Halaman

Wirausaha Solusi Meningkatnya Pengangguran

SULITNYA mencari pekerjaan setelah lulus dari perguruan tinggi memang bukan fenomena ba-ru di Indonesia. Berbagai upaya pun telah dilakukan pemerintah untuk membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi masyarakat. Namun pada kenyatannya, hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Jumlah pengangguran negeri ini tidak lantas berkurang drastis. Sebaliknya, akhir-akhir ini tren pengangguran justru meningkat.

Tidak seimbangnya jumlah lulusan perguruan tinggi dengan lapangan kerja yang tersedia dilansir banyak pihak sebagai penyebab utama. Setiap tahun perguruan tinggi terus mencetak ratusan ribu bahkan jutaan lulusan. Sementara lapangan kerja tidak bertambah secara signifikan. Akhirnya, perguruan tinggi pun sempat di cap sebagai pencetak pengangguran terdidik.

Enterpreneurship pun kemudian digaungkan pemerintah dan perguruan tinggi untuk mencegah semakin tingginya pengangguran di Indonesia. Sebuah solusi yang sepertinya masuk akal mengingat jumlah enterpreneur (wirausaha) di Indonesia memang masih sangat minim. Idealnya, sebuah negara memiliki enterpreneur sedikitnya dua persen dari jumlah penduduknya. Sementara di Indonesia, jumlah enterpreneur baru sekitar 0,18 persen atau sekitar 40O.000 orang. Padahal jumlah ideal dari total penduduk 220 juta jiwa adalah 4,4 juta enterpreneur.

Pada kenyataannya, menanamkan jiwa enterpreneur pada mahasiswa tidaklah mudah. Banyak pakar justru menyatakan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula ketergantungan mereka terhadap sektor kerja formal. Jika ditanya, hampir semua mahasiswa lebih memilih menjadi PNS atau bekerja di perusahaan besar ketimbang menjadi enterpreneur.Kendati demikian, pola pikir berbeda dimiliki oleh para mahasiswa penerima beasiswa (beswan) Djarum 2009/2010. Mereka menganggap enterpreneurship sebagai pilihan tepat dalam kondisi negara seperti sekarang ini. Setidaknya itu yang dirasakan Jaya Kusuma Atmaja (20), mahasiswa Teknik Sipil Universitas Atmajaya Yogyakarta.

"Enterpreneurship sangat penting dan merupakan peluang yang bagus. Di Indonesia enterpreneur masih sedikit, sedangkan lapangan kerja tenis berkurang dan tidak seimbang dengan jumlah lulusan-perguruan tinggi. Saya pribadi ingin sekali menjadi enterpreneur setelah lulus dan menciptakan lapangan kerja bagi saya dan orang lain. Sekarang dimulai dengan wirausaha berjualan es tebu di Yogyakarta," tuturnya saat ditemui pada kegiatan Achievement Motivation Training (AMT) Beswan Djarum 2009/2010 di areal outbond Zone 235, Cikole Lembang, Sabtu (16/1).

Hal senada diungkapkan beswan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Theo Suwanda. "Setelah lulus, mungkin saya akan bekerja di bidang hukum dulu sesuai dengan latar belakang ilmu saya. Namun setelah punya modal, saya ingin berwirausaha," ujarnya.demikiran yang sama juga dimiliki Debora, Chairina, Dion Aris, dan seluruh beswan dari berbagai daerah di Indonesia yang hadir dalam AMT Batch I. Secara keseluruhan, tahun ini Djarum memberikan beasiswa pada sekitar 450 mahasiswa dari 71 PTN dan PTS se-Indonesia yang terbagi dalam tiga batch.Menurut Pembina Program Beasiswa Djarum Rudi Djauhari, pihaknya sudah memberikan beasiswa kepada sekitar 6.336 mahasiswa selama 25 tahun program ini berjalan. "Di samping pemberian bantuan dana pendidikan, kamijuga memberikan pelatihan soft skill pada beswan berupa AMT, leadership training, enterpreneurship, practical skill, dan lomba karya tulis," ujarnya.

Rudi menambahkan, dana yang dikeluarkan untuk program beasiswa kali ini terdiri atas biaya pendidikan sebesar . Rp 600.000/bulan selama satu tahun dan biaya pelatihan soft skill sekitar Rp 10 ju-ta/orang. "Dengan kondisi yang berkembang, kami berencana akan membuat program bantuan permodalan untuk kegiatan wirausaha mahasiswa. Namun hal ini masih dibicarakan, mudah-mudahan bisa cepat direalisasikan," ujarnya