" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bank Sentral Imbau Perbankan Tekan Bunga Kredit UMKM

Bank Sentral Imbau Perbankan Tekan Bunga Kredit UMKM

16/08/2011
Bank Sentral Imbau Perbankan Tekan Bunga Kredit UMKM


SURABAYA (IFT) - Bank ln donesia mengimbau perbankan untuk menurunkan margin bunga bersih [net interest margin) kredit sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sehingga bunga kredit tersebut dapat ditekan. Menurut pejabat Bank Indonesia, penurunan bunga kredit UMKM juga bisa dilakukan dengan menurunkan biaya overhead.

Mohamad Ishak, Pemimpin Bank Indonesia Cabang Surabaya, mengungkapkan beberapa bank yang bermain di jalur UMKM memiliki margin bunga bersih di kisaran 10%, jauh lebih tinggi dibanding margin bunga bersih rata-rata perbankan yang di kisaran 6%. Ishak berharap margin tersebut dapat diturunkan sehingga bunga kredit sektor UMKM bisa turun.lika tidak ingin menurunkan margin bunga bersih, bank bisa menggunakan cara lain agar bunga kredit UMKM tidak iimkk1 yaitu dengan menurunkan biaya overhead. Ada dua cara yang dapat dilakukan bank agar biaya overhead turun. Pertama mengikutsertakan kredit dalam pru jaminan asuransi. Langkah seperti ini sudah dilakukan oleh beberapa Bank Pembangunan Daerah yang mengikuti program faminan Kredit Daerah (famkri-da). Bank tidak perlu menyiapkan pencadangan yang tinggi karena kredit sudah dijamin.

Kedua, bank menggunakan jaringan yang telah dimiliki Bank Perkreditan Rakyat (BPK) melalui skema linkage untuk menyalurkan kredit. "Bank-bank besar salurkan saja kredit mikro melalui BPR, sehingga biayanya tidak terlalu besar," jelas Ishak. Kerja sama dengan BPK lebih efisien karena bank umum tidak perlu menambah sumber daya manusia untuk rekrutmen debitor baru dan penagihan.

Menurut Ishak, cara ini sudah digunakan di lawa Timur.

Penyaluran kredit melalui BPR di wilayah lawa Timur termasuk yang tertinggi di Indonesia karena bunga yang diberikan dapat ditekan. Berdasarkan data Bank lndo-nesia, outstanding kredit di sektor UMKM lawa Timur terbesar kedua di Indonesia setelah DKI jakarta. Outstanding penyaluran kredit UMKM di Jawa Timur per Juni 2011 sebesar Kp 62,12 triliun atau 14,23% dari total kredit UMKM seluruh Indonesia Rp 436,66 triliun. Drajat Sunaryadi, Direktur Umum BPR Jawa Timur, mengungkapkan pihaknya saat ini menetapkan bunga untuk sektor UMKM berkisar 12%-17%. "Netinterest margin kami saat ini hanya sekitar 3%. Kredit UMKM, terutama mikro saat ini porsinya 90% dari total kredit," ungkapnya. Untuk menekan NPL di bawah 5%, BPR Jawa Timur menggunakan Jamkrindo. Menurutnya, lamkrin do menjamin sebesar 70% dari agunan kredit.

Meskipun kredit mikro yang diberikan perseroan sekitar Rp 5 juta-Rp 10 juta per individu, bunga yang diberikan maksimal bisa mencapai 17% karena sumber dana murah perseroan masih banyak. "Kalau soal penurunan bunga, kami usahakan untuk turun ke depannya karena kami ingin go national juga. Untuk kredit UMKM, kami juga punya linkage dengan BNI dengan bunga ke mereka 12%,* jelas Drajat. Hingga Juli 2011, BPR Jatim membukukan kredit sebesar Rp 544,9 miliar, naik 45,6% dibanding Desember 2010 [year-to-date).

Tiga Tingkatan

Djarot Kusumayakti, Direktur UMKM Bank Rakyat Indonesia, menjelaskan BRI menetapkan tiga tingkatan bunga kredit untuk kredit UMKM. Untuk kredit menengah, BRI menetapkan bunga sebesar 10%-11%. Untuk kredit segmen usaha kecil, BRI menetapkan bunga 12%-14% sedangkan untuk kredit segmen mikro di alas 20%.

"Untuk segmen menengah dankecil mungkin sudah pas bunganya sebesar Itu. Untuk segmen mikro, kami bisa saja menurunkan menjadi 15% dan tetap mendapatkan margin laba dari situ, tetapi ada beberapa kendalanya karena kami harus memperhatikan bank dan lembaga keuangan lain," jelas Djarot kepada IFT.

Ia mengungkapkan, beberapa bank yang menyalurkan kredit mikro tidak berani menurunkan bunga karena belum menemukan cara penyaluran kredit yang efektif, sehingga biaya overhead masih tinggi.

Menurutnya, beberapa bank swasta lain, beberapa BPR, Bank Kredit Desa (BKD), lembaga desa, dan koperasi simpan pinjam yang menyalurkan kredit sektor mikro saat ini masih memasang bunga kredit mikro tinggi. Bila BRI menurunkan bunga, ia khawatir bank dan lembaga penyalur kredit tersebut akan mati. Selain itu, beberapa bank dan lembaga keuangan kecil masih membutuhkan dana untuk berinvestasi di infrastruktur, sehingga membutuhkan margin laba lebih tinggi.

BRI memiliki kendala untuk menurunkan overhead cost kredit mikro yang tinggi terutama untuk biaya Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi serta biaya teknologi dan transportasi yang besar. BRJ saat ini menyalurkan kredit mikro dengan plafon rata-rata Rp 20 juta per individu. (*)

Sumber : Indonesia Finance Today
 Myrna Agata Riyanto

Entri Populer