" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Menembus Pasar Dunia dengan Modal Seni

Menembus Pasar Dunia dengan Modal Seni

Kerajinan tangan Indonesia memiliki banyak keunggulan yang bisadipromosikan, untuk menembus pasar dunia, para perajin mesti jeli mengikuti tren yang tengah diminati konsumen mancanegara. Sudah kesekian kalinya pameran kerajinan tangan Indonesia digelar. Pameran yang bertajuk Inacraft itu memang telah menjadi ajang rutin bagi para perajin handicraft lokal memamerkan hasil kreasi mereka. Ajang itu juga sekaligus menjadi kesempatan bagi perajin lokal untuk memperluas pangsa pasar.

Tahun ini, pameran Inacraft 2010 yang berlangsung 21-25 April 2010 dipusatkan di lakarta Convention Center (JCC), Jakarta Selatan. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pameran itu mendapat respons positif dari masyarakat.
Terbukti pengunjung membeludak dan antrean kendaraan yang akan menuju tempat pameran mengular panjang. Bahkan, pada akhir pekan lalu, Ialan Asia Afrika yang merupakan jalan menuju lokasi Inacraft 2010 sempat ditutup. Arus lalu lintas pun dialihkan ke belakang Gedung DPR-MPR.

Di dalam JCC, kepadatan pengunjung sudah terlihat mulai dari lobi gedung. Ketika memasuki stan pakaian, batik, tas, dan aksesori, pengunjung terlihat semakin banyak. Ada yang sekadar melihat-lihat, ada pula yang sibuk memilih-milih barang jualan, dan ada pula pengunjung yang tengah menawar harga barang kepada penjual.

Kartini, sebut saja demikian, salah seorang pengunjung Inacraft 2010 berhasil menawar gelang mutiara yang dijajakan di stan Ban-*dara Kaisiepo, Hall Cendrawasih. Sebelumnya, penjaga stan menawarkan harga 80 ribu rupiah, namun akhirnya setelah tawar-menawar Kartini berhasil membawa pulang gelang yang disukainya itu dengan harga 50 ribu rupiah. "Inilah keuntungannya membeli barang di pameran, harganya bisa ditawar. Coba kalau membeli di mal pasti harganya tidak bisa ditawar," ujarnya.

Pengunjung lainnya, Firta, 34 tahun, turut memanfaatkan pameran itu. Dia membeli alas makan berbentuk anyaman sebanyak 10 buah. Satu buah alas makan harganya lima ribu rupiah. Selain alas makan, Firta juga membeli kain serbet seharga 33 ribu rupiah. Menurut dia, harga produk kerajinan tangan yang dijajakan pada pameran itu masih terbilang wajar. Apalagi jika harga itu dibandingkan dengan kualitas dan desain produk yang menurutnya cukup baik. "Se-makin hari saya perhatikan desain handicraft yang dibuat para perajin semakin bagus," kata Firta.

Kreatif dan Artistik apa yang diungkapkan Firta sebagai konsumen diamini pula oleh Nining Soesilo, pengamat usaha kecil dan menengah (UKM) dari Universitas Indonesia. Dia mengatakan perajin Indonesia memiliki kemampuan seni yang tinggi. Kemampuan seni itu merupakan warisan dari nenek moyang yang memang kesehariannya kental dengan seni budaya. "Sifat kre-atif dan darah artistik kental sekali di dalam diri para perajin. Hal itu merupakan potensi untuk mengembangkan industri kerajinan nasional," terangnya.

Pengakuan yang sama diutarakan pula oleh Rudy Ch Lengkong, Ketua Asosiasi Eksportir dan Produsen Handicraft Indonesia (ASEPHI). Menurutnya, produk-produk kerajinan tangan Indonesia memiliki keunggulan dari segi inovasi dan bermutu tinggi. Dengan keunggulan-keunggulan itu, sebenarnya produk kerajinan tangan Indonesia tidak perlu khawatir kalah bersaing dengan produk-produk luar negeri, seperti Thailand, Malaysia, dan China.

Keunggulan lainnya, kata Rudy, kerajinan tangan Indonesia sangat beraneka ragam dan bahari baku produk tidak perlu impor dari luar negeri. "Hal itu menjadi keuntungan tersendiri karena harga jual produktidak akan terpengaruh oleh nilai dollar yang fluktuatif," imbuhnya.

Ketika disinggung mengenai adanya perdagangan bebas ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement), Rudy menyatakan sebenarnya para perajin kerajinan tangan Indonesia tidak perlu khawatir. Pasalnya, negara-negara tujuan ekspor kerajinan tangan tidak hanya melihat sisi harga, tetapi juga kualitas produk.

