" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Batik tak Hanya Baju, tetapi juga Karya Seni

RATUSAN helai kain batik dengan beragam motif dan warna berpadu indah dengan sejumlah produk bermotifkan batik. Sebut saja kaus, dompet, tas, gantungan kunci, sepatu, kertas origami, hingga tayangan terlihat berpadu harmonis menunjukkan kedinamisan batik saat ini.

Jika sebelumnya batik hanya identik sebagai busana untuk menghadiri undangan, kini dengan sentuhan kreativitas, batik menjelma sebagai bagian dari gaya hidup. Bahkan, kini orang tak lagi berpikir dua kali untuk mengenakan batik dalam aktivitas kesehariannya.

"Saat ini, menyesuaikan dengan tren yang ada dan didu-kung dengan kreativitas, batik selain sebagai warisan dunia juga telah menjadi bagian dari gaya hidup. Kekuatan batik klasik berpadu dehgan keinginan pemuda yang progresif semakin mendukung perkembangan batik," kata Presiden Republik Entertainment, Wawan Juanda, di sela-sela Gelar Batik 2010, di Gedung Sate, Bandung, Sabtu (3/7). Acara yang berlangsung hingga Minggu (4/7) tersebut dibuka Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan dihadiri Deputi Pembiayaan Kementerian Koperasi dan UKM Agus Muharram, Kepala Dinas UMKM Jabar Wawan Herna-wan, Direktur Utama Pikiran

Rakyat Syafik Umar, Pembina Y asan Bordir Jabar Netty Prasetiyani, Ketua Yayasan Batik Sendy Yusuf, dan sejumlah tamu lainnya. Wawan menjelaskan, batik akan semakin berkembang apabila selain mempertahankan ciri khasnya, batik juga menyelami keinginan generasi muda yang identik dengan dinamis, establish, dan menyukai perubahan.

"Batik klasik terus dipertahankan sebagai heritage apalagi identik dengan seni. Namun, di sisi lain perajin juga memperhatikan kebiasaan pemuda. Melalui kegiatan inilah, kami mencoba mempertemukan antara batik klasik dan kontemporer sehingga bisa saling melengkapi," ujarnya.

Dukungan masyarakat Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, perkembangan batik Jawa Barat sangat pesat. Dengan ditetapkannya batik sebagai warisan dunia kategori nonbenda oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), masyarakat harus bisa lebih mengapresiasikan batik. Salah satu langkah konkret adalah dengan mengenakan dan membeli produk batik.

"Tidak cukup hanya dengan mencintai batik, tetapi dengan membeli adalah bagian dari mengampanyekan dan melestarikan batik," katanya. Ia menambahkan, dengan semakin banyak warga Jabar yanjg mencintai dan membeli batik, diharapkan secara tidak langsung berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan para pebatik yang selama ini kurang terperhatikan.

"Paling tidak, 300.000 PNS di Jaw Barat membeli 1-3 potong batik. Ini akan memberikan efek ekonomi yang sangat besar," katanya. Ketua Yayasan Batik Jawa Barat, Sendy Yusuf mengatakan, untuk menumbuhkan kecintaan terhadap batik di masyarakat Jabar, terutama generasi muda, Yayasan Batik bersama sejumlan pemerintah kabupaten/kota telah memasukkan batik menjadi muatan lokal di sekolah. Hal tersebut telah dilakukan di Ciamis dan Tasikmalaya.

Selain itu, lima kepala daerah yakni Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan pun telah menetapkan Hari Batik yang jatuh pada 15 Agustus. "Kami terus berupaya untuk mengampanyekan batik kepada generasi muda. Ke depan diharapkan bisa di seluruh daerah. Minima] mereka menggunakan batik dengan ciri khas daerah masing-masing," katanya.

Selain menawarkan berbagai jenis batik, seperti Batik Garutan, Batik Tasik, Batik Cirebonan, Batik Ciamis, Batik Indramayu, Batik Kuningan, Batik Cimahi, Batik Bekasi, dan Batik Bandung, pada acara tersebut pengunjung juga dapat mencoba untuk membuat batik sendiri serta membuat origami motif batik. Acara tersebut juga didukung komunitas kreatif seperti Komunitas Lubang Jarum Indonesia dan Art Kite Indonesia.

Berdasarkan pemantauan "PR", ratusan pengunjung memadati arena acara, baik sekadar melihat-lihat maupun membeli beragam produk batik yang ditawarkan para pengusaha batik se-Jabar.

Alisa, salah seorang pengunjung stan Batik Ciungwanara, mengakui rajin hadir pada acara-acara pameran karena selain menambah wawasan, juga bisa menjadi sumber inspirasi.

"Saya ke pameran itu enggak! harus selalu beli, lihat-lihat saja seperti sekarang," katanya.

