" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Meraup untung lewat patung

Meraup untung lewat patung

01/08/2011
Meraup untung lewat patung

Pemasaran produk menjangkau pasar ekspor

Sebagai pemuda putus sekolah tak heran jika Goris Sianto hanya bisa menjadi sopir truk trayek Kapan Kupang yang dilakoni selama 12 tahun. Penghasilan pas-pasan terasa berat bagi lelaki kelahiran 30 November 1957 itu untuk menghidupi keluarga di Timor Tengah Selatan, NTT.

Sampai akhirnya dia menyadari punya bakal berbisnis hingga mulai banting setir menekuni usaha penjualan parung khas Timor.Seiring dengan perjalanan waktu, Goris pun menapaki kesuksesannya hingga lewat usahanya Timor Art kini mampu memproduksi 200 patung untuk dipasarkan ke banyak negara.

Keputusannya untuk menekuni kerajinan patung bukan semata soal usaha, tetapi juga bentuk kecintaannya terhadap pelestarian karya seni daerah.Kala itu, pada 1986, Coris tengah nyetir di seputar Timor Tengah Selatan dan menemukan patung buatan pemuda daerah setempat yang memikat. "Saya suka melihat patung-patung primitif," tuturnya.

Lima patung lantas dibelinya seharga Rp200.000 per buah bukan untuk koleksi tapi dijual lagi ke Bali, daerah turis mancanegara.Sebagian penghasilan sebagai sopir terus disisihkan sedikit demi sedikit untuk beli tiket pesawat ke Bali guna memasarkan ke lima patung tadi.

Sesampainya di Pulau Dewata, Coris tak sengaja berjumpa turisasal Jerman. "Sang turis sangat tertarik dengan patung yang saya bawa hingga diborong semua seharga Rpl juta per patung."Goris langsung berpikir jauh seraya menggenggam Rp5 juta di tangan dan bertekad serius menekuni berdagang patung asal Timor di Bali.

Sejak itu pula Goris rajin berburu patung di Kabupaten Belu dan Soe di Kabupaten Timur Tengah Selatan untuk dipasarkan ke Bali melalui toko-toko suvenirTak terasa 4 tahun berlalu hingga pada 1990 dia memutuskan untuk membuka galeri sendiri di Kupang. "Saya ingin mengembangkan karya seni ini, juga para perajinnya."

Apalagi, menurut Goris, tak banyak lagi perajin patung khas Timor di daerahnya. Para perajin yang tersisa tersebut yang diajaknya untuk berkarya bersama.Sejak itu pula bengkel dekat rumahnya diramaikan perajin yang mengolah gelondongan kayu merah menjadi patung-patung khas Timor. Goris pun terus mengasah kemampuannya memoles dan mengembangkan model patung sebelum dipajang di galeri Timora Art miliknya.

Patunq etos

Kini bersama 15 perajin berbagai model terus dihasilkan seperti patung etos dan pintu bermotif kepala kerbau dalam berbagai ukuran. Goris mematok harga patung termurah Rp2 juta dan termahal Produk patung danpintu ini tak akanlapuk dimakan zaman. Rp7,5 juta per pasang.

Pemasaran pun meluas ke Jakarta dan mancanegara seperti Jerman, Italia., Taiwan, China, Amerika Serikat, dan Australia. "Orang luar negeri lebih suka patung seperti ini," tutur Goris. Pembeli asing biasanya memesan dalam jumlah cukup besar. Italia biasanya pesan 5-6 kubik patung, sementara Jerman minta tiga kontainer.

Tak cukup mengandalkan pelanggan, Goris pun masih sering mondar-mandir ikut pameran di berbagai negara. Bulan lalu dia ikut pameran di Belanda, Belgia, Prancis, dan Jerman. "Di sana tanggapan pengunjung sangat bagus. Paling laku patung kecil."

Goris pun sibuk di sejumlah pameran seperti di Pekan Produk Kreatif Indonesia 2011 di Jakarta Convention Centre. Dari usaha patung khas Timor ini. dia mengklaim mampu meraup omzet sekitar Rp200 juta setiap bulan."Ini bukan hanya buat saya, tetapi juga untuk orang-orang di daerah saya," katanya.

Karena itu Goris pun bertekad terus menekui bisnis ini karena dia meyakini produk patung dan pintu ini tak akan lapuk dimakan zaman."Sampai anak cucu patung dan pintu yang terkesan primitif ini masih bisa bertahan," tutur Goris sambil tersenyum lebar, (redaksi®bunis.cc.id)


Sumber : Bisnis Indonesia


Entri Populer