Lagipula banyak bahan baku untuk membuat kerajinan tangan tidak didapatkan di China. Kerang, misalnya, bahan yang banyak ditemukan di Tanah Air itu bisa dijadikan gelang atau lampu. Kalaupun Negeri Tirai Bambu itu membuat imitas-inya, produk yang dihasilkan akan sangat berbeda dengan produk asli made in Indonesia.

Meski kerajinan tangan Indonesia memiliki keunggulan dari berbagai segi, Rudy tetap menyarankanagar anggota ASEPHI meningkatkan keterampilan untuk bisa memenuhi selera konsumen yang juga berkembang. Dalam rangka meningkatkan keterampilan para perajin serta menciptakan pengusaha yang tahan banting, ASEPHI kerap memberikan pendidikan dan pelatihan kepada anggota-anggotanya.

Saat ini, produsen kerajinan tangan yang tergabung dalam ASEPHI mencapai 2.500 anggota. Mereka tersebar di seluruh Nusantara. Selan memberikan pendidikan dan pelatihan, kegiatan ASEPHI juga mencakup pengadaan program promosi, salah satunya melalui pameran.

Rudy bersyukur sejak kali pertama Inacraft diadakan pada 1999, baik jumlah peserta maupun pembeli serta nilai transaksinya terus meningkat. "Secara kuantitas dan kualitas pameran ini selalu meningkat, mulai dari jumlah peserta, nilaitransaksi secara ritel, sampai nilai transaksi kontak bisnis yang terjadi antara pembeli dan produsen secara langsung," paparnya.

Pada penyelenggaraan Inacraft tahun ini, ASEPHI menargetkan nilai transaksi yang bisa dicapai sebesar 200 miliar rupiah. Dari jumlah itu ditargetkan sebanyak 90 miliar rupiah merupakan hasil transaksi dengan pembeli dari luar negeri. Sedangkan transaksi sebesar 110 miliar rupiah diharapkan bisa diperoleh dari hasil transaksi dengan pembeli domestik. Rudy menambahkan penjualan kerajinan tangan di pasar dalam negeri juga terus meningkat seiring kian membaiknya apresiasi konsumen Tanah Air terhadap produk negeri sendiri.

Apresiasi terhadap produk-produk kerajinan tangan Tanah Air ternyata tidak hanya datang dari konsumen dalam negeri, masyarakat mancanegara pun menggemari handicraft asal Indonesia. Hal itu bisa dibuktikan melalui peningkatan nilai ekspor kerajinan tangan Indonesia pada 2009.

Berdasarkan data dari Pusat Pelayanan Informasi Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, nilai ekspor produk handicraft Indonesia tahun lalu menembus angka 568 juta doUar AS. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya mencapai 570 juta dollar AS.

Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor produk kerajinan tangan Indonesia, antara lain Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Prancis. Negeri Paman Sam merupakan tujuan ekspor utama kerajinan tangan Indonesia dan telah menyumbangkan nilai transaksi sebesar 221 juta dollar AS. Urutan berikutnya ialah Jepang dengan nilai transaksi 69 juta dollar AS, dan Prancis yang telah menyumbangkan transaksi senilai 51 juta dollar AS.

Dari sekian banyak produk kerajinan tangan lokal yang diminati pasar mancanegara, bingkai foto dan cermin dari kayu merupakan produk yang paling dicari. Hasil penjualan kedua produk itu mencapai 85 juta dollar AS. Produk lainnya yang juga sangat disukai konsumen luar negeri ialah aneka ragam lemari berukir yang hasil penjualannya mencapai hampir 70 juta dollar AS.

Untuk menembus pasar ekspor memang bukan perkara mudah. Menurut Rudy, para perajin harus aktif mengikuti tren yang diminati konsumen luar negeri. "Caranya, bisa dengan mendengar kemauan pemesan atau ikut pameran di luar negeri," katanya. Keikutsertaan para perajin dalam pameran di luar negeri didukung pula oleh pemerintah.

Sekretaris Badan Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Chrisnawan Triwah-yuardhianto, mengatakan pihaknya membantu para perajin yang ingin berpameran di luar negeri dengan cara mendanai biaya penyewaan stan dan transportasi peserta. Adapun biaya akomodasi ditanggung sendiri oleh peserta. Dukungan bagi para perajin yang akan berpameran di luar negeri juga datang dari BUMN-BUMN yang melakukan bina mitra dengan UKM serta Dinas Perdagangan setempat. wan/L-2

Entri Populer