>>>>>>Porsi Kredit Usaha Mikro Terus Naik
Drajad Satrio Purnomo, Myrna Agata Riyanto, Steven Lam
Perbankan nasional terus meningkalkan penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah sehingga porsi pembiayaan segmen ini terhadap total kredit perbankan terus naik, menurut analisis Departemen Riset IFT. Hal ini tercermin dari strategi bank yang fokus menyalurkan kredit mikro karena margin yang dihasilkan cukup besar.
Data Bank Indonesia menunjukkan kredit usaha mikro perbankan pada kuartal I 2011 naik 24,8% menjadi Rp 975,16 triliun dibanding kuartal I 2010 sebesar Rp 781,27 triliun. Kenaikan kredit usaha mikro lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit perbankan nasional pada periode yang sama sebesar 24,6% menjadi Rp 1.814,84 triliun dibanding kuartal I 2010 yang tercatat Rp 1.456,11 triliun.
Pada kuartal 12011, porsi kredit mikro terhadap total kredit perbankan mencapai 53,73%. Porsi kredit di segmen ini juga meningkat dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar 52,48%.
Menurut Departemen Riset IFT, earning yield yang dihasilkan perbankan dari segmen ini lebih besar dibandingkan kredit produktif lainnya seperti kredit korporasi. Sejumlah peraturan Bank Indonesia yang meminta perbankan menurunkan margin dan kebijakan transparansi prime lending rate untuk sektor korporasi, ritel, kredit pemilikan rumah dan liun |rtnm.ili.iu akan membuat perbankan mencari alternatif pendapatan lain.
Segmen kredit usaha mikro saat ini tidak termasuk dalam kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit. Bank sentral juga menurunkan bobot risiko untuk sektor usaha mikro menjadi 75% dari sebelumnya 85%. Mal ini dilakukan sebagai stimulus bagi perbankan untuk menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Oleh karena itu, perbankan akan menjadikan kredit mikro sebagai altematif menghasilkan yield yang lebih tinggi.
Saat ini PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki pangsa pasar paling besar untuk kredit mikro dibandingkan bank-bank lain. BRI mencatatkan kenaikan kredit sektor mikro dan kecil pada kuartal I 2011 sebesar 39,6% dibanding kuartal I 2010. Kenaikan yang cukup signifikan disebabkan perseroan memiliki jaringan yang sangat kuat untuk sektor mikro, melalui kemitraan dengan Bank Perkreditan Rakyat dan produk kredit KUPEDES yang dikembangkan untuk meningkatkan usaha kecil.
Pada kuartal 12011, kredit KUPEDES BRI menyumbangkan 34% dari total kredit yang telah diberikan perseroan. BRI membukukan kredit KUPEDES sebesar Rp 79 triliun pada kuartal I 2011 atau naik 46% dibanding kuartal 12010.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) juga mengembangkan kredit mikro. Bank yang fokus pada kredit pensiunan, ini memiliki strategi yang fokus untuk mengembangkan sektor mikro. Hal ini terlihat dari kredit mikro yang tercatat sebesar Rp 2,93 triliun di kuartal I 2010 atau memberi sumbangan 17% terhadap total kredit perseroan Rp 4,95 triliun.
Pada kuartal I 2011 kontribusi kredit mikro BTPN naik menjadi 20% terhadap total kredit perseroan. Total kredit BTPN naik 69% dibanding kuartal I 2010. Kenaikan porsi kredit mikro ini menurunkan porsi kredit pensiun sebesar 3% menjadi 80%.
Kredit mikro yang diberikan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada kuartal I 2011 naik 38% menjadi
Rp 7,7 triliun. PT Bank Danamon (BDMN) melalui produk Danamon simpan Pinjam yang fokus ke sektor mikro juga meningkat 23% menjadi Rp 15,9 triliun dibanding kuartal I 2010. PT BNI Tbk (BBNI) juga mencatat kenaikan kredit untuk skala kecil pada kuartal I 2011 sebesar 13,5% dibanding kuartal I 2010.
Kenaikan kredit sektor mikro untuk bank-bank tersebut rata-rata sebesar 30%. Hal itu tercermin pada nilai kredit mikro yang tumbuh lebih tinggi dibanding total kredit perbankan dan memberikan kontribusi sebesar 53,73% terhadap total kredit perbankan nasional.
Profitabilitas Tinggi
Kredit sektor usaha mikro juga memberikan margin yang lebih tinggi bagi perbankan. Rata-rata net interest margin yang diperoleh perbankan dalam menyalurkan kredit sektor usaha mikro sebesar 8%-10%, lebih tinggi dari rata-rata net interest margin perbankan yang sebesar 5,73%.