Namun, dia menyayangkan harga yang ditawarkan pada pameran tersebut sangat mahal. "Masa dompet batik sampai Rp 160.000. Lebih baik beli yang lain," ujarnya. Pengusaha batik Dharma Ayu asal Indramayu Nani Ro-chani mengatakan, soal harga mahal itu relatif. Menurut dia, batik bukan hanya mencakup fungsi utilitas, tetapi juga seni. Sementara seni itu adalah karya cipta yang bernilai tinggi sehingga wajar jika harga suatu seni itu mahal.

"Batik itu bukan hanya baju yang dipakai, tetapi di situ ada seninya, ada keindahan yang nilainya tak bisa dihitung secara materi," ujarnya. Ia mencontohkan seorang pencinta seni rela membeli lukisan ratusan juta rupiah karena nilai seni yang terkandung dalam lukisan itu. "Bukan ba-han atau materialnya, kanvas, cat minyak, tetapi nilai arti-stiknya sehingga pemburu barang seni rela mengeluarkan uang banyak untuk dapat memilikinya," katanya.

Sementara Shinta, pengunjung asal Dago mengatakan, seharusnya tidak semua barang hanya dinilai dari fungsi, masyarakat harus juga dapat mengapresiasi nilai seni di baliknya.

Uki salah seorang personel PASS Band, menyatakan hal serupa. Oleh karena itu, soal harga baginya relatif. Dia mengakui sebagai penggemar batik dan memiliki sejumlah koleksi, baik itu digunakan saat berpentas maupun dalam acara lainnya. Menurut dia, tanpa ada kebanggaan dari masyarakat untuk mengenakan batik, maka kekayaan batik di Jawa Barat bisa punah.

Berbisnis Sekolah Musik

Pesona musisi memang tidak pernah luntur termakan zaman. Sejak era musik klasik pada 1740-1830 yang membesarkan nama komponis Wolfgang Amadeus Mozart dan Ludwig van Beethoven, hingga zamannya Cita ian.iu.i saat ini, musisi menjelma menjadi public figure yang setiap pergerakannya selalu menarik minat khalayak.

Menjadi terkenal, hanyalah salah satu konsekuensinya. Di tengah perkembangan industri musik, menjadi musisi pun boleh dibilang cukup menjanjikan secara ekonomi. Maka wajar saja jika banyak yang mendamba menjadi seorang musisi. Berapa pun biayayang hams dikeluarkan, tak masalah, demi mengasah diri atau anak agar menjadi musisi andal. Bahkan, seorang tukang becak di Yogyakarta pun rela merogoh kocek sekitar Rp500.000 per bulan untuk mengasah bakat musik sang anak.

"Dia (tukang becak itu] datang ke manajemen untuk mendaftarkan anaknya di sekolah musik yang baru kami dirikan. Harapannya tentu saja kelak sang anak dapat membantu ekonomi keluarga melalui bermusik," ujar General Manager Primagama Indonesia Adam Pri-maskara kepada Bisnis, belum lama ini.Menurut Adam, permintaan pasar untuk sekolah musik sangat tinggi. Bahkan, dia mengaku telah menerima ratusan pendaftar sejak beberapa waktu sebelum launching sekolah musik pertamanya."Minal masyarakat untuk memberikan pendidikan musik kepada anaknya luar biasa. Contohnya gerai kami di Yogyakarta telah menerima 200 pendaftar pada satu bulan pertama setelah soft launching," katanya.

Tak heran jika jaringan lembaga pendidikan nonformal ini pun memasang aksi dengan mengembangkan sayap dalam bidang usaha ini. Manajemen akan segera melakukan grand launching pada Juli 2010 dengan enam gerai pendidikan khusus musik di sejumlah kota besar di Indonesia, yaitu di Yogyakarta, Makasar, Semarang, Jakarta, Palembang, dan Surabaya. Pola franchise atau waralaba dinilai efektif untuk pengembangan sekolah musik. Begitupun bagi Primagama yang menggandeng musisi terkenal Achmad Dhani untuk menyiapkan kurikulum dan materi pengajaran.

"Kami sudah terbiasa mengelola usaha pendidikan. Namun, terus terang kami masih perlu dukungan musisi andal untuk menentukan kurikulum pengajarannya," ujar Adam.Melalui pola kemitraan, maka peluang untuk memperbanyak gerai lebih terbuka lebar. Anda yang berminat joint, bisa mendapatkan hak waralaba unit usaha Primagama itu senilai Rp200 juta. Adam memperhitungkan break event point bisnis waralaba ini dapat mencapai 18 bulan.Jika dijumlahkan secara keseluruhan, dengan biaya sewa gedung, dan lain-lain, investasi awal yang dikeluarkan mitra dapat mencapai sekitar Rp600 juta.Selama 1 tahun, pihaknya menetapkan kapasitas untuk menampung sekitar 500 murid per masing-masing gerai.

