Halaman

Ingin Jualan Jaket Kulit Ular ke China

28/12/2011
Inspirasi Agus Suryadi
Ingin Jualan Jaket Kulit Ular ke China


Agus Suryadi sukses berbisnis kerajinan kulit ular dengan menerapkan manajemen perusahaan yang baik dan efektif. Ia mengatur bisnis sejak dari ketersediaan bahan baku sampai pemasaran. Dengan pengelolaan usaha yang baik itulah, Agus bisa merasakan nikmatnya kenaikan omzet hingga 20% per tahun.

KETIKA memutuskan mer\jadi pengusaha, Agus Suryadi, pemilik kerajinan kulit ular di Garut, Jawa Barat, tentu juga sudah mempertimbangkan risiko yang bakal ia hadapi. Ia sadar betul, risiko terberat dari seorang pengusaha adalah ketika harus menanggung kerugian.

Namun, Agus sudah punya kiat untuk mengatasi risiko kerugian seperti itu, yakni sikap pantang berputus asa. Ia bilang, semangat adalah modal utama yang efektif untuk berbisnis. "Semangat-lah yang menjadi modal saya," kata Agus.

Semangat berbisnis Agus memang sudah teruji saat jatuh ketika merintis bisnis jasa perjalanan dan bengkel motor. Dari kegagalan itulah, Agus belajar bagaimana berbisnis yang baik.

Setelah banyak belajar dari kegagalan, Agus punya keyakinan bisnis kerajinan kulit ular ini bakal berjaya. Untuk itu, kini Agus mulai mengelola usahanya itu dengan lebih hati-hati dan segala sesuatunya ia persiapkan dengan matang.

Untuk menjaga gawang, Agus merekrut empat sepupunya untuk terlibat dalam manajemen usaha. Dua orang ia tempatkan sebagai pengelola administrasi, satu orang sebagai pengawas pasokan bahan baku, dan satu orang lagi sebagai pengawas kualitas produksi. "Dengan sistem ini, pasokan bahan baku bisa lancar dan produk punbermutu," kata Agus.

Dengan manajemen pengelolaan seperti itu, Agus berhasil menjaga mutu produksi. Dengan cara ini, pelanggan pun akan kembali datang dan bakal memesan barang dengan jumlah lebih banyak. Itulah sebabnya, "Setiap tahun omzet saya naik 20%," terang Agus.

Sepanjang tahun ini, Agus mendapatkan omzet rata-rata Rp 150 juta per bulan. Dari omzet itu Agus membawa pulang laba sebesar 35% sampai 40%.

Untuk 2012 nanti, Agus menargetkan kenaikan omzet yang lebih tinggi. Salah satu caranya adalah dengan mengembangkan pasar ekspor ke Timur Tengah. Selain itu, Agus juga mulai melirik pasar ekspor ke China dan Jepang.

Agus akanmemproduksijaket dari kulitular untuk pasarekspor.
Sebelumnya, Agus sudah mengekspor produk kerajinan dari kuin ular itu ke Malaysia dan juga Brunei Darussalam. "Tapi porsi pasar eskpor saya hanya sebesar 35% dari seluruh total produksi," jelas Agus.
Agar target ekspor itu bisa menjadi kenyataan, kini Agus perlu bekerja keras untuk menambah kapasitas produksinya yang kini masih sebanyak 1.000 unit per bulan. "Jika produksi naik,saya berharap pangsa pasar ekspor bisa naik menjadi 40%," ungkap Agus.

Agus pun sudah merencanakan, jika pasar ekspor berhasil ia garap dengan baik, ia akan merekrut tenaga kerja baru dari wilayah Garut. "Prioritas adalah warga Garut, namun tidak menutup kemungkinan kami menerima karyawan dari luar Garut," kata Agus yang kini sudah mempunyai 11 pekerja.

Selain itu, untuk tenis memenangkan persaingan, Agus juga rajin melakukan inovasi produk. Setelah sukses dengan tas dari kulit ular, ia memproduksi dompet serta ikat pinggang, yang semuanya terbuat dari kulit ular.
Kini. Agus sedang menjajaki membuat jaket dari kulit ular. Menurutnya, jaket kulit ular banyak digemari di China dan Jepang. "Tapi jaket kulit ular masih jarang ditemui di Indonesia," terang Agus.

Untuk memproduksi jaketkulit ular itu, Agus tidak mau terburu-buru. Banyak hal yang mesti ia pertimbangkan, salah satunya adalah potensi pasarnya di dalam negeri. Kini Agus mulai sadar, bagaimanapun sekolah atau kuliah itu pada akhirnya selalu mempunyai nilai yang penting. Kini, ia bisa menilai, keputusannya kuliah di jurusan perhotelan tidaklah salah. Agus mengaku, banyak mengimplementasikan pengetahuan yang ia peroleh dari bangku kuliahnya dulu. "Ilmu manajemen yang dapat semasa kuliah sangat bermanfaat dalam menjalankan bisnis," terang Agus.

Walaupun ia gagal merintis karir di dunia perhotelan, namun Agus tidak menyesali-nya Ia mengaku bersyukur bisa mengamalkan ilmu kuliahnya lewat bisnis kerajinan ini. Lebih-lebih bisnis ini mampu menyerap tenaga kerja di sekitar rumahnya "Tidak ada ilmu yang sia-sia," jelas Agus. 

Sumber: Harian Kontan
Ragil Nugroho