" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Meraup Rezeki dari Bebek Berbobot Minim

Meraup Rezeki dari Bebek Berbobot Minim

Gara-gara berat sebagian bebek-nya tak memenuhi kriteria layak jual, Gunanto mengolah sendiri bebek-bebek itu. Ia mengolah daging bebek itu menjadi daging bakso, yang kemudian dibungkus dengan tahu. Selain menghemat biaya produksi, hasil inovasi tersebut itu justru mendatangkan rezeki baru baginya. BIASANYA, bebek hanya dijual dalam keadaan utuh untuk dikonsumsi. Menunya bisa berupa beijek goreng, bebek bakar, atau sate bebek. Namun, Gunanto Suryo Atmojo menempuh cara lain. Peternak bebek asal Boyolali ini mengolah daging bebek menjadi bakso bebek.

Tak berhenti sampai di situ. Lantaran kesulitan membuat bulatan bakso yang halus, Gunanto membalut bakso bebeknya dengan tahu. Sehingga, bentuknya benar-benar bulat. Ia menyebut produknya itu sebagai tahu isi bakso bebek. Penampilan tahu bakso bebek ini mirip tahu Sume-dang yang berwarna kecoklatan. Hanya saja, bila tahu Sumedang tak ada isinya alias kosong, tahu Gunanto lebih padat karena berisi bakso bebek.

Ide awal pembuatan tahu bakso bebek ini bermula dari hasil panen bebek yang tak memenuhi kriteria layak jual. Setiap kali Gunanto memanen bebek yang berumur 2,5 bulan, tak semua unggas itu punya berat yang layak jual, yakni, 1,3 kilogram (kg) hingga 1,5 kg per ekor. Kenyataannya, banyak bebek memiliki berat kurang dari satu kilogram. "Rata-rata bebek yang kurang berat badannya itu sekitar 30% dalam sekali panen," ujar prialulusan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto itu.

Karena jumlah bebek tak layak jual cukup banyak, Gunanto terus memelihara dan memberikan pakan. Alhasil, biaya produksi pun membengkak. Padahal, ketika dijual, harga pasaran tetap sama. Rp 23.000. Dengan mengolahnya menjadi tahu bakso bebek, dua ekor bebek yang berbobot di bawah 1 kg dapat menghasilkan 250 hingga 300 tahu. Bila hargajual sebuahtahu Rp 750, dari dua ekor bebek itu, ia bisa menghasilkan pendapatan Rp 187.000 sampai Rp 225.000.

Meski produk bermerek Baso Bebek ini tergolong baru, respon publik Boyolali hingga Yogyakarta cukup besar. Buktinya, Gunanto bisa menjual sekitar 3.000 tahu setiap hari. Ia menggunakan 10 gerobak yang tersebar di sejumlah titik di Yogyakarta Dalam sebulan, dia meraih omzet Rp 67,5 juta.

Melihat minat konsumen yang cukup besar, Gunanto berniat mengembangkan usahanya ini melalui sistem waralaba. "Saya sudah mengajukan kredit ke sejumlah bank," katanya.

Sebagai persiapan ekspansi, Gunanto berniat menggandeng peternak yang lebih banyak dari Yogyakarta. Saat ini, 175 peternak bebek telah bergabung dengannya untuk mengamankan pasokan bebek. Ia pun membentuk sebuah wadah bagi ratusan peternak dan pengusaha bebek di wilayah Yogyakarta. Wadah itu bernama Group Mandiri.

Peternak bebek yang tergabung dalam Group Mandiri merupakan peternak bebek potong dengan sistem plasma. Gunanto memasok bibit, pakan, obat-obat hingga sarana produksi peternakan kepada peternak. Jika sudah cukup umur dan berat badan, dia akan membeli kembali bebek-bebek itu dan dipasarkannya.

Saat ini, total bebek yang dikelola oleh peternakplasma itu sekitar 30.000 ekor. Gunanto sendiri memiliki 15.000 ekor bebek. Alhasil, total jumlah bebek yang dimiliki Gunanto bisa mencapai 45.000 ekor. Namun, untuk bakso bebek, dia tetap menggunakan hasil ternak dengan berat badan kurang. "Sebagian besar bebek itu masih dijual untuk dipasarkan sebagai bebek goreng atau bebek bakar. Hanya sebagian kecil dari itu untuk bakso bebek," katanya.

Meski jumlah bebek di Group Mandiri sudah banyak, menurut Gunanto, semuanya itu masih belum mencukupi permintaan yang ada. Paling banyak permintaan datang dari Jakarta. Dalam sehari, permintaan bebek dari Jakarta bisa mencapai 1.000 ekor. Dengan jumlah permintaan sebanyak itu, minimal dia harus memiliki antara 60.000 ekor hingga 90.000 ekor bebek. "Masih banyak permintaan yang belum bisa dipenuhi," ujarnya.

Entri Populer