" Status YM ""
ukm indonesia sukses

Biker" yang Cerdas Memanfaatkan Peluang

JAKARTA - Kisah sukses yang dijalani Wiedi Trisyudanto ini bisa menjadi inspirasi untuk anak-anak muda yang ingin terjun ke dunia kewirausahaan. Oleh Mohamad Ridwan
Hanya dengan modal awal sebesar Rp 24 juta, mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STEI), Rawamangun, Jakarta tersebut kini mampu mendapatkan pemasukan sebesar Rp 80 juta-Rp 100 juta per bulan.

Pemilik show room jaket kulit "Joker Leather" di Jalan Raya Bogor, Km 20, No 62, Kramat Jati, Jakarta Timur ini termasuk biker (pehobi sepeda motor) yang cerdas memanfaatkan peluang. Saat bergabung di komunitas biker Pondok Gede Tiger Club, Wiedi Trisyudanto yang akrab disapa Yudan ini tak hanya sekedar menyalurkan hobi mengendarai sepeda motornya, tapi juga sudah mulai terpikir untuk memulai bisnis jaket kulit yang merupakan salah satu atribut wajib di kalangan biker.

"Awalnya tahun 2005 sayabergabung di komunitas biker Pondok Gede Tiger Club. Di sana saya melihat ada peluang untuk berbisnis jaket kulit, kebetulan saya punya tempat langganan jaket kulit yang bagus dan harganya murah. Dari situ saya mulai bisnis kecil-kecilan dengan menawarkan jaket kulit kepada teman-teman saya sesama biker," kenang Yudan.

Tak puas hanya memasarkan produk orang lain, Yudan pun mulai berpikir untuk merintis usahanya sendiri dengan membuka show room jaket kulit seperti yang dimiliki langganannya tersebut. Gayung bersambut, ketika pada tahun 2007, sang pemilik show room jaket kulit itu mengalami krisis keuangan dan berniat menjual show room-nya. Tanpa pikir panjang, pemuda yang kini baru berusia 26 tahun itu langsung mengakusisi kepemilikan show room tersebut, termasuk mempertahankan seorang peraj innya.

"Saya mulai membuka show room dengan nama Joker Leather ini pada awal tahun 2007. Namun saat itu show room-nya masih di daerah Pondok Kopi. Karena order di sana sepi dan masih terbatas pada kalangan teman-teman komunitas biker saya saja, pada bulan Agustus 2007 saya memutuskan pindah tempat ke show room saya yang sekarang di daerah Kramat Jati," ungkap Yudhan, yang saat ini sudah mampu mempekerjakan empat orang perajin di show room-nya tersebut.

Pemilihan lokasi yang strategis, servis yang bagus terhadap pelanggan, harga jual produk yang kompetitif serta berkualitas membuat usaha pesanan dan reparasi jaket kulit yang dijalankan oleh Yudan ini mulai mendatangkan hasil yang luar biasa. "Kalau untuk pembuatan pesanan jaket kulit per pcs-nya berkisar Rp 450.000-Rp 2 juta.
Bahan baku yang saya gunakan untuk produk-produk saya semuanya dari kulit asli. Sedangkan untuk reparasi ringan seperti ganti kerah atau cat ulang jaket kulit, ongkosnya saya patok hanya sebesar Rp 30.000-Rp 50.000 untuk ganti kerah dan Rp 50.000 untuk cat dengan warna dasar hitam," paparnya.

Bahkan, produk jaket kulit buatannya ini tak hanya laris manis di pasar dalam negeri. Salah seorang pelanggannya yang sering bolak-balik Jakarta-Singapura juga rutin membeli pesanan jaket kulit untuk dipasarkan kembali di Singapura. "Kalau ekspor secara langsung memang belum, karena saya sendiri belum punya akses ke sana. Target saya dalam waktu dekat ini baru sampai meningkatkan penjualan di dalam negeri dulu, makanya tahun depan saya berencana akan membuka cabang," tandasnya.

Mahasiswa Beradu Kreativitas Bisnis

KALAU punya modal Rp 10 Juta. Anda mau bikin bisnis apa? Kalau tantangan tersebut ditujukan kepada mahasiswa, temyata banyak yang bisa mereka lakukan. Setidaknya Itulah yang terlihat dalam acara Entrepreneurial Youth (EY) 2010 yang diselenggarakan Universitas Bakrie, belum lama Ini.

