23/11/2011
Laba Cantik dari Lampu Hias Kulit Jagung
Pembungkus kulit jagung yang sering menjadi sampah, ternyata bisa mendatangkan rupiah. Tentunya, setelah kulit jagung itu disulap menjadi kap lampu yang cantik dan menarik. Permintaan lampu hias ini berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Perajinnya bisa mendulang omzet hingga puluhan juta rupiah saban bulan.
SEBAGIAN masyarakat Indonesia pasti mengenal jagung. Selain menjadi makanan pokok penduduk di beberapa wilayah bagian timur Indonesia, seringkali orang mengudap jagung sebagai makanan ringan. Sei tara itu, kulit jagung kerap menjadi sampan atau barang tak bernilai.
Namun, di tangan orang kreatif, limbah sampah kulit jagung bisa mendatangkan rupiali. Seperti yang dilakukan oleh Ery Murdiyanto dari Jongja-vas Art dan Heri Darmawan dari Gallery Goa Barong, di Klaten, Jawa Tengah. Dari tangan kedua perajin itu, limbah kulit jagung yang sering disebut klobot ini disulap menjadi benda seni, berupa lampu hias nan caiii ik
Maklum, limbah kulit jagung sangat berlimpah dari sekitar rumah tinggal Ery dan Heri. "Kami ingin membuat barang yang memiliki fungsi dan punya nilai seni dengan memanfaatkan limbah yang ada," kata Ery. Proses pembuatan lampu hias kulit jagung ini juga jauh dari sentuhan bahan kimia Pasalnya, pewarnaan hanya mengandalkan warna alami kulit jagung.
Nah, untuk membuat kerajinan nan apik itu, terlebih dulu kulit jagung itu disetrika hingga rata. Selanjutnya, gunting lembar klobot itu sesuai bentuk dan pola yang diinginkan. Kulit jagung itu kemudian ditem-pelkan satu per satu ke permukaan fiber. Setelah semua permukaan tersebut tertutup rapi, baru fiber dipasang pada sebuah rangka bambu ataupun kayu. Terakhir adalah memasang dudukan bola lampu pada rangka bawah lampu hias kulit jagung tersebut.
Lampu hias kulit jagung ini dipasarkan mulai harga Rp 50.000 untuk tinggi 50 cni, sampai Rp 500.000 untuklampu besar setinggi duameter. "Harga lampu jenis ini sangat tergantungmodel dan ukuran," imbuh Ery.
Dalam satu hari, Ery yang dibantu lima orang karyawannya sanggup membuat hingga 10 lampu klobot Setiap bulan, setidaknya Erysanggup menjual hingga 300 buah lampu klobot berbagai ukuran.
Sebagian besar pembeli lampu klobot ini adalah pemilik rumah makan, hotel serta penjual kerajinan lainnya Selain Yogyakarta dan Solo, permintaan datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bali, dan Sorong, Papua Dari usaha ini, setiap bulan setidaknya Ery mampu meraup omzet hingga Rp 75 juta.
Untuk mempercantik tampilan lampu klobot, Ery sering menambahkan dekorasi hiasan daun kering, bunga kering, pelepah pisang kering, buah-buahan kering seperti buah mahoni dan bunga kelapa kering.
Selain Ery dan Heri, perajin lampu hias dari kulit jagung lainnya adalah Jupriadi. Ia mulai menekuni usaha ini sejak awal 2011 di Kalimantan Barat. Berbeda dengan Ery, Jupriadi hanya membuat satu jenis lampu hias kulit jagung. Ia menggunakan besi tempa ringan sebagai rangka lampu hias yang berbentuk prisma.
Proses pembuatan lampu irri, terbilang lebih lama, karena menggunakan bahan baku besi ukir. Alhasil, dalam satu bulan, Jupriadi hanya sanggup membuat 150 buah lampu hias kulit jagung. Harga sebuah lampu ini dipatok Rp 200.000. Denganbegitu, omzet Jupriadi bisa mencapai Rp 30 juta
Jupriadi telah memasarkan lampu hias kuli! jagung buatannya ini hingga Bali dan Sumatera Tentu saja, ia juga menjual produknya di seluruh wilayah Kalimantan.Sayang, Jupriadi mengaku masih kekurangan pasokan bahan baku. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang ini. Pasalnya, tak banyak petani di Kalimantan Barat yang bertanam jagung. Selain itu, kulit jagung pwu akan sulit keringkan karena minimnya sinar matahari untuk penjemuran kulit jagung.
Selain itu, Jupriadi pun mengaku masih kesulitan mendapatkan sumber daya manusia terampil untuk bengkel kerjanya "Saya baru dibantu dengan tiga orang rekan kerja saya Masih sulit mencari tenaga kerja yang terampil," kata Jupriaili.
