsunami juga menewaskan 10 kelompok perempuan binaan Tabrani.
Setelah vakum selama dua tahun, Potret kembali terbit. Untuk mengisi tulisan, CCDE melatih kembali 200 perempuan di 8 kabupaten. Dari 200 perempuan yang meng- ikuti pelatihan menulis, berkembang mei\jadi 1.000 perempuan dari 21 kabupaten di Aceh.
Setelah 200C, Potivt berkembang makin pesat. Dari 1.000 eksemplar pada 2006, melonjakjadi 5.000 eksemplar pada 2011 dengan harga Rp 15.000 per eksemplar. Jangkauan pemasaran juga mencapai Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bandung, Manado, serta Jakarta
Dengan perkembangan itu,setiap tulisan yang masuk juga dihargai lebih tinggi, yakni Rp 100.000 per tulisan. Tidak seperti media lain yang hanya menerima tulisan ki likan maupun komputer, kami menerima tulisan tangan," lanjut Tabrani.
Walaupun dijual Rp 15.000 per eksemplar, namun omzet Potret hanya Rp 15 juta per bulan. Sebab, para perempu-anJjinaan CCDE bisa membeli dengan harga sukarela. Bagi Tabrani, yang p;iling penting perempuan Aceh memiliki budaya baca ilmi (lilis yang tinggi.
Untuk membiayai program-programnya CCDE mendapat dana dari berbagai LSM asing, DeutchBank, dan juga Kedutaan Finlandia, Saat ini, Tabrani juga lagi sibuk menggerakkan donasi untuk 1.000 sepeda bagi anak yatim.ill Aceh
Tabrani Yunis adalah pendiri LSM Center for Community Development and Education (CCDE). LSM ini memberdayakan perempuan Aceh agar mampu menjadi wirausaha dan bisa menulis. Hasilnya ribuan perempuan Aceh sudah menikmati dana bergulir yang kini berkembang mencapai Rp 1,5 miliar, termasuk berkembangnya Majalah Potret.
TABRANI Yunis lahir pada 10 Oktober 1962 di Manggeng, Aceh Selatan (NAD). Lulusan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala di Banda Aceh ini merupakan pendiri lembaga swadaya masyarakat (LSM) bernama Cen ter for Commit-. nity Development and .Education (CCDE) atau Pusat Pengembangan Masyarakat dan Pendidikan Banda Aceh. Berdiri 30 November 1993,
CCDE mempunyai misi untuk meningkatkan pengetahuan dan peranan sosial perempuan Aceh. Sebab, menurut Tabrani, kehidupan perempuan di Aceh sangat mengenaskan. Selain mengalami kemiskinan finansial juga miskin intelektual
Miskin finansial karena tidak memiliki akses dalam sektor ekonomi yang didominasi oleh kaum laki-laki. Sedangkan miskin intelektual dan peranan sosial karena rendahnya posisi perempuan dalam sistem sosial yang mengusung budaya patriuneal.
Untuk mengubah perempuan Aceh itu, Tabrani menceritakan, ia membuat berbagai program pemberdayaan perempuan. Pada tahap awal, CCDE memberikan pelatihan dan pengembangan potensi melalui kegiatan keterampilan seperti menjahit, memasak, membuat kue, dan kerajinan tangan. "Kegiatan itu akan menambah keterampilan, pemasukan, dan lapangan kerja," katanya.
Namun, Tabrani mengaku tidak mempertahankan program tersebut dalamjangka waktu lama Sebab menurutnya, peranan perempuan harus meningkat tidak hanya disektor domestik tapi juga sektor publik. Untuk itu, guru bahasa Inggris sekolah menengah atas di Banda Aceh ini kemudian membuat program pelat ih an kepe-mimpinan, kewirausahaan, manajemen usaha, produksi, keuangan serta pemasaran. Untuk menstimulasi jiwa kewirausahaan itu, CCDE memberikan kredit bergulir sebesar Rp 50.000 per orang untuk 55 perempuan di Banda Aceh pada 1996. Totalnya, Tabrani menghitung, dana yang dibutuhkan cuma Rp 3 juta.
