Halaman

Bisnis Martabak


>>>>Membedah Martabat

Berbagai inovasi rasa dan tawaran investasi baru dilakukan untuk memenangkan persaingan bisnis martabak
JAKARTA. Laba bisnis martabak masih semerbak. Citarasa martabak yang manis dan gurih membuat semakin banyak orang menyukai cemilan ini. Peluang bisnis dari makanan ini pun terbuka lebar.

Hanya saja, persaingan yang kian ketat, membuat pengusaha martabak harus pintar memasang strategi. Inovasi rasa dan perbaikan paket investasi, menjadi salah satu cara dari Martabak San Francisco, Martabak Muakhi, Martabak Alim dan Martabak Mr. Black mengembangkan bisnis.

Martabak Muakhi

Di bawah bendera CV Mara Surya Persada di Cirebon, Martabak Muakhi berdiri tahun 2007. Untuk bisa bersaing, Muakhi menawarkan martabak suka-suka. Marta-bak ini dibuat dengan mengikuti pesanan konsumen. Selain itu, Muakhi juga menawarkan martabak manis berisi buah segar.

Beberapa jenis buah yang dipakai, antara lain pisang, stroberi, nangka, dan durian. Ada juga martabak kismis dan martabak telur daging asap atau smoke beef. "Masing-masing berbeda resep dan komposisi balian," kata Ikranegara Kusumaningrat, Pemilik CV Mara Surya Persada

Walau banyak menawarkan inovasi rasa, Muakhi masih menjual martabak biasa isi cokelat, kacang, keju, susu, dan wijen. Untuk memanjakan konsumen, pembeli boleh mendapat tambahan bahan sesuai selera. Selain kelebihan itu, Ziko, panggilan akrab Ikranegara, menjamin martabak Muakhi bebas bahan pengawet, ragi dan pewarna.

Tekstur yang lembut, dan aroma yang wangi membuat jumlah mitra Muakhi bertambah. Pada November 2010, saat KONTAN membahasnya, jumlah mitra Muakhi ada 2. Saat ini jumlah mitra menjadi 5 orang di Lampung, Surabaya dan Semarang.

Menurut Ziko, Muakhi saat ini sengaja tidak menambah mitra. Dia lebih fokus melakukan perbaikan konsep dibanding menambah jumlah mitra. Perbaikan konsep terutama menyangkut penambahan paket kemitraan dari satu paket menjadi tiga paket

Jika dulu Muakhi hanya menawarkan paket investasisenilai Rp 35 juta, saat ini ada juga paket Rp 20 juta untuk gerobak dan Rp 50 juta untuk kafe. Tak hanya paket investasi saja yang disesuaikan, harga martabak manis dan telur Muakhi juga akan disesuaikan. Kenaikan bahan baku membuat Muakhi harus menaikkan hargajual dari sebelumnya Rp 10.000 - Rp 25.000 per loyang. Sayang Ziko tidak mau menyebut secara pasti nilainya.

Martabak Alim

Didirikan Suhanto Alim pada November 2007, Martabak Alim diwaralabakan sejak awal 2008. Bisnis Martabak Alim terus berkembang dengan penawaran rasa berbeda. Puluhan variasi rasa ditawarkan. "Yang paling populer rasa durian," ujar Suhanto.

Berbagai inovasi rasa dan bumbu rahasia membuat jumlah mitra Martabak Alim melesat Jika pada Oktober 2010, saat KONTAN menulisnya, jumlah mitra sebanyak 181. Saat ini meningkat menjadi 201 mitra dengan omzet rata-rata Rp 2 juta per hari.

Balikan Suhanto terpaksa membatasi jumlah mitra karena tingginya permintaan. "Kalau tidak dibatasi mungkin sudah mencapai 400 mitra lebih," ujarnya Suhanto sengaja melakukan pembatasan karena tidak ingin terjadi kanibalisasi antar mitra. Walau begitu ia mengaku masih akan mengepakkan sayap ke Indonesia Bagian
Timur yang belum tergarap.

