" Status YM ""
ukm indonesia sukses: SMK, UKM, dan mata rantai kewirausahaan

SMK, UKM, dan mata rantai kewirausahaan



>>>>>>> mata rantai kewirausahaan

Pada pertengahan tahun lalu, nama SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) tiba-tiba melambung dan mencuri perhatian publik setelah siswa sekolah tersebut mampu merakit prototipe kendaraan bermotor roda empat (mobil). Proses perakitan kendaraan jenis pikap dan SUV (sport utility vehicle) yang diberi merek Esemka itu dikerjakan oleh 12 SMK jurusan otomotif, antara lain SMKN 1 Singosari, Malang, Jawa Timur, SMK Warga Surakarta, Jawa Tengah, SMKN 5 Surakarta, dan SMK Muhammadiyah 2 Borobudur Magelang, Jawa Tengah. Mereka mendapat bimbingan penuh dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dengan dukungan teknis dari PT Autocar Industri Komponen.

Bagi Kemendiknas, kerja sama kemitraan antara SMK dan kalangan industri merupakan terobosan menyesuaikan kurikulum pendidikan dengan perkembangan dunia industri.Menurut Sekretaris Ditjen Pendidikan Menengah Kemendiknas Mustakfirin, dengan sinkronisasi tersebut, para siswa SMK diharapkan sudah memiliki kesiapan dalam memasuki lapangan pekerjaan setelah lulus sekolah sesuai dengan kompetensi mereka masing-masing.

Program kemitraan melalui pola magang pun diubah. Jika sebelumnya para siswa melakukan magang di berbagai perusahaan, kini pihak perusahaan yang mendatangi sekolah, dan memberikan bimbingan teknis sekaligus menyediakan peralatan praktikum.

"Pola ini lebih efektif karena aspek yang jadi bahan praktik siswa senantiasa bisa [er-updote sesuai dengan perkembangan teknologi industri," ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.Selain itu, pola kemitraan seperti ini diyakini bisa mengatasi keterbatasan anggaran SMK.

Kemampuan siswa SMK merakit mobil menjadi bukti konkret keberhasilan pola kemitraan model baru ini. Artinya, dengan anggaran yang terbatas para siswa bisa meningkatkan keterampilan dankompetensinya.

Dengan memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan industri, lanjut Mustakfirin, tidak tertutup kemungkinan kalangan industri menyerahkan order pengerjaan, produk kepada SMK.

"Namun, harus diingat ini "bukan komersialisasi pendidikan. Kemendiknas tetap komit di jalur yang telah ditetapkan pemerintah, yaitu mengembangkan aspek pendidikan untuk mencerdaskan bangsa."Lagi pula, tidak ada salahnya jika siswa SMK merakit mobil atau komputer yang nantinya dipakai sendiri oleh kalangan lembaga pendidikan, ketimbang membeli dalam bentuk utuh. "Merakit komponen menjadi barang jadi tentu lebih efisien daripada membeli produk jadinya."

Pola kemitraan di lingkungan SMK memang tidak sebatas di bidang otomotif, tetapi akan diperluas ke berbagai bidang lainnya seperti elektronik dan teknologi informasi.

Beberapa waktu terakhir terbetik kabar bahwa Kemendiknas tengah menjajaki ke-mungkinan adanya kerja sama antara SMK dan PT Spectrum Mandiri dalam merakit produk projector dan netbook.

Ciptakan kemandirian

Presdir PT Autocar Industri Komponen Ricky Tampinongkol mengatakan pola kemitraan antara SMK dan industri tidak hanya dapat meningkatkan kompetensi siswa, tetapi juga bisa menciptakan kemandirian dan semangat kewirausahaan lembaga pendidikan tersebut.

Untuk itu, Autocar tidak ingin berjalan sendiri, "Kami ingin semua terlibat dan menciptakan sebuah mata rantai yang saling terkait satu dengan lainnya," ujarnya.Mata rantai dimaksud meliputi pihak lembaga pendidikan, kalangan industri dan usaha, kecil dan menengah (UKM), bank, pasar, dan pemerintah.

Menurut dia, SMK akan menjadi kawah pembelajaran dan pelatihan untuk menghasilkan tenaga profesional, sementara pihakperusahaan (skala besar hingga UMKM) menyediakan tenaga ahli, sarana dan prasarana manufaktur, jaringan pemasaran, serta memastikan ketersediaan kesempatan kerja bagi lulusan SMK.
UKM harus mendapatkan prioritas, khususnya dalam memasok kebutuhan komponen bagi pengembangan produk.

Adapun, perbankan/institusi keuangan menyediakan fasilitas pendanaan untuk menunjang program kemandirian SMK dan UMKM sebagai mitra industri.Adapun untuk aspek pasar, diharapkan kalangan SMK dan lembaga pendidikan jadi pasar fundamental, yang selanjutnya diperluas ke masyarakat umum,

Pada akhirnya, program ini akan berjalan jika pemerintah menerap)an kebijakan yang dapat mengakselerasi program mata rantai SMK secara berkesinambungan sehingga bermanfaat bagi masyarakat khususnya generasi muda.

"Jika ini berjalan dengan baik, lulusan SMK bisa menjadi tenaga yang andal sesuai dengan kompetensinya, sekaligus mengubahparadigma yang ada selama ini, yaitu dari siswa lulusan SMK sebagai tenaga kerja siap pakai menjadi tenaga kerja terpakai," tutur Ricky.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya dari pola kemitraan ini adalah membantu pemerintah dalam mengatasi masalah ketenagakerjaan, menggerakkan sektor ekonomi lokal sehingga dapat memperkecil kesenjangan sosial di daerah, serta meningkatkan kualitas dan kuantitas UMKM.

Kesenjangan antara program pendidikan dan kebutuhan industri akan lulusan sekolah yang siap pakai memang menjadi masalah klasik yang tidak pernah kunjung usai.Sudah saatnya pemerintah menghapus kesenjangan ini dan mencari solusi terbaik guna mengatasi masalah ini.

Pola kemitraan dan konsep mata rantai yang digagas Kemendiknas dan kalangan industri seperti di atas tampaknya bisa jadi proyek percontohan yang dapat diterapkan pada lembaga pendidikan lainnya, mulai dari jenjang sekolah menengah hingga perguruan tinggi.

Sumber:Bisnis Indonesia

 INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/


Entri Populer