Pada 2011, kredit bergulir CCDE telah meningkat menjadi Rp 5 juta per orang dan telah dinikmati oleh 1.100 perempuan Aceh di 10 kabupaten. Total danapinjaman telah meningkat menjadi Rp 1,5 miliar.
Setelah memberikan kredit bergulir dan pelatihan kewirausahaan, CCDE terus membuat program pembinaan lain untuk 45 kelompok perempuan yang tersebar di enam kabupaten NAD. Namun kegiatan ini terhenti pada 1998, saat Aceh dilanda konflik internal.
Pada 2001, Tabrani memberikan pelatihan menulis kepada 25 perempuan Aceh. Melalui pelatihan menulis, Tabrani ingin iiuiiggalakkan budaya im-nulis dan membaca dikalangan wanita Aqeh. Selain itu, dia berkeinginan , meningkatkan kesadaran V kritis atas hak dan kewajiban kaum perempuan dalam masyarakat.
Sebab, menurut Tabrani, sangat jarang tulisan yang muncul di media massa Aceh berasal dari perempuan. "Saya melatih perempuan yang hidup di zona akar rumput yang hidup miskin untuk bisa menulis," katanya Selama tiga hari, perempuan-perempuan itu dilatih intensif yang disediakan oleh CCDE. Dalam pelatihan itu, peserta diperbolehkan menulis berbagai macam persoalan yang kerap dihadapi perempuan. Untuk menyalurkan kreativitas menulis, pada 2002, Tabrani meluncurkan majalah bulanan Potret. Agar mereka semakin gemar menulis, Tabrani memberikan apresiasi sebesar Rp 25.000 per tulisan yang dimuat di Potret. Namun
Setelah berjalandua tahun, Potretberhenti terbitkarena bencanatsunami.sayang, setelah berjalan selama dua tahun, Poin l berhenti terbit karena disapu bencana tsunami yang mengoyak Aceh pada 26 Desember 2004.
Bencana tersebut tak hanya merenggut Potret, tapi juga isteri dan kedua anak lelaki Tabrani. Tak larut dalam kesedihan berkepanjangan, Tabrani pada 2005 kembali meneruskan CCDE dengan menjadi pendamping LSM asing. "LSM asing tersebut membantu membangkitkan CCDE," katanya
Akibat tsunami, berbagai dokumen dan tulisan Potret hilang. Bencana tsunami juga menewaskan 10 kelompok perempuan binaan Tabrani.
Setelah vakum selama dua tahun, Potret kembali terbit. Untuk mengisi tulisan, CCDE melatih kembali 200 perempuan di 8 kabupaten. Dari 200 perempuan yang meng- ikuti pelatihan menulis, berkembang mei\jadi 1.000 perempuan dari 21 kabupaten di Aceh.
Setelah 200C, Potivt berkembang makin pesat. Dari 1.000 eksemplar pada 2006, melonjakjadi 5.000 eksemplar pada 2011 dengan harga Rp 15.000 per eksemplar. Jangkauan pemasaran juga mencapai Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bandung, Manado, serta Jakarta
Dengan perkembangan itu,setiap tulisan yang masuk juga dihargai lebih tinggi, yakni Rp 100.000 per tulisan. Tidak seperti media lain yang hanya menerima tulisan ki likan maupun komputer, kami menerima tulisan tangan," lanjut Tabrani.
Walaupun dijual Rp 15.000 per eksemplar, namun omzet Potret hanya Rp 15 juta per bulan. Sebab, para perempu-anJjinaan CCDE bisa membeli dengan harga sukarela. Bagi Tabrani, yang p;iling penting perempuan Aceh memiliki budaya baca ilmi (lilis yang tinggi.
Untuk membiayai program-programnya CCDE mendapat dana dari berbagai LSM asing, DeutchBank, dan juga Kedutaan Finlandia, Saat ini, Tabrani juga lagi sibuk menggerakkan donasi untuk 1.000 sepeda bagi anak yatim.ill Aceh
Sumber: Harian Kontan
Dea Chadiza Syafina