" Status YM ""
ukm indonesia sukses: UKM di Tengah Globalisasi

UKM di Tengah Globalisasi


>>>>>>>UKM di Tengah Globalisasi

Banyak orang awam bertanya-tanya mengapa reformasi sepertinya tidak menyentuh dan mengubah peruntungan kelompok usaha kecil-menengah (UKM), tempat jutaan manusia Indonesia berjibaku tiap hari mengais rezeki? Bukankah sudah sering digembar-gemborkan bahwa UKM itu sebagai pilar ekonomi bangsa yang, tanpa itu semua, barangkali kita tak berhak menyebut ekonomi di negeri ini sebagai ekonomi nasional?

Mungkin ada sementara orang yang dengan geram berkata bahwa reformasi yang menjatuhkan Orde Baru tempo hari dimulai oleh para mahasiswa hanya berhasil menurunkan Soeharto. Selebihnya, lan-skap ekonomi dan politik masih berupa business as usual, alias tak ada yang berubah. Reformasi politik dan ekonomi ter-nyata tidak sepenuhnya berjalan mulus di atas rel ideologi kerakyatan yang representasi-nya di bidang ekonomi sering diwujudkan dalam bentuk UKMitu.

Zona Bebas Usaha Asing

Konkretnya, penguasa-pe-nguasa pasca Orba.dan Jakarta hingga daerah-daerah seiring dengan kuatnya arus globalisasi dan liberalisasi ekonomi dan perdagangan, telah terjebak atau malah dengan sengaja menjebloskan diri ke dalam langgani kapitalisme pasar. Mereka telah tersabot oleh ingar-bingar neoliberalisme- ideologi yang memberikan ruang terlalu sedikit pada negara.

Dengan itu, para pejabat publik, pembuat kebijakan ekonomi, dan para politisi pun lebih peduli pada kebutuhan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi dengan me-liberalisasikan ekonomi nasional. Caranya dengan membuka lebar-lebar pasar domestik bagi modal asing. Akibatnya, segera terasa yaitu tidak ada lagi "zona bebas usaha asing" di Indonesia.

Sejak awal 1990-an di kota-kota besar dan menengah Indo-nesia bermunculanpusat-pusat bisnis baru. Kemudahan proses pendirian sebuah mal, pusat bisnis baru, atau sebuah gerai waralaba asing terlihat di dalam regulasi kebijakan. Rambu yang diberikan regulasi itu sederhana, yakni harus berjarak sekian kilometer dari1 pasar-pasar tradisional, tempat sebagian aktor UKM biasa mangkal. Padahal, dampak sosio-ekonomi aktivitas ekonomi-bisnissepertiitujelastidakbisa diukur berdasarkan jarak karena ia mampu melebar ke mana-mana tanpa batas-batas teritorial yang dipatok pemerintah. Dari sinilah sesungguhnya awal dimulainya tragedi ekonomi kerakyatan.ma tinya UKM di Indonesia.

Potret Buram

Sekalipun terus terpinggirkan, gambaran kuantitatif keberadaan UKM, termasuk yang di sektor informal, sungguh fantastis. Kendari kontribusinya dalam PDRB (output nasional) hanya sekitar 56% dan dalam ekspor nonmigas bahkan cuma 15%, kontribusinya dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia sungguh luar biasa, yakni 99,6%. Hal ini mungkin karena ada lebih dari 50 juta unit UKM,dalam beragam jenis usaha. Dari situ orang mungkin akan menjuluki negeri ini sebagai surga UKM.

Tapi, secara kualitatif, gambaran itu segera terjung-kir, menjadi sebuah potret buram. Sejak krisis ekonomi yang melanda dunia beberapa waktu lalu, banyak UKM yang kolaps dan hingga kini tak mampu bangkit lagi untuk mengembangkan usahanya. Bagi yang masih eksis pun, hanya sebagian kecil yang mampu mengatrol perun tungannya, sebagian lainnya menggunakan strategi bertahan secara tradisional. Sebagai contoh, bagi penjual kue tradisional atau warung penjual makanan, misalnya paling banter mereka berupaya mengurangi porsi atau ukurannya,tanpa berani menaikkan harga jual. Serbuan produk-produk asing, semisal dari China berupa alas kaki, sepatu, garmen, dan buah-buahan memperparah situasi tersebut.

Persaingan Asimetris

Jelas sudah nasib UKM di negeri ini sungguh tragis. Boleh dibilang nasib mereka itu tidak pernah berubah sejak Indonesia merdeka hingga kini. Dalam angin globalisasi dan liberalisasi alias pasar bebas yang dilegalkan negara lewat undang-undang penanaman modal, mereka dibiarkan bersaing apa adanya. Mereka berhadap-hadapan secara langsung dengan aktor-aktor bisnis domestik kelas kakap dan aktor-aktor bisnis internasional yang jelas lebih berpengalaman, berorganisasi lebih rapi, didukung oleh teknologi tenaga ahli mumpuni, dan bermodal besar.

Ini masih belum terhitung dukungan politik, baik secara diam-diam atau terang-terangan dari para pembuat kebijakan. Mereka lebih ramah pada kelompok usaha kakap tersebut lantaran semua fasilitas negara, semisal kredi t perbankan dan jaminan keamanan dalam berusaha mudah mengalir ke usaha-usaha besar tersebut. Dalam arena persaingan ekonomi asimetris seperti itu, mudahdiduga, UKM akan kalah telak, bahkan sebelum peluit tanda bertanding ditiup.

Jika dicermati, dari sisi kebijakan, UKM itu tidak pernah betul-betul dibantu oleh pemerintah mana pun yang berkuasa di Indonesia. Problematika ekonomi-politik UKM lantas direduksi menjadi sekadar persoalan teknis. Dalam khasanah jargon pembangunan ekonomi pemerintah, persoalan UKM itu lantas sekadar menjadi urusan dinas terkait. Seolah nasib UKM itu akan dengan sendirinya membaik jika segi-segi teknis manajemennya dibenahi, entah lewat pelatihan atau penataran kewirausahaan. Tidak pernah terpikir bagaimana kebijakan itu , .. dapat masuk ke jantung persoalan, menghujam ke akar-akar permasalahan ekonomi-politik yang selama ini membelit UKM. Selain bantuan permodalan dan alat produksi memadai, mereka juga lebih butuh dukungan politik yang kuat beoipa keberpihakan pemerintah. Keberpihakan im misalnya bisa diwujudkan dalam kebijakan pembebasan pajak dan proteksi.

Tapi, itulah soalnya. Para teknokrat kita yang ikut mendesain strategi kebijakan pembangunan ekonomi, umumnya tidak kritis. Secara membabi-buta mereka mengadopsi resep-resep solusi ekonomi yang pernah dianjurkan oleh IMF dan World Bank yang bersandar pada logika kapitalisme pasar dan konsensus Washington beberapa waktu lalu. Solusi pragmatis ala IMF dan World Bank itu di mana-mana selalu seragam privatisasi secara besar-besaran dan liberal-isasiekonominasionaL Solusi seperti itu jelas akan berfungsi sebagai hamparan karpet merah menyambut hadirnyapara aktor bisnis pemilik modal asing di negeri ini,tentusajaatas penderitaan aktor-aktor UKM.

Sumber : Seputar Indonesia


Entri Populer