" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Merajut Laba dari Pembuatan Topi Merah ala Sinterklas

Merajut Laba dari Pembuatan Topi Merah ala Sinterklas

22/12/2011
Bisnis Topi Sinterklas
Merajut Laba dari Pembuatan Topi Merah ala Sinterklas



Agar perayaan Natal bisa berlangsung meriah, banyak orang memakai pernak-pernik Natal, salah satunya adalah topi ala sinterklas. Karena topi berwarna merah itu banyak penggemar, pelaku bisnis topi inipun kebanjiran pesanan dengan omzet puluhan juta rupiah.

SEMARAK perayaan Natal tahun ini seolah tidak lengkap tanpa kehadiran pernak-pernik aksesori Natal. i Salah satu pernak-pernik Natal yang banyak dicari ttu adalah topi ala sinterklas. Menjelang Natal yang tinggal beberapa hari lagi, permintaan topi berwarna merah itu mengalir deras. Kondisi itu tentu mengun-tungan bagi produsen dan pedagang topi sinterklas. Mereka mengaku kewalahan melayani pesanan topi tersebut.

Seperti yang dialami Sisca Maulana, pemilik Sahabat Suvenir, produsen topi sinterklas dari Bekasi. Untuk melayani pesanan Natal tahun ini, Sisca berani menambah produksi topi. "Saya sudah tambah produksi dari 1.000 pieces menjadi 1.200 pieces," terang Sisca

Sejak 2006 silam, Sisca memang sudah rutin memproduksi topi sinterklas. Mulanya, Sisca membuat kostum sinterklas hanya untuk disewakan. "Temyata topi sinterklas banyak peminatnya. Karena itu, saya memproduksi untuk dijual," terang Sisca.

Sisca mengakui, pasar topi sinterklas memang datang secara musiman. Pembelinya baru ramai saat perayaan Natal tiba. Namun demikian,meski hanya laku secara musiman, permintaan topi itu mampu menggemukkan kantong Sisca.

Menurut Sisca, ia tidak hanya mendapat pesanan untuk skala ritel saja, tapi juga melayani pembelian grosir, baik oleh perusahaan, perhotelan atau restoran. Untuk pesanan borongan, perempuan berusia 29 tahun itu menyertakan desain logo dan nama perusahaan pada topi tersebut.

Harga topi sinterklas itu, Sisca membanderolnya Rp 25.000 per pieces. Mendekati hari Natal tahun ini, Sisca sudah mengantongi omzet Rp 30 juta rupiah dengan laba yang cukup menggiurkan. "Margin laba bisa 30% dari omzet," kata Sisca

Untuk melayani pelangga-nya, Sisca sudah mempersiapkan produksi sejak September lalu. Ia perlu mempersiapkan produksi jauh-jauh hari agar tidakkehabisan bahan baku. "Maklum bisnis ini banyak saingan, sehingga bahan baku harus aman," ungkap Sisca.

Selain Sisca, ada Yusuf. Pemilik Aneka Souvenir ini juga berbisnis topi sinterklas di Jakarta. Bulan ini, pria berusia 42 tahun itu sudah menjual 70 lusin topi sinterklas yang dia impor dari (hina dengan omzet Rp 29 juta "Permintaan banyak datang dari luar kota seperti Yogyakarta, Manado, Palembang, Semarang, dan Flores," terang Yusuf.

Yusuf mengaku sudah berjualan topi sinterklas impor itu sejak 2008. "Dari tahun ke tahun penjualan naik. Natal tahun ini pesanan naik 20%," ungkap Yusuf. Harga topi sinterklas impor itu memang lebih murah ketimbang harga topi sinterklas lokal. Yusuf mematok harga mulai dari Rp 5.-000 per pieces sampai dengan harga Rp 11.000 per pieces. Namun Yusuf menjual topi sinterklas itu secara grosiran, minimal satu lusin.

Selain harga yang murah, Yusuf mengklaim topi sinterklas impor memiliki desain yang lebih menarik dari produksi lokal. Inilah alasan Yusuf menjual topi sinterklas impor ketimbang topi sinterklas lokal. "Pelanggan juga lebih tertaiik dengan produk impor," katanya. Yusuf menambahkan, topi sinterklas impor juga memiliki dua pilihan bahan, yaitu balian dari flanel dan beludru. 

Sumber : Harian Kontan
Fahriyadi, Dea Chadiza S


Entri Populer