Halaman

Pemerintah Perlu Mendorong Produksi Pakan Alternatif

28/09/2011
Pemerintah Perlu Mendorong Produksi Pakan Alternatif


JAKARTA. Kekurangan pakan ternak di musim kering menjadi masalah tahunan di kalangan peternak sapi. Keterbatasan pakan lujauan ini bisa menurunkan produktivitas sapi perah hingga 10%.

Karena banyak rumput dan tanaman mengering, peternak makin sulit mendapatkan pakan hijau. "Kalau biasanya mereka tinggal mengambil di sekitar rumah, sekarang harus mencari ke tempat yang jauh. Ini yang menambah biaya," kata Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana.

Karena itu, peternak memberi makan rumput seadanya Tapi akibatnya, produksi susu sapi perah menurun. "Biasanya seekor sapi perah memproduksi susu 10 liter per hari, sekarang 9 liter per hari," jelasnya. Penurunan seliter per hari mungkin terlihat kecil, namun bagi peternak ini berdampak besar. Hitung saja, jika rata-rata harga jual sususekitar Rp 3.000-Rp 4.000 per liter, maka pendapatan bulanan mereka akan lebih rendah Rp 90.000-Rp 120.000.

Nasib peternak sapi pedaging juga tak jauh beda. Bahkan, kata Teguh, ada yang memilih menjual sapinya karena tak mampu memberi makan. Saat ini, harga pakan sapi konsentrat Rp 2.300 per kg. Seekor sapi biasanya menghabiskan 8 kg-10 kg per hari atau senilai Rp Rp 18.400-Rp 23.000 sehari. Padahal, rata-rata kenaikan bobot sapi lokal hanya 0,7 kg-1 kg per hari dan harga sapi hidup hanya Rp 23.000 per kg.

Solusinya sebenarnya ada, yakni pakan alternatif. Menurut Teguh, jerami yang melimpah di musim panen mestinya bisa diolah dengan menambah probiotik. Penambahan ini memungkinkan penyimpanan lebih lama, menambah gizi, dan memberikan nilai tambah secara ekonomis.

Koperasi atau kelompok tani bisa mengelola pakan al-tematif ini. Namun, ia berharap pemerintah juga menyediakan sarana untuk penje-muran dan produksi pakan tersebut. Para peternak juga perlu dilatih mengolah dan menyimpannya. Sebab, kesadaran para peternak akan pakan cadangan masih rendah.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Prabowo Respatyo Caturroso mengatakan, beberapa daerah di Jawa telah mengembangkan pakan altematif dari limbah pertanian. Dinas Peternakan juga tengah melatih peternak untuk membuat pakan altematif ini.

"Ini dengan teknologi fermentasi, mereka mengembangkan pakan ternak yang bergizi tinggi, sehingga meskipun pakan terbatas, sapi bisa tetap menghasilkan," terangnya, Selasa (27/9). Sayang, produksi pakan altematif ini baru berjalan dan masih dalam skala kecil.

Sumber: Harian Kontan
Bernadette Ch Munthe