" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Budidaya jamur Dicirebon menembus Jerman dan eropa

Budidaya jamur Dicirebon menembus Jerman dan eropa

BUDI daya jamur merang (volvariella volvacea) merupakan bisnis yang berisiko kecil dan cukup menjanjikan. Meskipun cuaca tak menentu, jamur tetap tumbuh subur. Itu berarti jamur bisa diproduksi setiap saat, tanpa bergantung dengan cuaca. Saat kemarau, produksi tetap jalan. Pada musim hujan, bahkan produksinya bisa lebih murah, karena dukungan cuaca yang relatif lembab.

Seorang tokoh muda di Desa Kegiren Kecamatan Depok Kabupaten Cirebon, Suhendi Azhari, merintis budi daya jamur itu di Cirebon. Dari semula satu kumbung (rumah jamur), kini telah berkembang menjadi lima puluh kumbung. Usaha itu dikembangkan di atas lahan seluas dua hektare di Blok Gardu, desa setempat.

"Target saya lima ratus kumbung. Sisa lahan yang ada, cukup bila nanti dikembangkan hingga lima ratus kumbung," ujar Suhendi, yang juga anggota DPRD Kabupaten Cirebon itu.Modal untuk usaha jamur yang dikeluarkan pun relatif kecil. Untuk satu rumah jamur hanya butuh modal Rp 1,1 juta. Uang itu digunakan untuk membangun kumbung dan membeli bahan baku, tergolong murah dan mudah didapat di daerah yang juga merupakan salah satu sentra pertanian Jawa Barat itu.

Bahan baku jamur itu murni berbasis tanaman padi. Jerami merupakan batang padi, lalu dedak dari gabah yang digiling dan menir merupakan butiran beras yang tidak terpakai. Sementara kapuk sifatnya hanya alternatif jika tidak ada jerami."Komposisinya, 1,2 ton jerami, delapan karung dedak, dan 10 kg menir. Jadi, l kumbung itu 1,7 ton media tanam-nya," kata Suhendi.

Satu kumbung bisa menghasilkan dua sampai empat kuintal jamur. Hasil itu mendatangkan keuntungan bersih sebesar Rp 700.000 per kumbung. Itu sudah di luar biaya produksi.Tidak adarisikonya, budi daya jamur adalah usaha yang ramah lingkungan. Limbahnya bisa menjadi pupuk organik mumi. Sangat baik untuk segala macam tanaman, apalagi padi. "limbah jamur saya sudah diminta Pabrik Pupuk Kujang. Jadi, semuanya benar-benar bermanfaat," katanya.

UPAYA Suhendi mengalihkan budi daya jamur dari home industry ke industri pabrikan juga sangat membantu masyarakat sekitar. Setidaknya, ini menjadi lapangan pekerjaan bagi warga sekitar. Dengan 50 kumbung ia mampu mempekerjakan 35 masyarakat sekitar. Itu berarti, jika Suhendi mampu membuat 500 kumbung, maka pekerja yang terserap bisa mencapai 350 orang.

"Semuanya diatur secara terorganisasi. Mereka yang bekerja di ditempatkan per bagian. Mulai bagian pembibitan, pengomposan, pembakaran, dan pemetikan," katanya.Usaha jamur Suhendi bersifat padat karya. Menyerap tenaga kerja manusia karena seluruh pekerjaan, dari awal hingga akhir, murni menggunakan tenaga manusia.Kalau menggunakan mesin, tentu menjadi padat modal. Ini akan mengurangi tenaga kerja. Menurut dia, itu kurang bermanfaat bagi masyarakat. "Saya tidak hanya berorientasi untung, tetapi juga sosial. Kalau mau untung besar, cukup dengan membeli mesin. Akan tetapi, karena ada misi sosial, saya biarkan usaha ini nonmesin. Semua dikerjakan manusia," katanya.

LANTAS bagaimana dengan pemasarannya. Suhendi yang sudah mengembangkan budi daya jamur selama satu tahun itu, mengaku kewalahan. Permintaan jamur setiap saat banyak dan terus meningkat.
Padahal, sejauh ini pemasaran baru di tingkat pasar tradisional dan sejumlah restoran. Untuk kebutuhan di Cirebon sajamasih kurang. Oleh karena itu, dia belum bisa memenuhi permintaan luar. Meskipun begitu, kalau sudah lima ratus kumbvng, mungkin permintaan dari luar Cirebon bisa dipenuhi.

Kebutuhan jamur di Cirebon, ujar Suhendi, mencapai 2,2 ton per hari. Saat ini dari ladang Suhendi, baru mampu memasok 4 hingga 5 kuintal per hari. Kekurangannya selama ini dipasok dari Karawang. "Soal pasar, selama ini terjamin. Tidak ada persoalan. Malah saya kewalahan," ujarnya.

Oleh karena itu, jika mampu membangun lima ratus kumbung, produksi yang dihasilkan bisa mencapai lima ton jamur per hari. Tentu tidak hanya kebutuhan lokal saja yang terpenuhi, pasar jamur pun bisa merambah ke luar daerah atau bahkan luar negeri.

"Jamur saya sudah diminta pengusaha asal Jerman. Mereka sudah survei. Mereka juga membawa sampel jamur ke Jerman untuk diteliti. Hasilnya, jamur merang saya sudah mendapat sertifikasi baik dari Jerman," katanya.

Karena kualitas baik, pengusaha asal Jerman itu pun menawarkan kerja sama. Mereka akan memberikan bantuan modal, yang nilai nya sangat fantastis. Tak tanggung-tanggung mencapai angka Rp 35 miliar.Pembayarannya bukan dengan uang, melainkan dengan jamur. Ini berarti jamur merang dari Cirebon tak hanya bakal menembus pasar Jerman, tetapi juga Eropa secaraumum."Ini peluang dan tantangan. Dengan uang itu, saya harus konsekuen bisa mengirim jamur ke Jerman minimal 5 ton per hari," katanya lagi.

info pasar lukisan dan industri kreatif.http://artkreatif.net/

Entri Populer