" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Sutarno, Petani Jamur Tiram Organik Asal Kota Depok

Sutarno, Petani Jamur Tiram Organik Asal Kota Depok


>>>>>Sutarno, Petani Jamur Tiram Organik Asal Kota Depok

Tertarik karena Modalnya Murah, Perdalam Ilmu ke IPB Kegigihan menjadi petanijamur, berbuah manis bagi Sutarno. Produknya, mulaimerambah banyak pasar di Jabodetabek. Dari hasilpenjualan jamur tiram itu,
Sutarno bisa hidup layak.


BENTUK bangunan tempat budidaya jamur tiram sederhana. Hanya persegi panjang dengan atap berbahan terpal. Tak ada cahaya lampu di ruangan itu. Hanya cahaya matahari yang masuk secara terbatas. Namun banyak celah udara. "Beginilah ruang pertanian jamur tiram. Sedikit gelap. Tapi memang ini persyaratan tumbuhnya jamur," papar petani jamur tiram. Sutarno di pertaniannya di RTS/ 8, Desa Sukamaju, Kecamatan Ci-lodong. Kota Depok.

Jamur-jamur itu, terang dia juga, tumbuh pada media tanam dalam kantung plastik. Didalamnya berisi serbuk gergaji yang dijadikan mediatumbuh jamur. Diameter plasriknya 10 cm dan tinggi 20 cm. Saat INDOPOS memasuki ruangan, terasa cukup hangat. Karena memang suhu untuk tumbuh jamur itu harus dikontrol di bawah 30 derajat celcius.

"Kalau terlalu panas jamur bisa kering, tapi terlalu dingin pun tidak baik. Jadi diusahakan bisa stabil suhunya,1 terangnya. Jika terlalu panas, batang dan kepala jamur menjadi kering. Akibatnya jamur mati dan tak bisa dipanen. Jika terlalu basah kurang baik dan tidak menarik pembeli karena warnanya jelek. Namun, dia sudah punya upaya mcnyiasai persoalan suhu tersebut.

"Biasanya kalau kelembapan mulai turun, saya siram media Umumnya dengan air. Jadi bisa Iebih menekan suhu tersebut," terang pria yang sukses dari budidaya jamur tiram tersebut. Apalagi, jamur tiram Sutarno dikelola secara organik. Jamur ini disukai oleh kalangan masyarakat menengah atas. Jadi jangan heran, harga satu kilogram jamur ini cukup mahal.

Empat tahun sudah Sutarno menjadi petani jamur Tiram. Usaha yang dikelola swadaya itu berjalan dengankepastian. Dalam kurun waktu yang tak lama hasilnya mulai dirasakan. Awalnya membuka usaha jamur ini memang tak mudah. Banyak kendala yang harus dilewati Sutarno. Apalagi menjadi petani jamur baru hal baru baginya. Sebelumnya, dia membuka usaha disektor non pertanian.

"Namanya juga ingin berusaha, ya...belajar. Itu kuncinya," terang Sutarno kepada INDOPOS di area pertanian jamur tiram miliknya itu. Dia mengaku minal menjadi petani jamur itu bukan dari keingin sendiri. Tetapi dari referensi sejumlahteman bisnisnya yang sudah mapan dari usaha itu.

Mereka menilai usaha ini sangat prospektif. Apalagi, terang diajuga, pengelolaan jamur tak begitu sulit atau minim modal.Belum lagi kebutuhan pasar yang sangat banyak dan besar untuk jamur tiram ini. Beberapa kali Sutarno gagal, membuat dia berguru ke seorang peneliti di IPB Institut Pertanian Bogor, Red). "Di kampus itu saya menimba ilmu bagaiman bertanii jamur. Hasilnya seperti yang saat ini dilihat," ungkapnya bangga.

Saat belajar itu, diterangkan dia banyak sekali pengetahuan baru yang dia dapatkan.Mulai dari perawatan jamur secara alami dan perawatan non alami. Namun. Sutarno lebih memilih menjadi petani jamur organik. Dengan mengambil bahan baku secara alami dan dikelola secara alami puh. Karena harga jamur tiram organik juga lebih mahal. Misalnya bubuk kayu yang diambil harus disteriliasi dengan cara dimasak. Tidak menggunakan berbagai obat kimia.

"Saya kukus media tanam itu selama 8 jam. Dengan cara itu bakteri dan kuman yang terbawa dalam serbuk kayu mati," cetusnya juga. Kebutuhan pasar terhadap jamur meningkat. Di pasar tradisional harganya Rp 12 ribu perki-logram. Sedangkan restoran Rp 17 ribu perkilogramnya. Rata-rata, dalam sebulan Sutarno mampu menghasilkan jamur tiram paling sedikit 1 ton. Bisa dibayangkan berapa rupiah yang dia dapat. Apalagi, saat ini pasar jamur tiram masih terbuka dan belum bisa dipenuhi petani. Anda tertarik? (*)


Sumber : Indo Pos
RIKO NOVIANTORO, Depok


Entri Populer