" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Kini, Entrepeneur adalah Sebuah Keniscayaan

Kini, Entrepeneur adalah Sebuah Keniscayaan

>>>>>>Kini, Entrepeneur adalah Sebuah Keniscayaan

Semasa kecil, sebagian besar kita pasti kerap ditanyakan, "Kalau besar ingin menjadi apa? Dokter,Insinyur,atauPresiden?".Tentu jarang diantara kita yang ditanyakan, "Ingin menjadi pengusaha apa kelak?". Celakanya, pertanyaan tersebut tidak hanya dilontarkan oleh orang tua tetapi orang sekitar, bahkan guru-guru di sekolah. 

Dan, ternyata secara tidak sadar pertanyaan ini akan menggerus jiwa entrepreneur atau kewirausahaan kita bahkan sejak masih bali ta.akui umat islam tidak banyak tahu dan tidak menauladani bagaima­na Muhammad ketika muda (40 tahun). Pada usia 17 tahun, Muhammad sudah melakukan perniagaan bahkan ia sudah mandiri. Penjagaannya di lakukan dari pasar ke pasar di wilayah seperti Yaman, Syiria, Habasyah, Jorasy, Tahamah, Sofa, Bahrain, Madinah dan seantero jasirah arab lainnya.

Hasilnya,kekayaanMuhammad saat itu sangat berlebih. Bahkan di­katakan ketika Muhammad usia 25 tahun, iamelamarKhadijahdengan 20 ekor unta muda. Dan, unta ter­sebut jika dinilai dengan uang per ekor 20 juta. Sehingga mahar Muhammad jika dirupiahkan se­kitar 400 juta rupiah. Luar biasa!

Sejarah yang disampaikan ini tentu sangat memotivasi. Maka dengan seminar ini, diharapkan entrepreneur akan menjadi tum­buh bahkan menjadi budaya di Indonesia. Sementara itu seminar ini dihadiri oleh sekitar 200. Me­reka terdiri dari guru-guru, dosen-dosen dan siswa-siswi SMA dansederajat.

Para peserta tampak antusias mengikuti seminar. Salah satunya adalah guru dari SMAN27 Jakarta, Drs. Lina Kusumaastuti. Menurut Lina, ia sangat tergugah untuk menjadi entrepreneur setelah mengikuti acara ini. "Saya se­karang "sedang berfikir, peluang usaha apa yang bisa saya kerjakan, " tukasnya. Karena saya berfikir bahwa sebenarnya banyakhalyang bisa dikerjakan mejadi usaha se-lainmengganrungkandirimenjadi PNS.Menurutnyaselainmendapat tambahan pendapatan, usaha ter­sebut dapat menjadi gantungan untuk masa pensiun.

Selain sebagai ancang-ancang dirinya menjadi pengusaha, Guru Geografi ini juga tengah mem­persiapkan ilmu entrepreneur ini ditularkan pada anak didiknya. "Mungkin dalam waktu dekat ini, saya akan segera menyampaikan pada kepala sekolah bagaimana caranya jiwa enterepeneur ini di­kembangkan di sekolah," ungkap Lia dengan mantap.latikuntariyinfolirektur Bina Sarana Infor­matika (BSI), Naba Aji Notqseputro, menegaskan inilah sebab utama, mengapa jum­lah entrepreneur Indonesia sangat minim dibanding dangan negara lain. Naba menuturkan paradigma yang kurang tepat tersebut tidak dapat dilepaskan dari historis bangsa Indonesia yang terus me­nerus dijajah oleh bangsa asing. "Bangsa kita sejak ratusan tahun yang lalu memang dibentuk men-talnya Tianya untuk menjadlpe-kerja.Bukan pengusaha," terang Naba dalam Seminar Nasional En-trepreneurship pada Sabtu, (19/2) lalu di Hotel Acacia Jakarta.