"Wah. temyata semangat mahasiswa untuk berbisnis luar biasa. Itu terlihat dari business plan yang masuk dan disaring oleh dewan Juri." ujar A Pramono, salah seorang Juri ET 2010 sekaligus pemilik Ayam Bakar Mas Mono tentang kompetisi business plan antarmahaslswa tersebut. Sedikitnya. 31 business pbm mahasiswa yang masuk ke panitia EY 2010 berasal dari berbagai universitas di Jakarta dan Bandung. Ada banyak bidang usaha yang ingin mereka garap.

Hal itu menunjukkan tingginya kreativitas mahasiswa dalam dunia bisnis, terutama bisnis UKM. Tapi, kata Pramono yang akrab dipanggil Mas Mono, sekitar 60 persen merupakan bisnis kuliner. Dari 31 peserta, dewan Juri hanya memilih lima finalis. Mereka kemudian diwajibkan mempresentasikan business plan-nya.

Lima finalis tersebut terdiri dari tiga orang memilih liga usaha kuliner, satu orang Ingin membuka usaha distribusi Ikan lele organik dan Jasa perawatan binatang, dan serta satu lainnya jasa fotografi hewan peliharaan. Ketua Pelaksana EY 2010. Dhanan Febrie mengatakan, lima finalis yang terpilih tersebut meliputi tiga peserta dari Universitas Indonesia, satu peserta Itenas (Bandung) dan satu peserta dari Universitas Pelita Harapan (UPH).

Sesuai karakter mahasiswa, business plan mereka lebih banyak-menampilkan sisi Idealisme. Contoh, kata Mas Mono. Jika menggarap bisnis kuliner, mereka mengedepankan bisnis makanan dan minuman sehat Seperti, minuman sehat Ginger Freeze dari mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Lalu, finalis dari UPH ingin memperkenalkan ke pasar lele organik karena dianggap lebih sehat. Lele organik konen memiliki kolesterol rendah dan memiliki kandungan omega 3. Apalagi, di hampir setiap sudut Jalan banyak ditemui kedai-kedai penjual pecel lele.

Dari presentasi tersebut, masing-masing finalis memiliki kekuatan. Ada finalis yang kuat secara Ide karena unik, tapi lemah dalam konsep dan proyeksi keuangannya. Padahal, proyeksi keuangan merupakan urat nadi dari bisnis itu sendiri. Finalis lainnya tampak lebih kuat dari sisi lapangan, karena sudah melakukan survei langsung ke pasar-pasar. Bahkan, mereka sudah menjajaki kerjasama dengan petani lele yang nantinya akan diajak bermitra dalam usaha tersebut. Sebaliknya, ada finalis yang kuat dalam konsep, tapi kurang kuat dari penggarapan lapangannya. Ini yang dikatakan banyak pengusaha sebagai uji mental. Tanpa mental baja dan kesabaran, sulit untuk mengembangkan usaha.

Menurut Errissa Dwi Agustin. Wakil Ketua EY 2010. pemenang kompetisi business plan akan memperoleh berbagai hadiah, antara lain Juara pertama mendapat hadiah Rp 10 Juta, runner up sebesar Rp 7.5 juta, dan terakhir mendapat hadiah sebesar Rp 5 Juta.

Namun, sebagus apa pun business plan tersebut. Jika tidak dilaksanakan, bisnis yang dilakukan tak akan menjadi bisnis rill yang dapat menghasilkan uang. Panitia berharap paling tidak para pemenang tiga besar kompetisi EY 2010 akan merealisasikan business plan mereka,

10 Negara Tujuan Ekspor UKM

Angka ekspor yang dilakukan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menunjukkan peningkatan. Tidak heran jika beberapa lembaga tertarik memfasilitasi UKM membuka jaringan dengan negara lain. Negara apa saja yang menjadi tujuan utama ekspor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di tanah air? Pekan ini, Metro 10 menghadirkan hasil riset HSBC dengan Lembaga Survei TNS tentang negara-negara yang menjanjikan sebagai tujuan ekspor UKM tanah air.

Entri Populer