Halaman

Maju Tak Gentar Menghadapi Rintangan

03/11/2011
Maju Tak Gentar Menghadapi Rintangan


Membangun bisnis aksesori di kota Bukittinggi, bukan hal mudah bagi Junaidi, pemilik toko Aksesori Alif Tagak. Saat memulai usaha, Junaedi pernah ditangkap aparat Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) karena berjualan di daerah terlarang. Peristiwa itu tidak membuat dia kapok, ia malah bangkit dengan semangat yang lebih besar.


ARAL rintangan saat menjalankan bisnis adalah guru terbaik untuk menempa ilmu. Junaidi pun belajar banyak dari pengalaman. Dia percaya, di balik rintangan ada pelajaran yang bakal bisa dia manfaatkan di kelak kemudian hari.

Masih lekat di ingatan Junaidi. Ketika dia masih belum mampu meraih sukses, Junaidi sempat melewati masa sulit saat ia diuber-uber dan ditangkap Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) kota Bukittinggi.
Tak hanya ditangkap, dagangan Junaedi mesti disita lantaran berjualan di tempat terlarang. "Dagangan saya disita dan saya disidang dan didakwa melakukan tindak pidana ringan," kenang Junaidi.

Dari persidangan yang berlangsung di Pengadaan Negeri kota Bukittinggi itu, Junaidi dinyatakan bersalah dan harus membayar denda senilai Rp 150.000. "Waktu itu saya juga kena wajib lapor," terang Junaidi.Walaupun trauma dengan peristiwa itu, tapi Junaidi tidak patah arang untuk kembali berjualan aksesori, la mengumpulkan aksesori yang masih tersisa sebagai modal berjualan kembali.

Namun, saat kembali berdagang, Junaidi sudah tidak lagi mau menjadi pelanggar hukum dengan berjualan di lokasi terlarang. Ia memilih berjualan di Pasar Aur Tajungkang, Bukittinggi, tempat ia berjualan sekarang ini. "Saya mendapat sisipositif saat melanggar aturan itu," ujar Junaidi.

Tapi rintangan membangun bisnis tidak hanya sekali saja menimpa Junaidi. Setelah nsiiii menjadi distributor aksesori pada 20i0, Junaidi kembali mendapat cobaan. Isi toko aksesorinya digasak kawanan pencuri.

Beruntung saat itu aksesori di dalam toko tidak terlalu banyak. Meski begitu, Junaidi tetap menanggung rugi sekitar Rp 6 juta "Saya kembali memetik hikmah agar selalu waspada dalam berusaha," katanya
Bagi Junaidi segala masalah itu adalah cambuk agar dia segera bangkit lagi. Ia beranggapan, kesedihan tak usah diratapi, tetapi pelanggan perlu diburu.

Nah, berkat sikapnya yang supel, Junaidi berhasil meyakinkan rekanan bisnis baru yang juga pedagang aksesori di Medan, Pekanbaru, hingga Jantbi. Agar bisnis itu langgeng, kepada mereka ini, Junaidi menerapkan prinsip saling percaya "Pelanggan luar daerah bisa memesan lewat telepon dan saya biasanya langsung kirim," terang Junaidi.

Kini, setelah mempunyai banyak partner bisnis, Junaidi ingin mengembangkan usahanya lebih besar lagi. Ia berencana menawarkan kemitraan atau waralaba Namun ide itu masih menunggu legalitas usahanya yang masih dalam proses pengurusan. Ia berencana membuat badan usaha berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk toko Alif Tagak Aksesori itu.

Keinginan membukakemitraan atau waralaba karena ia melihat besarnya potensi bisnis aksesori khususnya di Sumatera "Saya menyiapkan paket investasi yang terjangkau bagi pengusaha pemula yang

Junaidi ingin membantu pengusaha pemula berbisnis aksesori.tertarik berbisnis aksesori," ungkap Nedi.
Selain mengibarkan bendera bisnis sendiri, dia juga ingin membantu orang lain yang tertarik berbisnis aksesori. "Jadi misi utama saya bukan hanya membesarkan nama Alif Tagak saja, tapi juga memberikan edukasi pengusaha pemula yang mau berbisnis aksesori," terang Junaidi.

Sembari menekuni bisnis aksesori, Junaidi jugamenyempatkan diri mencoba keberuntungan berbisnis kerudung lagi. Ia mencari pasar kerudung di luar Sumatera Barat. "Saya mengirimkan kerudung itu ke Gorontalo," ucapnya

Dari bisnis kerudung itu Junaidi mendulang omzet tambahan Rp 10 juta - Rp 20 juta untuk sekali pengiriman. Dalam setahun ia baru bisa mendapatkan dua kali pengiriman saja, saat musim haji dan musim umroh. Agar penjualan kerudung tambah banyak, Junaidi mengaku masih berusaha mencari pelanggan baru.

Walaupun Junaidi sibuk berbisnis bukan berarti ia lupa urusan sosial. Ia belakangan ini memberdayakan anak putus sekolah untuk menjaga tokonya dan untuk membantu mengemas aksesori ke dalam plastik atau kardus. "Meski gajinya tidak banyak, tapi saya harap itu bermanfaat bagi mereka," terang Nedi.

Sumber : Harian kontan
Fahriyadi