" Status YM ""
ukm indonesia sukses: Bakat vs Usaha

Bakat vs Usaha

"Potensi yang tidak diledakkan akan tetap menjadi potensi saja, tidak akan terwujud sebagai kemampuan untuk melakukan tindakan" Saya sering mendapatkan keluhan dari mahasiswa maupun peserta training bahwa mereka merasa tidak berbakat memimpin. Kata "tidak berbakat" nampaknya menjadi kambing hitam yang paling mudah. "Jangan salahkan aku kalau aku tidak mampu melakukan hal tertentu karena aku tidak berbakat"demikian kurang lebih pesan yang terkandung dalam pernyataan mereka. Namun saat saya tanyakan kepada yang merasa "tidak berbakat" mengenai sudah seberapa jauh mereka belajar, berlatih dan mencoba, mereka mulai mencari-cari alasan. Mereka katakan bahwa walaupun belum mencobanya tetapi mereka tahu dan bisa merasakan kalau mereka tidak berbakat. "Seperti ejakulasi dini saja, belum apa-apa sudah loyo"demikian saya sering meledek.

Berkaitan dengan masalah bakat, dalam suatu kesempatan pelatihan kepemimpinan saya memulai dengan pertanyaan "Apakah Anda percaya bahwa para pemimpin besar memang dilahirkan untuk menjadi seorang pemimpin? Atau Anda lebih percaya bahwa para pemimpin besar ditempa dalam perjalanan hidupnya sehingga menjadilah ia seorang pemimpin?"

Namun bukan sekedar jawaban tentunya yang kita cari. Kita ingin mendapatkan jawaban yang memiliki landasan pemikiran yang kuat, yang based on evidence, yang berdasarkan bukti! Bisakah kita membuktikan bahwa seseorang memang dilahirkan untuk menjadi pemimpin? Apa buktinya pemimpin itu ditempa dan dibentuk?

Banyak keturunan pemimpin juga menjadi pemimpin. Saya tidak akan memperdebatkan masalah ini dari aspek genetika karena memang hal tersebut bukan dalam bidang keahlian saya. Namun demikian saya yakin bahwa manusia dilahirkan dengan potensi sendiri-sendiri. Setiap manusia itu unik. Tidak ada yang sama persis. Meskipun seorang manusia dilahirkan seperti halnya kertas putih bersih yang belum tercoret, mereka di-anugrahi potensi yang berbeda antara satu dengan lain. Saya termasuk yang tidak yakin bahwa manusia dilahirkan dengan potensi yang sama. Oleh karenanya saya katakan berulang kali bahwa manusia memiliki potensi yang unik antara satu orang dengan lainnya.

Seorang anak yang lahir dari pasangan yang cerdas memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk memiliki potensi kecerdasan seperti halnya orang tuanya. Ini logika yang wajar saja. Buah akan akan jatuh tidak jauh dari pohonnya. Kalau bakat dan sifat orang tuanya menurun kepada anaknya itu tentunya sudah sewajarnya. Namun ingat, yang diturunkan kepada anaknya masih bersifat potensi. Poterfti itu akan tetap diam tidak akan menjadi realitas kalau tidak diwujudkan dalam tindakan.

Kalau kita bicara tentang bakat, harus diakui bahwa orang yang memilki bakat tertentu akan belajar lebih cepat dari pada yang kurang berbakat. Namun perlu dicatat di sini bahwa orang yang berbakat seni tetapi tidak mau belajar seni tidak akan memiliki kemampuan seni. Mengapa? Karena bakat itu hanya berupa potensi. Kalau potensi tersebut tidak diledakkan ya akan tetap menjadi potensi saja. ") Agung Praptapa adalah penulis buku, dosen, konsultan bisnis, dan trainer di bidang personal and organizational development.

Entri Populer