Ajukan Izin

Selain Primagama yang sejak awal bergerak di bidang pendidikan nonformal, Nagaswara pun berniat mengembangkan bidang usaha tersebut. Saat ini, lanjutnya, perusahaan yang bergerak di bidang label rekaman, publishing, dan manajemen artis itu sedang mengurus perizinan untuk mengembangkan sekolah musik dengan mang lingkup terbatas sekitar 20-25 murid per kelas."Kami ingin memberikan kesempatan kepada calon musisi agar dapat berkembang dan berkiprah di bisnis musik melalui Nagaswara." ujar Rahayu Kertawiguna, Presiden Direktur PT Naga. Swarasakti.

Bicara sekolah musik tentu saja tidak bisa lepas dari Purwacaraka Music Studio (PCMS) yang berdiri sejak sejak 1 Oktober 1988. Pada awal 2000-an hingga 2009, PCMS pernah melakukan ekspansi pasar ke berbagai daerah dengan menggunakan sistem waralaba. Namun karena dirasa tidak maksimal, manajemen mengubah sistem tersebut."Sistem waralaba menjadi kurang maksimal karena susah untuk mengontrol kualitas pendidikan musik dan kuantitas murid. Lalu diganti menjadi sistem join hingga sekarang," ujar M. Hardi, staf khusus kantor pusat Purwacaraka Music Studio (PCMS) yang juga Kepala PCMS Cabang Bandung kepada Bisnis di Bandung.

Kini, PCMS mengembangkan sistem profit sharing kepada mitra bisnis yang bekerja sama dengannya dengan masa kontrak 5 tahun. Biaya untuk membangun sebuah outlet PCMS mencapai sekitar Rp600 juta. Investasi tersebut itu dibagi dua [fifty-fifty) antara mitra bisnis dengan pihak pengelola PCMS."Pembagian hasilnya pun akan dibagi rata kepada kedua pihak setiap bulan setelah dikurangi biaya operasional outlet tersebut," katanya.

Sejak berdiri 22 tahun lalu, PCMS memiliki delapan kelas, yakni vokal, piano, drum, keyboard, gitar elektrik, gitar bass, gitar klasik, dan biola. Kelas vokal menjaring peminat terbanyak. Tercatat sebanyak 50% murid memilih pendidikan olah vokal.Menurut Hardi, pola pikir masyarakat sekarang terhadap sekolah musik sungguh jauh berbeda bila dibandingkan dengan awal berdirinya PMCS.ada awalnya sekolah musik hanya dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat Indonesia. Alasannya, dulu sekolah musik masih diidentikkan sebagai sarana atau jalan untuk menjadi artis atau musisi terkenal, apalagi ketika mendengar nama besar sang maestro musisi Nusantara, Purwacaraka. "Obsesi mereka hanya ke arah sana," tuturnya.

Ketika ingin bergabung, mayoritas orangtua siswa bertanya mengenai disalurkan atau tidaknya anaknya menjadi musisi atau artis.Namun, manajemen PCMS menjelaskan PCMS murni memberikan pendidikan sekolah musik kepada muridnya. Jika memang ada muridnya yang memiliki kemampuan, pihaknya juga akan berusaha untuk menyalurkannya.

Di tengah paradigma masyarakat yang memberikan sinyal positif pada sekolah musik tersebut, PCMS kian gencar menjangkau pasarnya. Branch Manager Sekolah Musik Purwacaraka cabang Kelapa Gading dan Buaran Puadi mengungkapkan, di Jakarta tepatnya di Kepala Gading jumlah sekolah musik Purwacaraka telah mencapai 40 unit, padahal pada 2003 jumlahnya masih lima unit.Perkembangan zaman yang menuntut agar anak memiliki kemampuan yang seimbang antara akademis dan kreativitas makin mendorong menjamurnya sekolah musik. sumber (media indonesia )

Jakbar Gelar Sentra Barat Fair 2010

JAKARTA - Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Deksranada) akan menggelar Sentra Barat Fair 2010 pada 1 sampai 3 Juli di halaman kantor Wali Kota Jakarta Barat di Jl Kembangan. H Eldi Andi, asisten Perekonomian dan Administrasi Pemkot Jakarta Barat, mengatakan, acara ini merupakan ajang promosi produk unggulan binaan dunia usaha kecil dan menengah yang ter-dapt di sekitar sentra primer barat.

"Melalui kegiatan ini diharapkan usaha kecil danmenengah (UKM) memperluas wawasan dan jaringan pemasaran," kata Eldi. Selain itu, masih menurut Eldi, kegiatan ini juga bagian kampanye one village, one product untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, dan pembinaan terhadap UKM berkesinambungan.Sentra Barat Fair berlangsung tiga hari. Selain promosi produk unggulan UKM, acara ini juga akan diramaikan berbagai pentas kesenian Betawi, lomba burung ber-kicau, cupang hias, lomba nyanyi, dan lainnya.

"Acara akan diakhiri dengan malam hiburan rakyat dalam rangka memperingati HUT ke-483 Kota Jakarta menampilkan artis-artis Ibu Kota pada malam Minggu (3 " Eldi mengakhiri.

Entri Populer