Halaman

Pemerintah Harus Rangkul Perajin Kecil"

Sama seperti buruh tani dan pedagang kecil, nasib pengrajin kecil di daerah kurang mendapat perhatian yang pantas dari pemerintah daerah. Pesan itulah yang dititipkan Dwi Purnomo pada Neraca, saat dijumpai di acara INACRAFT 2010 yang berlangsung di Jakarta Convention Center, Jakarta.

Dwi Pumomo adalah pembuat replika perahu layar khas Eropa yang terbuat dari kayu. Letak keunikan replika perahu tersebut adalah tingkat detailnya yang cukup tinggimdash;replika perahu dibuat hanya separuh, membuat desain lambung kapal terlihat sangat detail.Pria kelahiran kota Pasuruan ini mempelajari keahlian membuat replika kapal kayu ini secara otodidak. Sep-uluh tahun silam, Dwi mulai tertarik untuk membuat replika kapal dari kayu, tapi ketertarikannya terhadap dunia perkapalan ternyata sudah dimulai sejak Dwi masih kecil.

Ia mengaku tertarik dengan dunia perkapalan, karena saat masih bocah ia membaca buku tentang cerita rakyat Matin Kun-dang dan buku-buku tentang kapal. Apa hubungan antara Matin Kundang dengan perkapalan? Bukankah cerita rakyat itu berkisah tentang seorang anak yang durhaka terhadap ibunya? Pertanyaan-pertanyaan ini spontan Neraca tanyakan pada Dwi.Ternyata Malin Kundang berlayar meninggalkan kampungnya menggunakan kapal pinisi. Dan replika kapal layar pertama yang dibuat Dwi adalah replika kapal pinisi yang terbuat dari bahan bambu.

Mengolah Kayu Limbah

Menurut pria yang lahir pada tanggal 23 September 1979 ini, membuat sebuah replika kapal layar tidaklah segampang membuat kerajinan tangan lainnya, seperti patunghiasan dinding. Selain imajinasi dan kreativitas, dibutuhkan riset sebelum membuat sebuah replika kapal layar. Inilah yang membuat hasil karya Dwi berbeda dibanding replika kapal buatan orang lain Riset yang dilakukan Dwi tentang sebuah kapal layar tidak terbatas waktu. Dwi baru akan berhenti meriset bila info-info yang dikumpulkan sudah cukup. Riset itu dilakukan dengan membaca berbagai literatur dan buku-buku perkapalan.

Dwi selalu ingin membuat replika kapal layar karyanya terlihat mendekati kondisi aslinya. Bila menurut sejarah, sebuah kapal layar milik Spanyol dapat menembus kutub utara, maka replika kapal layar tersebut akan diberi warna sesuai dengan kondisi kapal ketika melintasi kutub utara.Untuk bahan dasarnya, Dwi selalu menggunakan bambu atau kayu limbah furnitur atau kerajinan kayu lainnya. Dwi tidak pernah membeli kayu baru untuk membuat replika kapal layarnya.

Ia merasa senang dan puas jika kayu-kayu limbah yang dianggap tak berguna, bisa disulap menjadi karya seni yang layak jual. Biasanya, satu karung kayu-kayu limbah dapat ia gunakan untuk membuat lima replika kapal layar.Untukmasalah finishing dan pengecatan replika kapal layar. Dwi mempercayakannya pada Hari Prastiwah-yudi. Pria berambut panjang ini adalah pengrajin dari kota Pasuruan, yang diakuiDwi sebagai gurunya membuat replika kapal layar. Hasil finishing yang dikerjakan Hari untuk setiap replika kapal buatan Dwi patut diacungi jempol. Sangat detail dan rapi.

Satu Replika, Dua Minggu Untuk menyelesaikan sebuah replika kapal layar kayu, Dwi membutuhkan waktu kurang lebih dua minggu, tergantung tingkat kesulitan masing-masing replika kapal layar. Menurut Dwi, kapal layar yang relatif sulit untuk dibuat replikanya adalah kapal-kapal layar buatan Inggris. Letak kesulitannya adalah saat membuat tali temali layar kapalnya.

Tapi bukan replika kapal layar Inggris yang paling sulit yang pernah dikerjakan Dwi. Pesanan replika dengan tingkat kesulitan paling tinggi yang pernah dikerjakan adalah membuat replika kapal yang digunakan penjelajah Spanyol, Ferdinand de Magellans. Yang membuatnya sulit, sang pemesan ingin meriam-meriam yang terdapat di dalam lambung kapal dapat bergerak maju mundur. Sehingga Dwi harus memutar otak untuk memasangkan roda dan penyangga tambahan. Untuk replika yang satu ini, Dwi mengerjakan selama hampir dua bulan.