BRI pada Maret 2011 memberikan bunga efektif untuk kredit rupiah sebesar 22,42%. Pada kuartal I 2011, net interest margin BRI sebesar 9,67%, Bank Danamon 10,2%, Bank BTPN 12,8%, Bank Mandiri 5,1% dan BNI 5,7%.
Ongki Wan,nl],in Dana, Wakil Presiden Direktur BTPN, mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran kredit mikro hingga 24% dari portofolio kredit perusahaan pada akhir 2011. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan margin laba perseroan.
Hingga akhir Mei 2011 total portofolio kredit perseroan telah mencapai Rp 25 triliun atau tumbuh 11% dibanding akhir Desember 2010. Sektor kredit mikro me-nyumbangkan 20% terhadap total kredit perseroan, sisanya kredit pensiunan.
Diversifikasi Risiko
Djoko Retnadi, Ekonom Senior Indonesia Economic Intelligence, mengakui perbankan giat menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro karena marginnya cukup tinggi dan potensi pasarnya besar. Risiko kredit usaha mikro juga dinilai kecil.
Ia menjelaskan biasanya risiko nasabah kredit usaha mikro secara individual tinggi tapi secara portofolio relatif kecil karena diversifikasi nasabah, usaha, dan areanya. Jika terjadi kredit macet terhadap satu nasabah, operasional bank tidak akan terganggu.
"Lain halnya dengan kredit korporasi, kredit macet satu debitor bisa mengguncang dan membuat bank merugi," kata Djoko.
Perbankan seringkali menawarkan kredit multiguna sebagai salah satu bentuk kredit usaha mikro dengan suku bunga yang lebih tinggi dibanding segmen kredit lainnya. Djoko memprediksi potensi segmen kredit usaha mikro ke depan akan terus berkembang karena saat ini baru 30% pengusaha yang bergerak di sektor mikro menerima pembiayaan perbankan.
Tigor M Siahaan, Country Business Manager Institutional Clients Group Citi Indonesia, memperkirakan sektor usaha mikro akan berkembang pesat di masa depan. Menurutnya usaha mikro dalam negeri masih tetap akan positif. Laju pertumbuhan unit usaha mikro sepanjang 2006-2008 tercatat sebesar 2,69% per tahun. Perkembangan sektor mikro juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. (*)
Sumber:Indonesia Finance Today
Drajad Satrio Purnomo, Myrna Agata Riyanto, Steven Lam
Perbankan nasional terus meningkalkan penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil dan menengah sehingga porsi pembiayaan segmen ini terhadap total kredit perbankan terus naik, menurut analisis Departemen Riset IFT. Hal ini tercermin dari strategi bank yang fokus menyalurkan kredit mikro karena margin yang dihasilkan cukup besar.
Data Bank Indonesia menunjukkan kredit usaha mikro perbankan pada kuartal I 2011 naik 24,8% menjadi Rp 975,16 triliun dibanding kuartal I 2010 sebesar Rp 781,27 triliun. Kenaikan kredit usaha mikro lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit perbankan nasional pada periode yang sama sebesar 24,6% menjadi Rp 1.814,84 triliun dibanding kuartal I 2010 yang tercatat Rp 1.456,11 triliun.
Pada kuartal 12011, porsi kredit mikro terhadap total kredit perbankan mencapai 53,73%. Porsi kredit di segmen ini juga meningkat dibanding periode yang sama pada tahun lalu sebesar 52,48%.
Menurut Departemen Riset IFT, earning yield yang dihasilkan perbankan dari segmen ini lebih besar dibandingkan kredit produktif lainnya seperti kredit korporasi. Sejumlah peraturan Bank Indonesia yang meminta perbankan menurunkan margin dan kebijakan transparansi prime lending rate untuk sektor korporasi, ritel, kredit pemilikan rumah dan liun |rtnm.ili.iu akan membuat perbankan mencari alternatif pendapatan lain.
Segmen kredit usaha mikro saat ini tidak termasuk dalam kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit. Bank sentral juga menurunkan bobot risiko untuk sektor usaha mikro menjadi 75% dari sebelumnya 85%. Mal ini dilakukan sebagai stimulus bagi perbankan untuk menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah. Oleh karena itu, perbankan akan menjadikan kredit mikro sebagai altematif menghasilkan yield yang lebih tinggi.
Saat ini PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki pangsa pasar paling besar untuk kredit mikro dibandingkan bank-bank lain. BRI mencatatkan kenaikan kredit sektor mikro dan kecil pada kuartal I 2011 sebesar 39,6% dibanding kuartal I 2010. Kenaikan yang cukup signifikan disebabkan perseroan memiliki jaringan yang sangat kuat untuk sektor mikro, melalui kemitraan dengan Bank Perkreditan Rakyat dan produk kredit KUPEDES yang dikembangkan untuk meningkatkan usaha kecil.
