" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Revitalisasi IKM Masih Perlu Sentuhan Pemerintah

Revitalisasi IKM Masih Perlu Sentuhan Pemerintah

industri kecil dan menengah di Indonesia selama I masih banyak menemui sejumlah kendala, sehingga memaksa pemerintah turun tangan membantu. Kesulitan dana, pemasaran, tidak tersedianya bahan baku, hingga ketidakmampuan berionovasi merupakan kendala yang selama ini terus dihadapi industri kecil menengah (IKM).

Industri kecil cor aluminium di Kota Yogyakarta, misalnya, selalu menghadapi kendala dalam inovasi produk karena teknologi yang digunakan masih sederhana. "Minimnya inovasi produk yang dihasilkan industri kecil menengah ini berpengaruh pada menurunnya nilai tambah atas barang produksi yang dihasilkan," kata Ketua Asosiasi Pengecor Aluminium Kota Yogyakarta (Aspe-yo) Bambang Cahyono.

Menurut dia, beberapa produk yang menjadi andalan perajin cor logam di Kota Yogyakarta masih tetap berkutat pada alat rumah tangga, komponen sepeda seperti velg, serta sejumlah barang kerajinan lainnya.Belum lagi dengan adanya kebijakan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (ACFTA), menurut dia, akan membuat perajin kecil menjadi semakin terdesak. "Apabila tidak ada tindak lanjut dalam penguasaan teknologi, serta bantuan dari pemerintah maka bisa saja industri aluminium di Yogyakarta akan mati," katanya.

Bambang menyatakan, jumlah perajin aluminium yang berada di Kota Yogyakarta adalah sebanyak 90 perajin dengan penyerapan bahan baku sebesar delapan ton per hari. "Penyerapan itu sudah termasuk penyerapan bahan baku untuk perajin dari Bantul, tetapi jumlahnya tidak terlalubesar," katanya.Saat ini, harga bahan baku aluminium adalah Rp 18.000 per kilogram."Tapi penyerapan bahan baku belum tentu akan meningkatkan nilai tambah yang diperoleh. Bisa saja, penyerapan bahan baku turun, tetapi karena perajin melakukan inovasi dengan baik, maka nilai tambahnya justru semakin tinggi. Ini yang kami harapkan," katanya.

Di Kota Yogyakarta, puncak masa kejayaan industri pengecoran logam khususnya aluminium adalah pada 1980-an hingga 1990-an dengan jumlah perajin mencapai sekitar 170 orang. "Tetapi, kondisi mulai berubah sejak 1995, saat pesanan dirasakan mulai berkurang," katanya.Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Logam Kota Yogyakarta Whisynu Soendaru menyatakan pihaknya bersedia memberikan bantuan kepada para IKM untuk bisa bersaing di pasar ekspor.Fungsi UPT yang terletak di Nitikan Kecamatan Umbulharjo Yogyakarta itu adalah memberikan pelayanan dan informasi kepada IKM logam. "Kami membantu proses produksi bagi perajin logam dengan memberikan pelatihan pengecoran, las dan pemurnian bahan baku.

Selain itu, kami memberikan layanan pembuatan cetakan barang produksi untuk perajin," katanya.Ia menyatakan, peralatan pendukung yang tersedia di UPT Logam tersebut sudah mencukupi dan mampu memenuhi kebutuhan perajin logam di Kota Yogyakarta.

Revitalisasi IKM
Dirjen IKM Kementrian Perindustrian Fauzi Aziz mengatakan salah satu program kerja direk-toratnya adalah merevitalisasi dan penumbuhan IKM, agar menjadi bagian dari sistem indus-tri dan bagian unit bisnis dapat bekerja secara efisien dengan tingkat produktivitas yang tinggi.Selain itu agar mampu menghasilkan produk yang berkualitas dan berstandard, harga yang bersaing, pengiriman barang yang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat mutu. "Revitalisasi dan penumbuhan IKM juga harus dapat menciptakan nilai tambah, baik secara sosial dan ekonomi yang ditandai dengan meningkatnya daya saing, makin meluasnya pasar, serta meningkatnya kepuasan pelanggan," kata Fauzi.

Menurut dia, revitalisasi dan pertumbuhan IKM berbasis kewirausahaan pada hakekatnya merupakan segala daya upaya menciptakan nilai, proses memulai, atau proses pertumbuhan bisnis yang diharapkan mendatangkan keuntungan baru, proses penyediaan produk atau jasa baru, termasuk menciptakan nilai organisasi.Untuk merevitalisasi dan menumbuhkan IKM berbasis kewirausahaan tersebut, dalam pandangannya, pelaku bisnis IKM harus memiliki daya kewirausahaan tinggi dengan orientasi pada nilai-nilai kebaruan, inovatif, dinamis, kreatif, resiko dan fleksibel.

Fauzi mengatakan, kedepan program revitalisasi dan penumbuhan IKM harus berkaitan erat dengan sejumlah aspek pengembangan kewirausahaan, yang isu pokoknya antara lain mencakup teknologi dan inovasi, akses permodalan, katalisator bagi wirausaha muda, pendidikan dan pelatihan, budaya kewirausahaan, dan peluang bisnis. "Untuk merealisasikan hal tersebu pelaku bisnis IKM harus memiliki dayakewirausahaan yang tinggi dengan orientasi pada nilai-nilai kebaruan, inovatif, dinamis, kreatif, berani ambil resiko, dan fleksibel, serta selalu menekankan pada aspek pertumbuhan, dan selalu mengejar kesempatan untuk mencapai pertumbuhan," katanya

Langkah intervensi akan disusun oleh pemerintah untukmenstimulasi pelaksanaan program revitalisasi dan penumbuhan IKM yang antara lain mencakup inovasi produk, proses produksi, sistem manajemen dan tata kelola usaha, kewirausahaan, dan teknik pemasaran.Prioritas program revitalisasi dan penumbuhan IKM dilakukan melalui revitalisasi produk unggulan dan klaster IKM, untuk meningkatkan nilai tambah di sentra-sentra produksi yang sudah ada, tetapi bersifat selektif.

Selain itu menumbuhkem-bangkan pusat-pusat pertumbuhan IKM di sentra-sentra baru, sesuai Rencana Umum Tata Ruang. Perlu juga menciptakan produk khas daerah yang unggul berbasis sumber daya lokal, dengan pendekatan "Satu Desa, Satu Produk"IKM juga perlu lebih ditingkatkan lagi peranannya untuk lebih berani menembus pasar ekspor, selain memperkuat inovasi, teknologi, akses teknologi, dan menjalin kemitraan industri dengan sektor bisnis. "Nantinya akan ada tenaga khusus yang menjadi fasilitator, guna mendekatkan peran sektor IKM dengan konsep pemasaran modem, seperti menembus akses sampai ke pasar modem," katanya.

Data Ditjen IKM Kemenperin menunjukkan dari sub sektor industri pangan, sandang, kimia dan bahan bangunan, logam dan elektronika, serta kerajinan tahun 2009 terdapat 3.652.250 unit usaha dengan potensi ekspor 12,257 juta dolar AS.Berdasarkan analisis investasi untuk mencapai target nilai tambah dan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) IKM selama periode 2010-2014 tumbuh rata-rata 6,3 persen, maka harus ditempuh upaya peningkatan kegiatan investasi.Adapun aspek investasi yang dilakukan adalah analisis ketersediaan dan kecukupan bahan baku, kapasitas produksi, jumlah dana investasi dan modal kerja yang diperlukan, sumber pembiayaan, analisa keterlibatan masyarakat, kebutuhan energi dan listrik, serta pasar dan ceruk pasar.

Entri Populer