" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Punya Kebebasan Finansial

Punya Kebebasan Finansial

Menjadi pengusaha bisa memiliki kebebasan finansial meski konsekuensinya juga tidak ringan. Namun, apa pun pilihan hidupnya, kerja keras dan menjaga kepercayaan merupakan unsur untuk mencapai kesuksesan. Pergulatan batin antara menjadi karyawan atau pengusaha itu pernah dirasakan oleh Sandiaga Salahuddin Uno. Dia berpikir jika terus menjadi karyawan akan sulit memiliki kemandirian secara finansial.

Pengalaman saat krisis ekonomi tahun 1997 yang membuat banyak perusahaan gulung tikar dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) membuat Sandiaga memutuskan untuk menekuni dunia bisnis dan jadi pengusaha."Sebagai karyawan perusahaan, banyak hal dapat terjadi di luar kontrol kita. Apabila keadaan ekonomi memburuk, ada kemungkinan kita di-PHK meskipun kita memiliki prestasi di perusahaan itu," ujar dia seusai diskusi kewirausahaan di Kampus Universitas Indonesia, Depok, baru-baru ini.

Saat krisis ekonomi 1997, Sandiaga memang pernah mengalami pahitnya kena PHK dan tidak memiliki uang. Pria lulusan Wichita State University, Amerika Serikat, dengan predikat summa cumlaude ini mengawali karier sebagai karyawan Bank Summa pada 1990. Tahuh 1991, ia mendapat beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di George Washington University, Amerika Serikat. Seusai menyelesaikan pendidikannya, dia bergabung dengan sebuah perusahaan di Amerika Serikat, MP Holding Limited Group, sebagai manajer investasi di tahun 1994. Kariernya terus melesat sehingga pada 1995, dia hijrah ke NTI Resources Ltd, Kanada, dan menjabat Executive Vice President NTI Resources Ltd.

Malang, kariernya tak berlangsung lama dan sempat ter-henti. Krisis moneter menyebabkan perusahaan tempatnya bekerja bangkrut. Semua uang hasil jerih payahnya yang diinvestasikan ke pasar modal juga turut amblas akibat ambruknya bursa saham global Setelah beberapa lama bertahan dan berusaha di negeri orang, pria yang terpilih menjadi salah satu wakil dari Indonesia dalam Presidential Summit on Entrepreneurship di Washington DC, AS, baru-baru ini, kembali ke Indonesia dan menumpang di rumah orang tuanya, Henk Uno dan Mien R Uno, karena tidak mampu membayar sewa rumah.

Situasi sulit itu sempat membuat Sandiaga hampir putus asa. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjadi pengusaha. Sandiaga bertekad tidak jadi karyawan. Bersama teman sekolahnya, Rosan Perkasa Roeslan, ia mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors.

Sandiaga bersama Edwin Soeryadjaya juga mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usaha yang digarap meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan. Berbekal jaringan dan relasi dengan perusahaan serta lembaga keuangan baik dalam maupun luar negeri, bapak dua orang anak ini menjalankan bisnisnya tersebut. Dia menghimpun dana dari para investor untuk melakukan akuisisi perusahaan yang sedang kesulitan keuangan. Lamas, perusahaan yang sedang bermasalah itu dibenahi dan dikembangkan sampai membaik sehingga dapat dijual dengan harga yang tinggi.

Usahanya membangun bisnis tidak langsung berjalan mulus. Sandiaga juga kerap berbenturan dengan masalah. "Dunia usaha itu seperti naik sepeda, yakni kerap jatuh-bangun. Hanya keberanian,optimisme dalam memandang masa depan yang membuka jalan untuk mendulang kesuksesan," tambahnya.

Berdasarkan pengalamannya itu, Sandiaga menyimpulkan bahwa unsur kesuksesan itu bersumber dari kerja keras dan menjaga kepercayaan. Sementara relasi hanya menyumbang 30 persen dari kesuksesan. "Pencapaian terbesar saya adalah ketika dapat bertahan dan bangkit kembali dari keterpurukan krisis keuangan di tahun 1997 yang menyebabkan saya menjadi bangkrut dan tidak memiliki pekerjaan," kenangnya.

Peduli Usaha Kecil

Sosok Sandiaga identik dengan usaha mikro kecil menengah (LTMKM). Meski kerap dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia dan pernah menjabat Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), dia masih peduli terhadap UMKM.

"Pengusaha kecil itu kuat diterpa badai, dan saya memunyai obsesi untuk meningkatkan jumlah pengusaha Indonesia dari 0,18 persen menjadi 5 persen dari total penduduk pada 2025," papar dia.

Sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Bidang UMKM dan Koperasi, dia melihat ada tiga masalah yang dihadapi pelaku UMKM, yakni kualitas sumber daya manusia, akses pasar, dan pendanaan. Menurut dia, UMKM selama ini dibiarkan tumbuh sendiri oleh pemerintah tanpa kebijakan yang berpihak. Namun, sektor itu justru mampu bertahan pada saat krisis ekonomi dan menopang perekonomian negara ini.

Belakangan, UMKM justru menjadi pilar penciptaan lapangan kerja dengan kemampuan menyerap karyawan rata-rata 5-10 orang per unit usaha. "Kebijakan yang diperlukan adalah memberi ruang bagi UMKM. Upaya menolong mereka bukan dengan menggusur, melainkan membuat pasar baru untuk berusaha dan membuka akses pasar," tegasnya.

Saat ini, UMKM yang didukung oleh lembaga pembiayaan hanya sekitar dua juta UMKM, yang didominasi oleh usaha makanan, jasa, dan perdagangan. Akses pembiayaan itu pun diperoleh melalui kredit usaha rakyat (KUR) dan tergolong unit usaha kecil-menengah.

Pemberian kredit bagi usaha mikro dinilainya sebagai bentuk intervensi bersama antara pengusaha, pemerintah, dan akademisi untuk memberantas kemiskinan, ladi, dibutuhkan kredit yang tidak menuntut jaminan aset dan yang tidak mencekik bunganya.

Perjuangan membesarkan UMKM masih panjang, namun dia tidak menyerah. Sandiaga mengaku sebagai sosok yang setia dengan perjuangan. Loyalitas itu juga diterapkannya dalam membina rumah tangga.

Bahkan, kata dia, loyalitas merupakan hal yang terpenting dalam membina hubungan berumah tangga. "Seperti juga pada investasi, kita juga harus setia terhadap perjuangan kita, apa yang kita cita-citakan. Lain dengan trader, untung sedikit kabur. Saya tidak," ujar suami dari Noor .v.i.ih itu sambil tertawa.

wen/E-7

Entri Populer