Halaman

Titik Nol Kegagalan

14/11/2011
Titik Nol Kegagalan


Kegagalan, apalagi jika kegagalan itu adalah keterpurukan hingga di titik terbawah, sering kali kita sikapi sebagai malapetaka, sebagai akhir segalanya. Keterpurukan di ti tik nol kerap menjadikan kita ciut hati, un-dermotivated, dan berat memulai lagi dari bawah. Akibatnya, keterpurukan menjadikan kita makin terpuruk. Kita kian terjebak dalam pusaran keterpurukan.

Tapi, kenapa kita tidak berpikir sebaliknya? Kenapa kita tidak menjadikan posisi terpuruk di titik nol sebagai sebuah energi luar biasa untuk bangkit. Kenapa kita tidak menjadikan keterpurukan di titik nol sebagai sinyal bahwa kita harus membangun senseof crisis, sinyal untuk mengetatkan ikat pinggang. Kenapa keterpurukan di titik nol tidak menjadikan kita ringan melenggang menggapai capaian-capaian luar biasa di depan. Kenapa keterpurukan di titik nol tidak kita jadikan momentum untuk change the world.

Sayamelihat keterpurukan di titik nol adalah "harta karun" bagi kesuksesan kita karena ia menyimpan begitu banyak pelajaran, keulamaan, dan wisdom luar biasa. Karena itu, bahkan, ketika kita tidak sedang terpuruk, kita harus menciptakan mindset keterpurukan di titik nol agar kita tidak pongah, tidak sombong, tidak sok tahu, tidak malas,man.

Bicara mengenai keterpurukan di titik nol, role modelsaya adalah Steve Jobs. Banyak orang mengagumi Steve karena kepiawaiannya mencipta inovasi hebat Mac, iPod, iPhone, iPad. Saya j us tru mengagumi dia karena kemampuannya bangkit dari keterpurukan di titik nol.

Belajar dari Steve Jobs

Saya adalah Steve Jobs fans. Karena itu saya sangat senang ketika Jumat (11/11) lalu saya diminta hadir di teman-teman XL, berbicara mengenai, "Steve Jobs... whatwecan lea m from him." Di kantin kantor pusat operator seluler kedua terbesar Tanah Air ini saya gayeng berdiskusi dengan seratusan orang mengenai seluk-beluk kualitas personal seorang Steve Jobs. Dari sekian banyak pe-lajaran hidup yang bisa kita ambil dari dia, ada satu yang sangat memengaruhi saya.

Saya katakan di situ bahwa Steve adalah the real hero. Seorang the real hero tak hanya mengecap kesuksesan semata. Ia juga pernah gagal, bahkan kegagalan di titik terbawah dan terpuruk. Namun, di tengah keterpurukan di titik nol, the real hero bisa bangkit lagi dan menuai kejayaannya kembali

Steve mengalami kegagalan fatal saat dia dipecat dari Apple oleh CEO-nya waktu itu, John Sculley. Pemecatan ini menyakitkan karena justru Steve-lah yang merekrut dan membawa masuk John Sculley untuk mengurusi pemasaran Maclntosh. Seperti kita nhn. sepeninggal Steve waktu itu, nasib Apple menjadi makin runyam.

Menjadi Pemula

Apa komentarSteve mengenai pemecatan yang menyakitkan tersebut?". ..gettingfired from Apple was the best thing that could haveever happened to me. The heaviness of being successful was replaced by the lightness of being a beginner again, lesssureabout everything. Itfreedmetoenteroneofthemost creativeperiodsofmylife."

Hebatnya Steve, ia tidak menyikapi pemecatannya secara negatif dan pesimistis sebagai sebuah kekalahan dan akhir segalanya, tapi justru sebaliknya membebaskannya memasuki masa-masa terkrea-tif dan terproduktif dalam perjalanan hidupnya.

Yang menarik, memulai kembali di titik nol justru menjadikan Steve punya energi "TOarl.iasauntiikberkr(.\i kita tahu akhirnya mengantarkannya untuk mencipta produk-produk paling kreatif da-lam sejarah umat manusia iPod, iPhone, iPad. Kondisi ser-ba-keterbatasan di titik nol ini justru memberikan spirit luar biasa untuk merengkuh kesuksesan.

Yang paling saya suka adalah penyataan Steve bahwa kondisi di titik nol menjadikannya ringan melangkah sebagai seorang pemula. Ya, karena ketika Anda berada di puncak kesuksesan maka setiap langkah Anda akan disorot orang lain, sehingga kita merasakan beratnya langkah kita. Sebaliknya, ketika kita terpuruk di titik nol, maka kita tidak lagi dianggap, kita tidak lagi diperhitungkan orang lain. Karena tidak diperhitungkan, maka langkah kita jadi ringan, plong melakukan dan berkreasi apapun.pernyataan Steve adalah bahwa kondisi di titik nol menciptakan ketidakpastian danketidakmenentuan. Ketidakpastian dan ketidakmenentuan menjadikannya berpikir 1.000% lebih keras, bekerja 1.000% lebih keras, berkreasi 1.000% lebih keras. Ketidakpastian dan ketidakmenentuan menjadikannya keluar dari zona nyaman. Kalau meminjam kata-kata Andy Grove,pen-diri Intel, ketidakpastian dan ketidakmenentuan menjadikan kila parau, ml lian kala di. i. "Only the paranoid surviveW."

Musuh Kesuksesan

Musuh kesuksesan adalah kesuksesan itu sendiri. Itulah pelajaran yang kita petik dari keterpurukan Nokia. Kesuksesan memang menciptakan kondisi enak, nyaman, dipuja-puji,disanjung-sanjung,ditiru-tiru, dijadikan role model, di-

paling hplntrqWW serba4ialt dan nyaman ini sering menjadikan kita lupa. Kondisi paling parah adalahkalau kesuksesan menjadikan kita malas berpikir keras, malas bekerja keras, malas berkreasi keras, malas belajar keras. Ketika itu terjadi maka kiamat di depan mata.

Karena itu, justru ketika kita sedang merayap ke atas mendaki kesuksesan; mindset berpikir kita harus berjalan ke arah yang sebaliknya, merayap menu ju ke posisi keterpurukan di titik nol. Itu artinya, saat kita sudah menggapai di titik ter-puncak kesuksesan, saat itu juga mindset berpikir kita harus sudah ada di posisi keterpurukan di titik nol.

Mindset keterpurukan di titik nol adalah harta karun kita untuk mencapai sukses berkesinambungan. Ia memberikan pelajaran, kebajikan, dan wisdom luar biasa. Ia membantu kita keluar dari penyakit kronis kemapanan. "Lifebeginsattheendof comfort zone."

Sumber : Harian Seputar Indonesia