Naba menegaskan minimnya jumlah entrepreneur menyebab­kan kondisi bangsa Indonesia sam­pai sekarang masih miskin. "Pada­hal dari segi sumber daya alam kita sangat kaya. Namun karena dari segi SDM yang mengolah kurang maka SDA tersebut tidak dapat di­nikmati dengan maksimal, "ung­kapnya.

Padahal sesuai dengan pen­dapat para ekonom, Naba meng­ingatkan bahwa negara kuat ada­lah negara yang telah memiliki se­tidaknya 2% entrepreneur dari seluruh jumlah penduduk. Se­dangkan menurut data terakhir, jumlah entrepreneur di Indonesia baru sekitar 0,18 persen dari selu­ruh jumlah penduduk. Praktis ini masih sangat jauh dari standar mi­nimal dua persen dari jumlah pen-dudukdanjuga jauh dibandingkan dengan negara lain. Tercatat jumlah entrepreneur di Amerika adalah 11% dari jum­lah penduduk, jumlah entrepreu-ner di Singapura mencapai 7 % dari jumlah penduduk. Dan, terbukti, negara yang memiliki entrepre­neur tinggi, akan tumbuh menjadi negara yang kuat.

Dan, pertanyaan selanjutnya adalah apakah Indonesia sudahterlambat untuk memulainya? "Belum," tegas Naba. Menurut Na­ba, masih ada kesempatan untuk menumbuhkan entrepreneur di Indonesia. "Dengan catatan ada beberapa hal yang harus diper­hatikan," ungkapnya. Diantaranya mengubah kultur masyarakat, dengan cara menanamkan jiwa entrepreneur sejak kecil. "Maka­nya dalam seminar entrepreneur kali ini, kita melibatkan guru, do­sen dan siswa. Harapannya,mereka akan menjadi agen menanamkan jiwa entrepreneur bagi murid ataupun mahasiswanya/ ungkap Naba.

Di samping itu, menurut Naba, Pemerintah juga harus memberi­kan ruang yang cukup untuk me­numbuhkan entrepreneur di Indo­nesia. Caranya adalah dengan mengambil kebijakan yang ber­pihak pada UKM. Ia menilai sam­pai saat ini, keberpihakan peme­rintah terhadap tumbuhnya entre­preneur Indonesia masih kurang. "Saya melihat masih banyak ke­bijakan yang kurang memihak. Contohnya banyak pasar tradi­sional yangdigusur, izin usaha yang masih sulit dan lain-lain," terang­nya.

Entrepreneurship Ajaran Rasulullah

Sementara itu, seminar yang yang bertema "Muda Jadi Peng-usahajua Kaya Raya, Mati Masuk Surga " tersebut dihadiri oleh se­jumlah pembicara. Diantaranya adalah Valentino Dinsi. Ia adalah guru entrepreneur Indonesia yang sekaligus penulis Buku Best Seller "Jangan Mau Seumur Hidup Jadi Orang Gajian. Pembicara lain ada­lah Marius Widyarto atau yang le­bih akrab dipanggil Mas Wiwied OwnerT-ShirtC59dan KH.Drs.Ali Sibromalisi,MA.

Dalam kesempatan tersebut Valentino Dinsi menyatakan tanpa ada satu alasan seseorang untuk tidak menjadi pengusaha. Karena suatu saal seseorang akan meng­alami kehilangan pekerjaan. "Satu hal yang saya jamin, suatu saat Anda pasti kehilangan pekerjaan apakah karena pensiun, dipecat atau perusahaan tempat Anda be­kerja bangkrut," ungkapnya.

Ia juga menyatakan, entrepre­neurship bisa dipelajari pada masa Kerasulan, khususnya pada masa usia Nabi 12-37 tahun. Hal senada juga dikatakan oleh Ali Sibromalisi, bahwa Nabi Muhammad SAW sesungguhnya adalah seoranfi salesman. 


 INFO PASAR SENI LUKIS INDONESIA:http://artkreatif.net/ 

Entri Populer