Walau permintaan calon mitra membludak, biaya investasi Martabak Alim masih sama Rp 125 juta. Nilai investasi itu termasuk peralatan masak lengkap, alat membuat martabak mini, biaya renovasi tempat dan persediaan ba-han baku selama seminggu. Martabak telur dan martabak manis dijual. Dengan 40 pilihan rasa, martabak manis dijual Rp 16.000 sampai Rp Rp 44.000 tergantung dari rasa dan ukuran. Untuk martabak mini harganya mulai Rp 4.000 per loyang.

Agar pelanggan tidak bosan, Alim dalam waktu dekat juga akan memperkenalkan martabak kentang dengan harga Rp 20.000-Rp 60.000 per loyang. Inovasi terus dilakukan, sebab menurut Suhanto, persaingan sudah sangat ketat "Martabak adalah produk yang gampang ditiru sehingga harus terus melakukan inovasi," katanya

Martabak San Francisco Berdiri sejak tahun 1967, Martabak San Fransisco baru menawarkan konsep kemitraan akhir 2010. Menurut Laurensius Buyung, pemilik Martabak San Francisco, minat masyarakat untuk menjadi mitra sangat tinggi.

Sebagai pemain lama, Martabak San Francisco terkenal dengan produk yang menggunakan bahan baku berkualitas. Untuk menjaga kualitas adonan, Laurensius memakai mesin otomatis. "Adonan tidak boleh lebih dari tujuh jam, walau banyak pedagang lain yang membiarkan hingga keesokan hari," ujarnya. Tawaran marta*bak ini ditulis KONTAN pada Desember 2010. Saat itu, belum ada mitra yang bergabung, namun sekarang sudah ada 2 mitra Kedua mitra itu berasal dari Bandung dan Cibubur.

Laurensius sangat selektif memilih mitra. "Tempatnya harus benar-benar strategis, itu demi kelangsungan usaha merekajuga" katanya Selain penambahan mitra, paket investasi yang ditawarkan juga berbeda. Jika dulu ada dua paket investasi, yaitu paket Gold dan Platinum dengan investasi masing-masing Rp 90 juta dan Rp 105 juta. Saat ini hanya ada satu paket investasi senilai Rp 80 juta.

Konsep kemitraan yang ditawarkan juga berbeda. Jika dulu mitra diwajibkan menyewa peralatan selama lima tahun, saat ini mitra harus menanggung peralatan sendiri. "Mitra akan lebih memiliki rasa memiliki sehingga akan merawatnya," tegasnya

Konsep sewa yang dulu diterapkannya ternyata tidak efektif, sebab setelah berjalan banyak peralatan yang rusak. Selain nilai investasi itu, mitra juga diwajibkan membayar royalty fee sebesar 5% dari omzet per bulan.

Dengan harga martabak Rp 15.000 hingga Rp 50.000 per loyang tergantung jenis dan rasa, mitra dijanjikan balik modal dalam waktu 16-18 bulan. Margin keuntungan mencapai 3096-50% tiap martabak.

Martabak Mr. Black

Martabak Mr. Black berdiri tahun 2006 di Bandung. Berbeda dengan martabak lainnya. Mr. Black menawarkan konsep jualan martabak dengan motor roda tiga Selain martabak manis dengan aneka pilihan rasa seperti original, capucino dan coklat, juga ada martabak asin. Walau pada Desember 2010, ketika KONTAN menulis, dikatakan ada 15 calon mitra yang siap bergabung, namun sampai saat ini Mr Black masih belum punya mitra "Mereka keberatan kalau menggunakan motor dan lebih memi-lih konsep booth," ujar Gunawan, pemilik Mr. Black.

Padahal menurutnya, dengan motor mitra bisa pindah-pindah lokasi yang ramai. Walaupun belum punya mitra, namun Mr. Black sampai saat ini sudah punya delapan gerai, salah satunya di Jl Fatmawati, Jakarta Selatan.Selain penambahan gerai, Gunawan mengatakan omzetnya terus mengalami kenaikan menjadi Rp 30 juta perbu-lan. Hal ini membuatnya tidak mempunyai rencana menawarkan paket booth dalam waktu dekat.

Ke depan, ia hanya akan mengeluarkan martabak porsi lebih besar berukuran 31 cm termasuk terus mengembangkan di wilayah Jakarta "Banyak tawaran dari luar Pulau Jawa, tapi belum saya setujui" ujarnya

Sumber : Harian Kontan