Pembungkus kulit jagung yang sering menjadi sampah, ternyata bisa mendatangkan rupiah. Tentunya, setelah kulit jagung itu disulap menjadi kap lampu yang cantik dan menarik. Permintaan lampu hias ini berdatangan dari berbagai kota di Indonesia. Perajinnya bisa mendulang omzet hingga puluhan juta rupiah saban bulan.
SEBAGIAN masyarakat Indonesia pasti mengenal jagung. Selain menjadi makanan pokok penduduk di beberapa wilayah bagian timur Indonesia, seringkali orang mengudap jagung sebagai makanan ringan. Sei tara itu, kulit jagung kerap menjadi sampan atau barang tak bernilai.
Namun, di tangan orang kreatif, limbah sampah kulit jagung bisa mendatangkan rupiali. Seperti yang dilakukan oleh Ery Murdiyanto dari Jongja-vas Art dan Heri Darmawan dari Gallery Goa Barong, di Klaten, Jawa Tengah. Dari tangan kedua perajin itu, limbah kulit jagung yang sering disebut klobot ini disulap menjadi benda seni, berupa lampu hias nan caiii ik
Maklum, limbah kulit jagung sangat berlimpah dari sekitar rumah tinggal Ery dan Heri. "Kami ingin membuat barang yang memiliki fungsi dan punya nilai seni dengan memanfaatkan limbah yang ada," kata Ery. Proses pembuatan lampu hias kulit jagung ini juga jauh dari sentuhan bahan kimia Pasalnya, pewarnaan hanya mengandalkan warna alami kulit jagung.
Nah, untuk membuat kerajinan nan apik itu, terlebih dulu kulit jagung itu disetrika hingga rata. Selanjutnya, gunting lembar klobot itu sesuai bentuk dan pola yang diinginkan. Kulit jagung itu kemudian ditem-pelkan satu per satu ke permukaan fiber. Setelah semua permukaan tersebut tertutup rapi, baru fiber dipasang pada sebuah rangka bambu ataupun kayu. Terakhir adalah memasang dudukan bola lampu pada rangka bawah lampu hias kulit jagung tersebut.
Lampu hias kulit jagung ini dipasarkan mulai harga Rp 50.000 untuk tinggi 50 cni, sampai Rp 500.000 untuklampu besar setinggi duameter. "Harga lampu jenis ini sangat tergantungmodel dan ukuran," imbuh Ery.
Dalam satu hari, Ery yang dibantu lima orang karyawannya sanggup membuat hingga 10 lampu klobot Setiap bulan, setidaknya Erysanggup menjual hingga 300 buah lampu klobot berbagai ukuran.
Sebagian besar pembeli lampu klobot ini adalah pemilik rumah makan, hotel serta penjual kerajinan lainnya Selain Yogyakarta dan Solo, permintaan datang dari berbagai kota, seperti Jakarta, Bali, dan Sorong, Papua Dari usaha ini, setiap bulan setidaknya Ery mampu meraup omzet hingga Rp 75 juta.
Untuk mempercantik tampilan lampu klobot, Ery sering menambahkan dekorasi hiasan daun kering, bunga kering, pelepah pisang kering, buah-buahan kering seperti buah mahoni dan bunga kelapa kering.
Selain Ery dan Heri, perajin lampu hias dari kulit jagung lainnya adalah Jupriadi. Ia mulai menekuni usaha ini sejak awal 2011 di Kalimantan Barat. Berbeda dengan Ery, Jupriadi hanya membuat satu jenis lampu hias kulit jagung. Ia menggunakan besi tempa ringan sebagai rangka lampu hias yang berbentuk prisma.
Proses pembuatan lampu irri, terbilang lebih lama, karena menggunakan bahan baku besi ukir. Alhasil, dalam satu bulan, Jupriadi hanya sanggup membuat 150 buah lampu hias kulit jagung. Harga sebuah lampu ini dipatok Rp 200.000. Denganbegitu, omzet Jupriadi bisa mencapai Rp 30 juta
Jupriadi telah memasarkan lampu hias kuli! jagung buatannya ini hingga Bali dan Sumatera Tentu saja, ia juga menjual produknya di seluruh wilayah Kalimantan.Sayang, Jupriadi mengaku masih kekurangan pasokan bahan baku. Apalagi, saat musim hujan seperti sekarang ini. Pasalnya, tak banyak petani di Kalimantan Barat yang bertanam jagung. Selain itu, kulit jagung pwu akan sulit keringkan karena minimnya sinar matahari untuk penjemuran kulit jagung.
Selain itu, Jupriadi pun mengaku masih kesulitan mendapatkan sumber daya manusia terampil untuk bengkel kerjanya "Saya baru dibantu dengan tiga orang rekan kerja saya Masih sulit mencari tenaga kerja yang terampil," kata Jupriaili.
Sumber : Harian kontan
Dea Chadiza Syafina