Halaman

Ukiran Kombinasikan Bisnis dan Seni

BISNIS ukiran kaligrafi Mandarin dengan media kayu rupanya masih menjadi peluang bisnis yang menjanjikan. Hal itu diungkapkan Toni Liauw, seorang pedagang ukiran kaligrafi dengan media kayu di kawasan Glodok. Jakarta. Dia mengaku baru menekuni bisnis ini tiga tahun silam. "Dari segi bisnis, ini menjanjikan, makanya saya tekuni," urainya. Menurutnya, dengan mengkombinasikan naluri bisnis dan seni, bisa menghasilkan peluang bisnis yang luar biasa. Pasalnya, dia pernah mengunjungi Singapura beberapa tahun silam. Di sana, dia melihat perkembangan bisnis semacam ini sudah cukup banyak.

Terbukti, hanya dalam hitungan tiga tahun, konsumennya sudah meluas sampai ke Medan dan Pontianak. Itu membuktikan bahwa bisnis ini cukup menjanjikan ke depannya. "Kompetitornya juga belum sebanyak bisnis lainnya," tambahnya cepat. Menurutnya,70 persen konsumen yang datang padanya, minta dibuatkan ukiran kaligrafi untuk dekorasi rumah dan restoran. Sementara 30 persen lainnya, meminta dibuatkan ukiran kaligrafi untuk meja abu.

"Pesanan untuk ukiran altar dan meja abu juga ada. Tapi jumlahnya memang tidak sebanyak untuk dekorasi rumah." tuturnya lagi. Pihaknya mengaku mengerjakan sendiri segala prosesnya. Mulai dari pengukiran, sampai proses pengamplasan, pengovenan, pewarnaan, sampai jadi.

Dia juga mengaku, banyak mendapatkan orderan dari beberapa perkumpulan Marga untuk membuat papan nama. Baik itu papan nama Marga, maupun ukiran nama leluhur yang akan diperbaharui. Pasalnya, hampir di seluruh cumah abu Marga, umumnya terdapat papao-papan nama dalam ukuran kecil yang ditaruh di atas meja sembahyang. Dalam kurun waktu tertentu, atau jika ada anggota rumah Marga yang mau menambahkan nama leluhur mereka ke dalam meja leluhur

"Kebanyakan dari mereka mengorder satuan. Tapi nggak masalah. Kebanyakan konsumen kami memang mengorder satuan," ulasnya. Pasalnya, untuk sebuah karya ukir kayu dengan kaligrafi Mandarin bisa mencapai puluhan juta rupiah.