" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Promosi Jitu, Resep Sukses Bisnis Ala Black ID

Promosi Jitu, Resep Sukses Bisnis Ala Black ID

14/03/2012
Promosi Jitu, Resep Sukses Bisnis Ala Black ID


JAKARTA - Berbisnis tanpa promosi yang jitu sama saja kosong. Itu pesan yang disampaikan pendiri dan pemilik distro Black ID Bandung, Hartiman ajias Imonz, saat menjadi tamu dalam "Bincang Bisnis Kreatipreneur Republika", Selasa (13/3).

Imonz membagikan pengalamannya berbisnis di depan ratusan orang yang memadati arena Islamic Book Fair (IBF) 2012 di Istora Senayan, Jakarta. Delapan tahun lalu bekas pegawai administrasi perpajakan ini mengambil langkah berani. "Saya merasa tidak cocok dengan peker-jaan yang banyak duduk di depan komputer," ujar Imonz.

Baru dua bulan bekerja, ia berhenti menjadi pegawai dan mulai menjual baju. Segera ia meminta restu kepada sang ibu.Pelajaran pertama yang ia dapat adalah susahnya mela-riskan dagangan. Pada awalnya, Imonz memproduksi 60 buah kemeja dengan modal dasar Rp 2,1 juta. Dalam sebulan puluhan kemeja itu takkunjung habis. Padahal, ia sudah menjajakannya dari pintu ke pintu. Dari pengalaman ini ia jadi paham betapa pentingnya promosi. "Berdagang tanpa promosi tidak akan cepat berhasil,"-kenang Imonz.

Ialalu menggandeng temannya yang sudah punya distro. Ia menitipkan produknya di sana. Ternyata, produk Imonz disukai konsumen. Dibanding dengan merek-merek lain, penjualan produk Imonz termasuk yang terlaris. Order pesanan pun mulai masuk, bahkan terus meningkat. Hingga

akhirnya Black ID bisa menembus ke salah satu acara televisi yang mengudara pada pukul 12.00 sampai 14.00 WIB. Dari tabung layar kaca itulah produk Imonz makin terkenal.

Pelajaran promosi kedua, lanjut dia, adalah duta promosi yang pas. Imonz dan Black ID boleh dibilang beruntung. Ketika nama produknya naik daun di Bandung, Jawa Barat, di kota yang sama juga sedang naik daun Band Ungu. Imonz langsung menggandeng-Pasha Ungu, vokalis yang memang punya banyak penggemar, untuk jadi ikon produknya. Pasha kini masih menjadi salah satu duta yang mempromosikan produk-produknya. "Banyak pembeli yang sengaja datang ke distro untuk membeli baju yang sama dengan milik Pasha," kata Imonz.

Strategi ini jitu. Terbukti produksi Black ID terus meningkat. Sekarang Imonz bisa menghasilkan 20 ribu sampai 30 ribu item per bulan untuk empat merek produksinya. Produksi bisa berlipat tiga kali kalau menjelang Lebaran.

Di Bandung saja ia punya empat toko, yaitu T-Shit Store, Diery Store, Black ID Store, dan Kick Denim Store. Konsumennya tak lagi datang dari Indonesia, tapi juga Malaysia. Imonz bisa mengekspor 40 persen produknya ke negeri jiran itu.

Namun, bisnis kaus dan pernak-pernik fashion sudah banyak pemain. Belum lagi serbuan impor dari Cina. Apa ini membuat Black ID khawatir? Imonz mengklaim tidak. Makin banyak kompetitor, buat Imonz, justru menjadi pemicu semangat untuk membuat produknya paling unggul. Ia percaya masyarakat Indonesia tetap memilih produkfashion lokal. Kesadaran masyarakat mencintai produk lokal kini sudah 80 persen.

Ia pun belajar dari produk fashion asing. Maksudnya me-niru? "Tidak!" kata Imonz. Black ID belajar soal desain dan jenis sablon dari produk asing. Menurut Imonz, sebenarnya produk lokal bisa bersaing. Hanya saja alat produksinya belum secanggih milik luar. "Kalau produk asing lebih bagus, itu karena mereka punya alat yang mungkin lebih canggih."

Dibajak

Bisnis tak selalu mulus. Apalagi bisnis fashion. Itu yang dialami Black ID. meski sudah mendaftarkan merek dan logo usaha, tetap saja ada oknum yang membajak produknya. Pada 2006/2007 Imonz harus melihat kenyataan produk Black ID di pasaran justru banyak bajakan. Pembeli mengeluh.

Imonz bekerja keras mengembalikan kepercayaan buyer. Promosi ia gencarkan lagi, terutama lewat jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Ia membentuk tim sapu bersih fashion bajakan.

Berkali-kali Imonz dkk inspeksi mendadak ke pedagang kaki lima atau pasar. Ia sempat merangkul para pembajak, tetapi sulit. Ini karena para pembajak motifnya hanya duit dan duit. Tak memungkinkan berduet berjualan baju dan per-nak-perniknya.

Karena itu, ia mengarahkan bisnisnya ke toko on Di laman Twitter dan Face-book dengan akun BlacklD dan @blackidclothing, misalnya, Imonz memajang item-item terbaru sekaligus distro di seluruh Indonesia yang menjual produknya.

Bila tidak ada di satu dae-rah, ia menganjurkan pembeli memesan via onlinv ln! pun tak sekadar jual beli. Tapi juga menampung kritikan. "Melalui online ternyata penjualannya meningkat signifikan. Tak heran jika ke kantor itu seperti warnet, pegawai melayani pembeli lewat online. Ada yang pegang hape, mantau internet." kata Imonz.

Kehadiran Imonz menginspirasi pengunjung IBK Zaenal, pria paruh baya dari Bendungan Hilir, misalnya, terkesan dengan seorang yang mapan bekerja kantoran Itu yang berani memilih menjadi wirausaha. Imonz mengatakan ia mulai serius menjalani bisnisnya saat menyadari menjadi wirausaha bisa menjadikannya lebih sukses dibandingkan pegawai kantoran.

Segera saja ia meminta restu kepada sang ibu, lalu keluar dari pekerjaannya dan serius berbisnis. "Restu orang tua selalu membuat kita lebih sukses*," ungkap Zaenal.Qham; pengunjung dari Bekasi, Jawa Barat, juga terinspirasi dengan keberaniannz memulai usaha dengannciptakan tnerek sen Menurut Ilham, mambangun bisnis baru sangat \ tinggi dil rn melan-jutkan bisnis yang berasal dari waralaba yang notabene lebih mapan manajemennya

Namun, Imonz mengatakan jika para calon pdin dengan segala risiko lebih baik membangun bisnis sendiri ketimbang mengambil mei I ia mapan.ik ke belakang, Iranian karyawan ad-.j pjjiik ini menga-taka i sederha-na. "Yang penting suka dulu," ujar dia. Pencinta fashion ini .k kesulitan mer nis karena memang seleranya sudah menyatu dengan apa yang ia jalani. c?3/agungong-ko ed stevy maradona

Sumber: Republika


Entri Populer