" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis Penyewaan Film

Bisnis Penyewaan Film


>>>Bisnis Penyewaan VCD dan DVD Film Semakin Tergusur

Bisnis penyewaan film, khususnya DVD maupun VCD makin tak bergairah. Masih maraknya penjual film bajakan dan banyak alternatif hiburan ikut mempercepat kemunduran bisnis ini. DULU, rental atau penyewaan film, khususnya DVD atau VCD bisa menjadi salah satu usaha yang cukup menjanjikan. Namun, dua tahun terakhir, bisnis ini seakan mengalami antiklimaks. Para pelaku bisnis ini mengaku mengalami penurunan omzet hingga 20%.

Salah satunya, Ultradisc. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 1998 ini mengungkapkan, omzetnya terus merosot sejak tahun 2009. "Peminjam film turun 10%-; 20%," kata Nurmatullah, Staff Development Ultradisc

Kian menjamurnya penjualan VCD maupun DVD bajakan ditengarai sebagai penyebab kemunduran bisnis rental ini. "Selain itu, banyaknya altematif hiburan di pusat perbelanjaan seperti mal, serta banyaknya warnet, juga menjadi salah satupenyebab penurunan omzet," kata Nurmatullah.

Tampaknya, tak beredarnya film-film impor di bioskop-bioskop Tanah Air, juga tak berpengaruh pada usaha penyewaan film ini. Buktinya, kata Nurmatullah, tak ada peningkatan jumlah member ataupun peminjaman keping VCD atau DVD di gerainya.

Ia mencatat, masa keemasan bisnis rental film di Ultradisc terjadi pada tahun 2005 hingga 2008. Kini, dari sekitar 1.000 anggota yang tercatat, jumlah anggota aktif hanya berkisar 30%40%. Sebagai cacatan, sampai saat ini, Ultradisc masih membuka 150 outlet. Ratusan gerai ini tersebar di berbagai daerah, seperti Jawa, Sumatera dan Kalimantan. "Di daerah Jakarta saja Ultradisc memiliki sekitar 20 outlet," terang Nurmatullah.

Saat ini, usaha yang membidik pasar dari kalangan muda sekitar 55%-60% ini, hanya kedatangan 20 hingga 50 member dalam sehari. Adapun, biaya penyewaan untuk tiap keping VCD maupun DVD di Ultradisc tergolong murah, yakni berkisar antara Rp 3.000 hingga Rp 4.000. "Perbedaan tarif penyewaan tersebut berdasarkan pada tahun rilis dari setiap film," tutur Nurmatullah.

Walau mengalami penurunan, perusahaannya tetap optimistis bisnis ini akantetap bertahan. Pasalnya, bagi sebagian orang, menonton film merupakan altematif hiburan sebagai mengisi waktu luang atau hari libur.
Walaupun sedikit terpaut harga yang lebih tinggi, pasti masih banyak pecinta film yang lebih memilih VCD maupun DVD original dibandingkan yang bajakan. Selain kualitas yang dijamin bagus, VCD maupun DVD original ini tidak merusak pemutar VCD atau DVD.

Kondisi yang stagnan atau ketiadaan pertumbuhan jumlah penyewa VCD maupun DVD juga dialami pebisnis rental film di daerah. Anggita, Staf Penyewaan Lestat Online di Semarang, Jawa Tengah, mengatakan, jumlah penyewaan selama ini belum bertambah.

Penyewaan VCD dan DVD juga selektif, lebih banyak memilih film terbaru. "Yang ramai hanya film yang populer," ujarnya Oleh karena itu, perlu kejelian pengelola bisnis ini membaca selera pasar penyewa VCD dan DVD.

Untuk menyiasati beban gerai yang meningkat, Ultradisc berniat untuk meminimalkan luas ruangan. Mereka berniat menggunakan monitor layar sentuh yang menggantikan rak-rak pajangan saat ini. "Cara ini supaya lebih praktis dan tak makan banyak tempat," ujar Nurmatullah.


Sumber : Harian Kontan
Handoyo, Dharmesta

Entri Populer