" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Multifinance bidik UMKM

Multifinance bidik UMKM

Aset industri pembiayaan berpotensi mencapai Rp400 triliun


JAKARTA Aset industrimultifinance hingga Juni 2010 diperkirakan naik 19,27% dibandingkandengan posisi periodeyang sama tahun lalu. Kekayaan yang meningkat itu akan diarahkan untuk mengembangkan pembiayaan ke sektor produktif.

Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) bahkan memproyeksikan aset industri multifinance akan menembus Rp400 triliun dalam S tahun mendatang. Proyeksi itu berasal dari optimisme kondisi perekonomian yang kian membaik. ketua APPI Wiwie Kurnia mengatakan sektor otomotif, baik sepeda motor maupun mobil, sejauh ini masih menjadi lini bisnis utama.

"Hingga akhir tahun ini, total aset multifinance bisa lebih dari Rp200 triliun dan dalam 5 tahun diharapkan mencapai Rp400 triliun, jika pertumbuhan tiap tahun berkisar 20%," katanya kemarin. Ke depan, tegasnya, multifinance akan menggenjot pembiayaan ke sektor produktif melalui penambahan skema kegiatan usaha, yaitu pembiayaan pada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) melalui RUU Multifinance.

Bisnis kartu kredit yang selama ini tidak banyak digarap oleh multifinance, tuturnya, diusulkan untuk dikeluarkan dari jenis pembiayaan yang dibolehkan. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 9/2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Peraturan Menteri Keuangan No. 84/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, kegiatan usaha multifinance adalah sewa guna usaha, anjak piutang, kartu kredit, dan pembiayaankonsumen.

Data Bank Indonesia menunjukkan aset industri multifinance per April mencapai Rpl88,15 triliun, naik 14,97% dari periode yang sama tahun lalu Rpl63,64 triliun. Total pembiayaan yang disalurkan mencapai Rpl52,23 triliun, naik 16,51 % dari April 2009 sebesar Rpl30,65 triliun.

Dari nilai tersebut, pembiayaan sektor otomotif mencapai 90% atau sekitar Rpl 37 triliun, sisanya berasal dari pembiayaan nonoto-motif, seperti kredit elektronik. Sekjen APPI Dennis Firmansjah menambahkan pertumbuhan industri pembiayaan dari sektor otomotif bukan dipandang ha-nya konsumtif, melainkan produktif bagi masyarakat.

"Pembiayaan itu bukan hanya mobil sedan baru, melainkan ada sewa guna usaha atau leasing, ada kredit mobil komersial, penumpang yang sangat dipakai di wilayah-wilayah kaya komoditas dan mendorong sektor produktif."
M. Ihsanuddin, Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Ba-pepam-LK Kementerian Keuangan, mengatakan multifinance memiliki potensi menjadi lembaga keuangan yang bisa menyalurkan kredit usaha rakyat. Namun, saat ini secara yuridis tidak boleh memberikan pinjaman atau me-nyalurkan kredit secara langsung kepada masyarakat.

Pekan lalu, Kementerian Keuangan membentuk tim kajian bersama RUU Multifinance guna mengakomodasi keinginan industri pembiayaan untuk memiliki payung hukum bagi industri ini."Pengkajian penyusunan ini sudah kami mulai. Timnya sudah disetujui oleh ketua Bapepam-LK," katanya.

Dia mengatakan saat ini RUU tersebut sudah masuk dalam program legislasi nasional (pro-legnas). Ekonom Clobal Research Standard Chartered Bank Eric Alexan-der Sugandi menilai upaya lembaga keuangan nonbank khususnya multifinance yang ingin mendorong pertumbuhan UMKM adalah hal yang positif guna menekan penurunan bunga kredit mikro dari perbankan.

"Ini hal yang baik meski nantinya perlu dibatasi sehingga tidak overlapping dengan bank. Dengan lembaga keuangan nonbank ikut juga memfasilitasi pendanaan UMKM terbuka kesempatan agar bunga kredit ke ritel bisa lebih rendah," katanya. Eric mengatakan dengan aset yang terus bertumbuh, meski masih jauh dari bank tetapi selayaknya perlu diperkuat oleh regulasi setingkat UU. Sinergi dengan bank Wiwie mengatakan ke depan sinergi multifinance dengan perbankan akan digenjot, terkait dengan jaringan, infrastruktur, dan jenis usaha multifinance.

Faktor-faktor yang mendukung multifinance masuk ke UMKM, yaitu jaringan multifinance yang mencapai 2.000 cabang dan tersebar di wilayah yang tak mampu dijangkau bank dalam pasar ritel. Multifinance mempunyai basis data besar, jaringan kuat, keahlian khusus pada pembiayaan ritel, sistem informasi sumber daya manusia dan tenaga penarikan, serta fleksibilitas.

Multifinance juga memiliki kemudahan pembiayaan bagi sektor usaha yang sulit mengakses kredit perbankan. Menanggapi kerja sama itu, Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono menilai bank dan multifinance dapat saling melengkapi.

"Industri pembiayaan punya peluang tumbuh yang signifikan. Bank selayaknya memandang hubungannya dengan multifinance bersifat saling melengkapi," katanya.

Entri Populer