Pada kuartal 12011, kredit KUPEDES BRI menyumbangkan 34% dari total kredit yang telah diberikan perseroan. BRI membukukan kredit KUPEDES sebesar Rp 79 triliun pada kuartal I 2011 atau naik 46% dibanding kuartal 12010.
PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) juga mengembangkan kredit mikro. Bank yang fokus pada kredit pensiunan, ini memiliki strategi yang fokus untuk mengembangkan sektor mikro. Hal ini terlihat dari kredit mikro yang tercatat sebesar Rp 2,93 triliun di kuartal I 2010 atau memberi sumbangan 17% terhadap total kredit perseroan Rp 4,95 triliun.
Pada kuartal I 2011 kontribusi kredit mikro BTPN naik menjadi 20% terhadap total kredit perseroan. Total kredit BTPN naik 69% dibanding kuartal I 2010. Kenaikan porsi kredit mikro ini menurunkan porsi kredit pensiun sebesar 3% menjadi 80%.
Kredit mikro yang diberikan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) pada kuartal I 2011 naik 38% menjadi
Rp 7,7 triliun. PT Bank Danamon (BDMN) melalui produk Danamon simpan Pinjam yang fokus ke sektor mikro juga meningkat 23% menjadi Rp 15,9 triliun dibanding kuartal I 2010. PT BNI Tbk (BBNI) juga mencatat kenaikan kredit untuk skala kecil pada kuartal I 2011 sebesar 13,5% dibanding kuartal I 2010.
Kenaikan kredit sektor mikro untuk bank-bank tersebut rata-rata sebesar 30%. Hal itu tercermin pada nilai kredit mikro yang tumbuh lebih tinggi dibanding total kredit perbankan dan memberikan kontribusi sebesar 53,73% terhadap total kredit perbankan nasional.
Profitabilitas Tinggi
Kredit sektor usaha mikro juga memberikan margin yang lebih tinggi bagi perbankan. Rata-rata net interest margin yang diperoleh perbankan dalam menyalurkan kredit sektor usaha mikro sebesar 8%-10%, lebih tinggi dari rata-rata net interest margin perbankan yang sebesar 5,73%.
BRI pada Maret 2011 memberikan bunga efektif untuk kredit rupiah sebesar 22,42%. Pada kuartal I 2011, net interest margin BRI sebesar 9,67%, Bank Danamon 10,2%, Bank BTPN 12,8%, Bank Mandiri 5,1% dan BNI 5,7%.
Ongki Wan,nl],in Dana, Wakil Presiden Direktur BTPN, mengatakan pihaknya menargetkan penyaluran kredit mikro hingga 24% dari portofolio kredit perusahaan pada akhir 2011. Hal tersebut dilakukan untuk meningkatkan margin laba perseroan.
Hingga akhir Mei 2011 total portofolio kredit perseroan telah mencapai Rp 25 triliun atau tumbuh 11% dibanding akhir Desember 2010. Sektor kredit mikro me-nyumbangkan 20% terhadap total kredit perseroan, sisanya kredit pensiunan.
Diversifikasi Risiko
Djoko Retnadi, Ekonom Senior Indonesia Economic Intelligence, mengakui perbankan giat menyalurkan kredit ke sektor usaha mikro karena marginnya cukup tinggi dan potensi pasarnya besar. Risiko kredit usaha mikro juga dinilai kecil.
Ia menjelaskan biasanya risiko nasabah kredit usaha mikro secara individual tinggi tapi secara portofolio relatif kecil karena diversifikasi nasabah, usaha, dan areanya. Jika terjadi kredit macet terhadap satu nasabah, operasional bank tidak akan terganggu.
"Lain halnya dengan kredit korporasi, kredit macet satu debitor bisa mengguncang dan membuat bank merugi," kata Djoko.
Perbankan seringkali menawarkan kredit multiguna sebagai salah satu bentuk kredit usaha mikro dengan suku bunga yang lebih tinggi dibanding segmen kredit lainnya. Djoko memprediksi potensi segmen kredit usaha mikro ke depan akan terus berkembang karena saat ini baru 30% pengusaha yang bergerak di sektor mikro menerima pembiayaan perbankan.
Tigor M Siahaan, Country Business Manager Institutional Clients Group Citi Indonesia, memperkirakan sektor usaha mikro akan berkembang pesat di masa depan. Menurutnya usaha mikro dalam negeri masih tetap akan positif. Laju pertumbuhan unit usaha mikro sepanjang 2006-2008 tercatat sebesar 2,69% per tahun. Perkembangan sektor mikro juga membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. (*)
Sumber:Indonesia Finance Today