" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bisnis Salon Yang Menggurita

Bisnis Salon Yang Menggurita

Siapa yang tak kenal Johnny Andrean. Laki-laki multilenta dan supersibuk ini, ternyata bertangan dingin. Beragam bisnis dipegangnya dan selama ini terlihat selalu berhasil dan berkembang pesat.Coba saja lihat bisnis salonnya yang kini sudah menggurita ke seluruh pelosok daerah di Indonesia. Belum lagi bisnis makanan siap sajinya seperti roti bicara, atau Bread Talk dan donat J-Co, yang sejak muncul ke ranah mal-mal beberapa tahun belakangan ini, selalu ramai dikunjungi dan pembelinya mau antre panjang-menunggu pembayaran di kasir.

Suami dari perancang gaun pengantin dan busana pesta Tina Andrean ini, memulai bisnisnya dengan usaha salon. Hair stylish terkemuka di Indonesia ini, mulai membuka bisnis salon pada 1978 di garasi rumahnya di kawasan Pademangan, Jakarta Utara.

Salon pertamanya itu sangat sederhana, dengan peralatan seadanya, karena saat itu teknologi tentang salon masih minim, dan usaha ini masih jarang ditemui. Ayah empat anak yang senang tampil dengan rambut gondrong ini, melakukan sendiri bisnisnya dari awal. Bahkan, ketika mula-mula membuka salon, dia yang bekerja sendiri baik sebaik kapster, kasir, dan sekaligus pemiliknya. Saat itu dia belum mempekerjakan orang lain.

Untuk memperdalam bisnis salonnya, Johnny pun belajar ke Alan International Jingles School, London, untuk menimba ilmu kecantikan. Hasilnya, Johnny membawa pulang gaya rambut yang selalu diikuti oleh pelanggannya. Gaya potonganan dan tata rambutnya selalu menjadi tren. Dia juga belajar di Vidal Sasson Academy, London, di Alexander de Paris, Prancis, Tony Guy Academi London, serta Trevor Sorbie Academi London.

Kesenangannya pada salon ini sudah ada sejak dia kecil, ketika melihat ibunya yang bekerja di sebuah salon sebagai penata rambut. Sang ibu pula yang menjadi mentornya dalam bidang ini, bahkan adik-adiknya sering menjadi kelinci percobaannya saat dia ingin melakukan uji coba gaya potong rambut.

Berkat kerja kerasnya dan kepandaiannya. yang otodidak dalam masalah rambut, bisnisnya pun terus berkembang. Sampai sekarang takkurang dari 170 salon Johnny Andrean, serta sekitar 40 unit Johnny Andrean School and Training Center (TC) yang terpencar sampai ke pelosok negeri ini.

Di beberapa tempat kursus kecantikan rambut di luar negeri, Johnny belajar semuanya tentang tatanan rambut dan bagaimana menjalankan bisnisnya. Apa yang dia dapatkan selama belajar itu, dipadukannya dengan kebiasaan masyarakat Indonesia yang suka pada harga murah, tetapi ingin mendapatkan yang bagus.

Johnny pun menampilkan salon dengan harga murah dan bisa terjangkau oleh semua kalangan. Ada lagi misi lain yang diembannya yaitu menularkan ilmu yang dimilikinya itu untuk disebarkan kepada orang, maka dia membuka training center. Tak heran kalau saat ini ribuan orang alumni dari siswa Johnny Andrean School TC juga tersebar ke pelosok negeri, dan bisa membuka usaha salon sendiri, atau bekerja di salon orang lain.

Melirik bisnis lain Sukses dengan salonnya, Johnny pun mulai melirik bisnis lain. Laki-laki yang suka travelling ke berbagai penjuru dunia, dan senang mencoba makanan yang unik dan baru dilihatnya itu, tersandung pada sepotong roti yang menurut dia enak dan berbeda. Dia pun mendapatkan master franchise Bread Talk yang berkantor pusat di Singapura pada 2003.

Toko rotinya itu ditata begitu rupa, transparan dan terbuka sehingga pembeli bisa melihat langsung proses pembuatan makanan tersebut. Ini sesuatu yang berbeda dari biasanya, dan menuntut tempat yang bersih, sehat, dan higienis. Johnny mempertaruhkan namanya dalam bisnis makanan ini. Sebab, kalau dapur rotinya itu kotor sedikit saja, bisa-bisa konsumen kabur. - Alasannya membuka dapur roli yang terbuka tersebut sederhana saja yaitu membiarkan orang menciumi aroma roti di mal-mal di mana Bread Talk berada. Kiat tersebut lernyata jitu.

Orang pun berduyun-duyun membelinya, tergugah seleranya pada wanginya roti. Mereka mau antre panjang untuk mendapatkan sepotong roti. Dari pertama buka sampai sekarang pun konsumen tetap antre, terutama pada akhir pekan dan hari libur. Sukses dengan Bread Talk, Johnny pun melihat peluang lain, yaitu bisnis makan dan minum. Dia pun memadukan donat danminuman kopi, dengan label J-Co Donats Coffee. Huruf J merupakan inisial namanya sendiri, yaitu Johnny.

Semula dia ingin membeli waralaba donat dari Amerika Serikat. Namun, setelah mempertimbangkan berbagai hal, Johnny lebih memilih membuka sendiri, dengan penampilan dan penataan yang juga terbuka dan berbeda dari gerai donat lainnya.

Sukses bisnis salon dan Bread Talk, juga diikuti oleh J-Co. Dalam waktu singkat gerai donat ini sudah mencapai sedikitnya 40 unit yang tersebar di mal-mal di Indonesia. Harga yang ditawarkannya sebenarnya tidak murah juga, untuk Bread Talk berkisar Rp7.000, dan J-Co Rp5.000. Untuk bisnis makanan ini dia bercita-cita ingin melebarkan saya sampai ke mancanegara, dan saat ini sudah menembus pasar Asia, yaitu Singapura dan Malaysia.

Johnny menata toko roli dan donatnya dengan gaya hidup modern. Konsumen bisa main dengan laptopnya sambil mengunyah donat atau minum kopi. Di mana pun berada, gerai tersebut sering dipenuhi oleh remaja, mahasiswa, pegawai, dan eskekutif, serta keluarga yang ingin kumpul santai sambil mengudap makanan.pa yang membuat bisnis Johnny berjalan mulus dan berkembang pesat? Tak lain dan tak bukan, adalah kepercayaan dan kerja keras, serta tim. Untuk menjalankan semua usaha yang dirinlisnya itu, dia memiliki tim yang dibelinya kepercayaan, dan selalu diajak berdiskusi secara terbuka untuk menjalankan usahanya, serta bekerja tim.

Untuk salon, dia punya Johnny Andrean Aslislic Team, yang anggotanya adalah para pekerja di salonnya, dan para siswa sekolah di Johnny Andrean TC. Semua grupnya ini, baik untuk bisnis roli, donat, maupun, salon, didukung orang-orang muda yang kreatif dan selalu berinovasi.

Melalui berbagai bisnisnya ini, omzet Johnny bisa mencapai puluhan miliar hingga ratusan miliar rupiah dalam sebulan. Ambil contoh bisnis donat. Dalam sehari untuk satu gerai J-Co. ada sekitar 5.000. donat yang terjual, dengan harga Rp5.000 per buah.

Bisa dihitung berapa omzetnya dalam sehari. Semua itu didapatkannya tidak dalam waktu singkat, tapi perlu proses, kerja keras, dan kesungguhan.

Entri Populer