Halaman

Pendapatan Menurun, Penjualan Drum Masih Nyaring


>>>>>Pendapatan Menurun, Penjualan Drum Masih Nyaring

Bermain marching bond tidak dapat hanya melatih keterampilan bermusik. Ada segudang manfaat yang bisa diperoleh, mulai dari melatih kepercayaan diri, kerjasama dan kepemimpinan. Inilah yang membuat marching band menjadi ekstrakulikuler populer hingga kini. Perajin drum pun ikut menuai pesanan. Saban bulan, pendapatan mereka mencapai Rp 50 juta.

JIKA dulu mairhing band hanya ditekuni oleh pasukan berseragam angkatan bersenjata untuk membangkitkan semangat berperang, kini marching band semakin diminati pelajar. Selain melatih keterampilan bermusik, efek positif kegiatan ini adalah melatih kerjasama, kepemimpinan serta kebugaran. Maklum, anggota marching band harus punya energi besar untuk memainkan alat musik sambil berjalan.

Menggabungkan berbagai alat musik seperti alat brass, perkusi, alat tiup kayu,Jlute dan pwcolo, french horns,hingga triangle, anggota marching band bisa mencapai 20 hingga 30 orang..

Nah, sejak menjadi salah satu kegiatan ekstrakulikuler di sekolah-sekolah, perajin drum ikut kebanjiran rezeki. Mereka mendapat pesanan dari sekolah-sekolah. "Biasanya ramai di akhir tahun, misalnya menjelang bulan Juli hingga Desember," ujar Indrawati, pemilik Kanaya Drum Band di Yogyakarta. .

Namun memasuki awal tahun, kata Indrawati, pesanan biasanya turun. "Kalaupun ada, pesanan datang dari masyarakat umum," ujarnya Bahkan, di awal tahun 2011, pesanan drum untuk marching band cenderung turun sampai 20%.

Selain memang bukan barang yang sekali habis, budget sekolah untuk anggaran membeli drum juga menjadi sebab turunnya pesanan. Perajin drum untuk marcking band di Bantul, Yogyakarta juga merasakan turunnya pesanan. Bahkan, penurunan pesanan hingga 50%. Selain dana sekolah yang kian mepet, impor drum set dari China turut memukul bisnisnya.

"Harga mereka jauh lebih murah meskipun soal kualitas, kami lebih unggul," ungkap Indrawati yang mengklaim peralatan marching band bikinannya mampu bertalian hingga enam tahun.

Meski pendapatan mereka berkurang, para perajin masih mampu meraihpendapatan hingga puluhan juta rupiali per bulannya. Umumnya, mereka mendapat pesanan dari para pelanggan atau ikut tender dari berbagai macam instansi. Selain itu, pesanan dari luar negeri juga masih mengalir. "Selain ke berbagai sekolah, saya juga memenuhi permintaan ekspor ke Malaysia dan Timor Leste," terang Indrawati.

Dia menjual drum mulai dari Rp G juta untuk 30 item yang ditujukan kepada pelajar TK. Adapun yang harganya Rp 16 juta untuk tingkat SMA. Dari pejualan tersebut, ia mampu meraih omzet Rp 50 juta tiap bulan.

Sementara Sigit memenuhi pesanan dari Palembang, Pakanbaru, dan Kalimantan, selain dari wilayah Yogyakarta. "Kebanyakan yang pesan dari sekolah-sekolah swasta,"jelas Sigit. Harga yang dibanderol untuk berbagai perlengkapan marching band buatan Sigit bervariasi, mulai dari Rp 7 juta untuk satu set perlengkapan marching band nm nk sekolah taman kanak-kanak, hingga Rp 17,5 juta untuk

Pesanan turunkarena budgetsekolah minimdan kedatangandrum dari China.marching band SMA. "Kami fleksibel saja menyesuaikan dengan bujet konsumen," jelas Sigit

Sigit membedakan produksi berbagai perlengkapan marching band menjadiempat kriteria, yakni untuk TK, SD, SMP dan SMA. Umumnya, satu set perlengkapan marching band terdiri dari 31 sampai 32 unit alat musik.Namun, untuk satu set perlengkapan marching band TK terdiri dari 12 senar drum, 8 tenor drum, 3 bass drum, 4 belira, 2 simbal, dan 2 tongkat mayoreL

Sedangkan untuk drum band SD dan seterusnya, ada penambahan 1 drum bass dan 1 trio tom-tom.Ukuran berbagai item marching band pun berbeda, disesuaikan dengan pemain yang menggunakannya.Untuk pengerjaannya, "Satu set drum bisa memakan waktu antara sepuluh sampai 15 hari," ujar Sigit yang menggunakan bahan baku plywood dan membran impor dari Taiwan.

Sumber: Harian Kontan
Mona Tobing, Handoyo