Untuk kepuasan, Dwi lebih senang bila membuat replika kapal layar daripada kapal mesin, khususnya replika kapal layar buatan Eropa tahun 1700-an. Kapal layar memiliki nilai historis dan seni lebih tinggi dibanding kapal kapal mesin," katanya, kendati tidak menolak bila ada pesanan untuk membual replika kapal modem.

Omzet Lebih Dari Cukup

Kapal-kapal layar replika buatan Dwi ini memiliki bermacam ukuran dan harga. Untuk ukuran yang kecil, replika buatan Dwi dihargai sekitar Rp350.000, untuk ukuran sedang dibanderol dengan harga Rp1,5 juta sampai Rp2juta.Dwi bercerita, replika kapal layar yang paling mahal yang pernah dia jual adalah replika kapal layar HMS Indefort. sebuah kapal perang buatan Inggris. Replika tersebut berukuran panjang 1,42 meter dan tinggi tiang layar utama replika ini mencapai 1,5 meter. Replika ini laku terjual seharga Rp8 juta.

Saat Neraca menanyakan omzet per bulan yang dihasilkan dari membuat replika kapal layar, Dwi mengaku tidak pernah menghitungnya.. "Prinsip saya dapat berapa pun tidak masalah. Itu sudah rejeki dari Tuhan," jelas Dwi, yang selain menjadi pengrajin, juga bekerja di kantor Koperasi kota Malang.Tidak merasa betah bekerja kantoran. Dwi mengaku Ingin segera keluar dari kantor Koperasi agar bisa berkonsentrasi sebagai pengrajin. Mungkin karena hasil dari pekerjaan Dwi sebagai pengrajin lebih dari cukup, sehingga membuatnya lebihmemilih bekerja sebagai pengrajin daripada bekerja di kantor Koperasi.

APKP, wadah pengrajin Pasuruan

Saat ini, Dwi bersama teman-teman pengrajin dari kota Pasuruan tergabung dalam Asosiasi Perajin Kota Pasuruan (APKP). Asosiasi perajin ini berbeda dengan asosiasi perajin biasa. Bedanya, APKP didirikan atas inisiatif para perajin-perajin yang berasal dari kota Pasuruan. Dan Dwi termasuk salah satu perajin yang turut andil mendirikan APKP ini. "Jadi APKP bukanlah asosiasi perajin yang dibentuk oleh pemerintah daerah," katanya.

Dwi mengakui, pemerintah daerah setempat kurang emmberi-kan dukungan dan dana pada perajin. Dua hal inilah yang membuat para perajin kota Pasuruan tergerak untuk membentuk APKP. Selain untuk menjadi wadah berkumpulnya para perajin se-Pasuruan, APKP juga bertujuan untuk membantu merangkul rekan-rekan perajin yang tingkat perekonomiannya masih tertinggal jauh. "Banyak sekali perajin-perajin yang bagus di daerah Pasuruan, tapi tidak terangkat, karena potensinya belum tergali," urai Dwi.

Masa Depan yang Memprihatinkan Menurut Dwi, masa depan perajin di kota Pasuruan sangat memprihatinkan. Dwi mengakui, tahun ini dukungan pemerintah kota Pasuruan kepada para perajin kecil mengalami peningkatan dibanding tahun-tahun sebelumnya, tapi dirasa masih kurang. Ia bercerita, pada tahun-tahun sebelumnya, perajin kecil dijanjikan mendapatkan bantuan dan dukungan dari pemerintah kota. Tapi yang didapat perajin kecil hanya janji, sedangkan yang mendapatkan bantuan serta dukungan adalah para perajin yang sudah besar dan mapan.

Menurut Dwi, seharusnya pemerintah kota lebih memperhatikan perajin-perajin kecil yang belum bisa mandiri. Atas nama APKP, Dwi berharap pemerintah kota, pemerintah provinsi, dan pemerintah pusat dapat mendukung para perajin kecil di seluruh Indonesia. "Jangan hanya perajin besar saja yang diperhatikan. Karena banyak potensi-potensi besar yang belum tergali, dimiliki oleh perajin-perajin kecil," kata Dwi, yang berharap dukungan pemerintah terhadap perajin kecil berlanjut terus.

Dwi, bersama perajin-perajin lain yang tergabung dalam APKP, terus berusaha merangkul dan memberi bantuan pada perajin-perajin kecil dari daerah sekitar Pasuruan. Selain bantuan dana, para perajin kecil membutuhkan bantuan pemerintah untuk menjadi pihak ketiga yang mempertemukan para perajin dengan calon konsumen, serta menyediakan sarana promosi untuk memperkenalkan hasil-hasil karya mereka, (yogi)